Ambar mulai cemas. Ia berlari ke rumah dan mendapati baju Gendis sudah tidak ada. “Ndis, kenapa Ndis jahat? Kenapa Ndis tinggalin Bunda?” tanya Ambar sambil menangis.Ia terduduk di tepi ranjang dengan perasaan hampa. Hal yang membuatnya masih betah tinggal di rumah itu karena ada Gendis. Di saat susah payah membuat Sela dekat dengan anaknya, Gendis malah pergi.“Ndis, Bunda kesepian. Bunda sama siapa di sini, Ndis?” tanya Ambar lagi. Ia menangis sesenggukan. Ingin menghubungi Catur, tetapi tidak berani. “Awas kamu, Mas! Aku tidak akan mengembalikan uang kamu,” ancamnya.***“Aku minta maaf ya, karena sudah membuat kamu marah?” tanya Rizal setelah beberapa hari didiamkan oleh Diah. “kamu jangan pernah menyuruhku menemui Ambar lagi!”“lagi? Emangnya kamu sudah pernah menemui dia, Mas?” tanya Diah.“Sudah.”“Terus?” tanya Diah kaget. “Kapan?”“Saat kamu marah sama aku malam itu. Siangnya aku menemui dia.”“Terus?”“Terus, Ambar malah bertingkah genit sama aku. Dia seolah-olah ingin aku
Part 43Diah menatap senang pada sebuah email yang masuk. Berupa pemberitahuan pembayaran adsense untuk yang pertama kali. Lima juta rupiah adalah angka yang cukup fantastis untuk dia yang baru terjuan mencari uang di sana. Tanpa ada yang tahu, diam-diam ia sedang merintis menjadi youtuber. Konten memasak yang ia geluti ternyata mampu menarik subscriber ribuan dalam waktu beberapa bulan. Berbagai aneka cemilan, kue dan masakan khas daerah selalu diunggah oleh Diah dan mendapatkan tayangan bahkan ada yang tembus jutaan viewers. Ia juga merambah pada aplikasi lain yang sedang digandrungi oleh banyak orang. Namun, Diah tidak berjoged-joged. Ia selalu mengunggah video resep masakan yang menggugah selera.“Jika aku tidak lulus, berarti memang rezekiku bukan menjadi seorang pegawai. Apapun yang kuterima akan kusyukuri. Tentang Ambar, suatu ketika aku akan menamparnya dengan kesuksesanku dalam bidang lain,” kata Diah menguatkan. Selain Ambar, sebenarnya Diah menanggung perasaan lain. Luka h
Ucapan mertua laki-lakinya masih membekas dalam hati. Hal konyol setelahnya adalah, Diah diminta keliling ke rumah nenek, bibi dan saudara Rizal yang lain untuk meminta doa restu. Rizal yang memiliki sifat penurut membawa istrinya keliling rumah kerabatnya.“Mohon didoakan ya, Bu Lik,”“Mbah, Diah didoakan ya?”“Lik, Diah mau minta doa restu.”Dan banyak lagi kalimat pembuka yang dikatakan Rizal saat datang ke rumah saudaranya. Mirip saat lebaran. Keluar dari rumah satu lalu masuk ke rumah yang lain.Diah benar-benar tidak mau mengulang masa itu terjadi.“Sudah semua?” tanya bapak Rizal saat ia sudah kembali.“Sudah,” jawab Rizal patuh.“Ke rumah Pak Dhe yang di dekat pasar sudah?”“Belum!”“Kesana coba!”Untuk yang terakhir itu, Diah menolak. “Aku malu, Mas. Kayaknya cuma aku yang mau tes disuruh keliling deh.”“Gak salah, Dek, minta restu,” kata Rizal. “Silaturahmi itu banyak manfaatnya salah satunya memperlancar rezeki.”Diah tetap tidak mau.Dan ketika pengumuman tiba Diah tidak l
Part 44Ambar stres karena kehilangan Gendis. Ingin segera angkat kaki untuk menyusulnya, tetapi ia memikirkan banyak resiko. Saat ini, aibnya masih dipegang sama Catur.Semalaman ia hanya bisa meratapi diri dengan menangis. Kepalanya sangat pusing memikirkan masalah yang tidak kunjung usai. Pagi ia bangun setelah tertidur beberapa jam, lalu menangis mendapati kenyataan hidup.Gendis hilang, hp tidak aman, ditambah pula usahanya dengan Sela untuk mencari uang menemukan jalan buntu.“Fotocopy suami istri, KK,” kata petugas koperasi siang kemarin.Sela yang ragu mengeluarkan fotocopy KTP nya sendiri dan juga“Fotocopy KTP Ibu?”“Maaf, tapi kami belum menikah resmi. Masih siri,” jawab Ambar tanpa rasa malu.“Kalau begitu tidak bisa, Ibu,”“Lhoh, Mbak, ‘kan pakai sertifikasi jaminannya?” bantah Ambar.“Iya, tetapi tetap harus sesuai prosedur. Hutang harus diketahui oleh kedua belah pihak suami dan istri.”“Baik, Mbak, kami permisi,” kata Sela.Ia mengajak Ambar keluar. “Aku akan membujuk
Hari itu juga, ia mengadakan pertemuan dengan beberapa orang yang dianggap punya suara penting dalam paguyuban tersebut. Sela tidak serta merta menceritakan apa yang terjadi karena itu adalah rahasia. Namun, Sela mentraktir orang-orang tersebut dan merencanakan tentang visi misi paguyuban ke depannya. Ambar tidak ketinggalan tentunya. Ia ikut bersama dua bendahara perempuan lainnya. “Eh, kita harus buat gank ini. Anggotanya bertiga,” kata Ambar. “Kalau mengerjakan biar sambill ngumpul dan ngerumpi,” katanya. “Oh iya ini, harus,” sambung bendahara perempuan yang lain. “Yang laki-laki gak diajak, Bu Ambar?” tanya kaum lelaki. “Lhoh, mau ikut? Ini khusus cewek kok, ya.” “Eh, kita buat seragam apa gitu biar kompak, yuk,” saran anggota perempuan yang lain. “Ayo, kita harus kompak apapun yang terjadi. Eh, kalau ada yang tiba-tiba mundur jadi bendahara gimana? Kita masih kompak gini gak?” tanya Ambar memancing. “Jangan ada yang mundur lah. Apalagi Pak Sela, nanti aku yang bantuin menge
Part 45Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS Yunus:107)Diah masih menangis di depan layar komputer. Berbagai macam bayangan hadir dalam benak.Ambar dengan sumpah serapahnya, mertuanya dengan segala kalimat konyol yang diucapkan, dan banyak sekali hinaan serta cercaan yang pernah diterimanya.Tersadar dari tangisan kebahagiaan dan haru, Diah mengusap air mata, menuliskan nilai yang ia terima pada secarik kertas lalu keluar dari ruangan tes dengan perasaan yang mengharu biru.Sejenak ia berhenti di bawah sebuah pohon besar di depan gedung, menghirup udara yang sebanyak banyaknya. “Terima kasih, Allah,” ucapnya lalu melangkah yakin ke tempat parkir.Ia tidak menghubungi siapapun kawan yang mengikuti
“Alhamdulillah, Mbak Diah lulus ya Allah ….” Alfi menangis gembira.“Iya, alhamdulillah sekali. Syukurlah, Mbak Diah itu orang yang luar biasa. Semangatnya dalam dunia pendidikan sangat tinggi dan sering mengukir prestasi siswa di sana, jadi pantaslah Mbak Diah lulus,” sambung Yuli.“Mbak Diah berarti memang rezekinya tidak boleh keluar dari sekolah itu,” sambung Alfi lagi.Semakin panas telinga Ambar karena mendengar kalimat sanjungan yang diberikan pada rivalnya. Wajahnya bahkan sudah bagai kepiting rebus karena menahan marah. Dia marah pada nasib yang diterima oleh seseorang.Alfi melirik Ambar yang terlihat tidak baik-baik saja. Perempuan itu menarik senyum simpul, paham dengan apa yang sedang dirasakan oleh rekan satu kerjanya itu. Alfi telah ikut mendoakan Diah agar lulus. “Kita doakan saja Mbak Diah agar lulus. Biar menggantikan Pak Sela. Biar Ambar tidak adigang adigung dan merasa sombong dengan uang sekolah itu,” katanya sehari sebelum Diah tes di hadapan Yuli dan Feni.Di te
Part 46Sampai di rumah, Diah langsung disambut oleh kedua orang tuanya dengan wajah yang bahagia."Alhamdulillah, Bapak kerja jadi pedagang sapi gak sia-sia. Kamu sudah lulus ujian. Ujian tes juga ujian kehidupan. Semoga kamu menjadi abdi negara yang amanah. Setelah ini, jangan malas mengajar! Biar gaji yang dimakan berkah," kata Rozai."Insya Allah, Pak," jawab Diah."Suami kamu sudah tahu?" tanya Sasmita, ibu Diah."Hem," jawab Diah sungkan."Kenapa jawabnya gitu?" tanya Sasmita."Males bahas orang aneh," kata Diah.Rozai tertawa lebar. "Bapak mertua kamu bilang apa lagi?" tanya Rozai yang sebenarnya sudah sedikit tahu watak aneh dari sang besan.Diah bercerita panjang lebar dan Rozai tertawa terbahak-bahak."Ya, tidak semua orang harus sama dengan kita. Biarkan saja mereka dengan keunikannya. Kamu kalau malas bertemu, cukup menghindari. Kalau berbicara masalah Rizal, dia 'kan memang wataknya penurut. Baik hatinya kelewat baik jadi kadang tidak bisa membedakan mana yang pantas dan