Mereka saling berbisik hingga bunyi batuk buatan menyela kemesraan mereka. Nick mengumpat lirih, dia lupa bahwa Tommy masih ada di dalam ruangan. "Tom?" "Sorry Nick, aku berniat keluar diam-diam akan tetapi kalau kau sadar aku pergi tanpa pamit nanti kau bilang aku tidak sopan, jadi aku menunggu... ternyata makin lama makin panas." Kalimat Tommy lebih cocok disebut gerutuan plus tuduhan."Kau sengaja ingin menggangguku." jawab Nick."No, aku ikut bahagia dan aku akan segera keluar, nantilah kita bicarakan tentang apa yang di temukan di lokasi pengeboran saat terjadi kecelakaan." Nick mengangguk dan menatap Tommy dengan wajah penuh rasa terima kasih. "Thank you sudah mempersiapkan ini semua." "Aku asistenmu Nick, whatever you want." "Iya, tapi yang kau lakukan hari ini benar benar luar biasa, sekali lagi thank you." "Sama sama Bos, senang lihat kau bahagia, Bos." Nick tersenyum lalu mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Tommy. "Hati-hati di jalan." Tommy pun men
"Sus, daripada saya tunggu dokter di ruangan mending saya tunggu dokter di sini saja!""Memangnya kenapa kalau di ruangan?" Lagi-lagi suster senior itu bertanya dengan wajah datarnya. "Kalau Suster saja tidak mau memberitahu saya apa hasilnya berarti Suster takut dengan reaksi saya kan? Jadi sebaiknya saya yang mendengar terlebih dahulu barulah nanti saya akan menyampaikan kepada istri saya dengan cara saya sendiri." "Oh sudah sah ya Pak, eh Tuan? Selamat berbahagia ya." "Thank you, tapi ggak usah mengalihkan perhatian, Sus." Kembali suster senior itu menata map-map yang sudah rapi di mejanya, kentara bahwa itu hanya gerakan mengulur waktu saja. Nick menatap ujung sepatunya, dia berharap dokter segera datang agar dia tahu apa yang dia hadapi supaya dia bisa langsung mencari jalan keluar.Nick berharap takdir tidak begitu kejam terhadapnya, baru saja dia berhasil melangsungkan pernikahannya bahkan berbulan madu pun belum masa kan sudah ada masalah pelik menghadang di depan mereka?
Nick berhasil menyambut uluran tangan dokter bukan karena otaknya bekerja tapi hanya karena naluri yang menuntunnya. Saat ini dia tidak sanggup memerintahkan anggota tubuhnya untuk melakukan hal sekecil apapun termasuk membuka mulutnya. Nick terlalu takjub! Setelah melepaskan tangannya Nick berjalan keluar lalu menyusuri lorong rumah sakit dan berbelok menuju ke kamar dimana Kania sedang terbaring. Semua Nick lakukan secara otomatis. Setelah duduk di sisi Kania, Nick menatap wajah istrinya yang sedang tertidur pulas, lalu Nick menatap perut ramping Kania. Tangan Nick terjulur ke atas perut Kania, tempat dimana anak mereka berada. Kalau dulu berita tentang Nico menghantamnya di tengah begitu banyaknya masalah yang terjadi hingga Nick tidak bereaksi dengan sebenarnya walau dia merasakan sebuah keajaiban bahwa ternyata dia telah memiliki seorang pewaris, maka kini saat kembali keajaiban menghampirinya Nick tidak lagi mampu menyimpan perasaannya, dia begitu bangga, begitu bahagia,
Nick kembali mencium Kania. Setelahnya masih sambil memegang bahu istrinya, Nick berkata lamat-lamat sambil menatap mesra Kania. "Kau sehat! Kau kuat! Sakitmu bisa jadi karena kau sedang kelelahan lalu ditambah dengan perbuatan ku, maka kau sampai harus dirawat inap di rumah sakit ini." Kini, wajah Kania yang kebingungan makin menggemaskan bagi Nick. "Perbuatanmu?"Nick mengangguk."Apa yang kau lakukan padaku?" "Aku membuatmu hamil...lagi," Nick menjawab dengan cengiran bahagia di wajahnya. 'siapa yang tidak bahagia jika menjadi pria pertama dan satu-satunya? Pria yang divonis mandul akan tetapi hidup memberinya keajaiban hingga dia bisa memiliki anak, bukan hanya satu tapi dua!'Nick masih merasa kewalahan dengan kebahagiaan yang menghampirinya, hatinya membengkak hingga rasanya tak tertahankan. Merek berhasil menikah, dia bisa menjaga istri dan anaknya, kini kembali dia akan memiliki anak kedua, tidak mustahil dia bisa memiliki anak ketiga dan keempat atau mungkin kelima...
Kania tersipu-sipu setiap mengingat kata terakhir yang Nick ucapkan sebelum dia menghilang. 'Bulan madu...bulan madu...honeymoon! Wow!' Panas pipi Kania membayangkan hal itu.Setelahnya Nick bilang dia mau jemput anaknya. "Tunggu ya Nia, aku pulang sebentar jemput anak kita." Lalu bergegas Nick keluar dari kamar Kania. Kania tidak tahu akan bagaimana reaksi Nico terhadap Nick. Akankah Nico mau dekat-dekat Nick? Atau malah Nico menangis ketakutan? Atau Nico super cuek?Kania tahu bahwa semua akan baik baik saja akan tetapi masih terselip sedikit kegelisahan akan hubungan baru di antara dua orang yang paling dikasihinya.Saking cemasnya Kania menelepon ponsel Nick. Nick menerima panggilan dari Kania tanpa suara. "Nick?" "Ya?" "Kok diem?" "Sedang mengira-ngira alasan apa yang mendorong istriku menelepon hanya kurang dari tiga puluh menit sejak aku meninggalkannya di rumah sakit?"Terdengar Kania mendengus."Ge er, Kania menelpon karena kepikiran, Kania takut kamu kecewa dengan
Hari-hari yang Nick lalui bagai mimpi. Sebelum berbulan madu mereka membereskan semua hal, menyempatkan diri untuk bertemu dengan orang tua dan sanak saudara. Pertemuan keluarga besar yang begitu penuh dengan kehangatan, saling sayang, saling jaga walau diwarnai saling ledek di sana sini. Nick sedang menarik nafas panjang ketika abangnya menghampirinya bersama istrinya yang jelita. "Kenapa menarik nafas panjang, sedramatis itu?" tanya PS Jr.Nick tersenyum. "Lega karena semua sudah beres," jawab Nick. "Sidang?" "Kecuali itu, tapi aku sudah bilang Richard Wong agar mengaturnya hingga kami pulang dari bulan madu."Giliran abangnya yang mengangguk.Lalu Nick bergeser ke sebelah Alexa."Kakak iparku yang cantik, tolong jaga Nico selama kami pergi, please." PS Jr tersenyum sambil memeluk istrinya, Alexandra Matthew, sang Diva. "Sayang, dia tahu kelemahanmu karena itu dia tidak minta izin pada kakak laki-lakinya dia lebih memilih mu, jadi pikirkan matang-matang, ada Xavier, Xasa d
Nick menggeleng. "Terjawab ketika kau pergi dariku, ketika aku harus berusah payah mencari jejak wanita berwajah sedih yang membawa sebagian hatiku." Nia membelai wajah Nick. Kembali mereka berciuman. "Memang lebih cepat mereka pergi berbulan madu lebih baik." "Hmm, kenapa jadi aku yang pengen nangis?" "Pie, lihat tu, beneran anak laki-laki mu semuanya keturunan ayahnya, kalau sudah jatuh cinta," gumam Dewi yang tak berhenti bersyukur menjadi wanita yang dicintai oleh Pierce Sebastian. Gumaman-gumaman yang terdengar dari sana sini tidak membuat Nick menghentikan ciumannya hingga mereka harus berpisah untuk menghirup oksigen. Wajah Nick begitu serius bahkan nyaris sendu saat memandang wajah Nia. "Thank you for everything," ujar Nick dengan suara parau. Nick tak habis-habisnya mensyukuri hidupnya, bersama dengan Kania dia bisa menjalani hidup yang sebelumnya tak pernah lagi diimpikannya. "Lebih baik bulan madunya di percepat daripada kalian bikin kehebohan di tempat umum," ce
"Tahu...jelas tahu, istriku memiliki wajah paling ekspresif di dunia, jadi nggak usah main tebak, yang ada di hati langsung tercermin di wajah." Kania menatap wajah Nick sekilas lalu kembali memandang jalanan."Semua bisa dipelajari, setelah semua masalah sidang beres, aku akan mulai belajar menyembunyikan perasaan ku, sedalammm mungkin." Nick tertawa tanpa suara. "Kadang-kadang itu memang diperlukan, tapi tolong kalau kita sedang berdua tetaplah jadi istriku yang transparan." Kania meringis. "Apaan Nick? Transparan? Tembus pandang?"Nick tersenyum sambil menggenggam tangan istrinya. Tak berapa lama mobil menepi, lalu Nick mengajak Nia turun. Kania terheran-heran karena mereka belum sampai di bandara, mereka sedang berada di halaman rumah besar yang asri.Tak berapa lama, muncullah sesosok wanita setengah baya yang tersenyum sambil mempersilahkan mereka untuk duduk di teras samping rumah. Saat itu barulah Kania membaca papan nama yang terlewatkan saat dia masuk.Ternyata ini
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba