Share

BADRUN DAN KESI LENYAP

“Nanti, Mas. Aku akan melayanimu sebanyak yang kamu mau. Sekarang kita ke gubug dulu. Yuk,” kata Saimah lalu mencium bibir Parman beberapa saat. Pria ini seketika memerah seluruh wajahnya.

“Dek, di dalam gubug saja,” ucap Parman yang kini bersemangat berjalan.

Akhirnya pasutri ini sampai teras gubug. Dalam gubug terdapat pelita yang ditempelkan di dinding. Serupa dengan yang ada di teras. Saat menginjak lantai yang berbahan dasar tanah tersebut, mata Saimah tertuju pada dua sosok yang sedang tidur berangkulan di lantai beralas daun pisang.

“Lho, ini pembantunya Pak Sarto, Mas,” ucap Saimah pun jongkok. Dia meraba kulit leher pasangan yang terbujur di lantai.

“Masa, sih?” tanya Parman tak percaya sambil ikut jongkok di sebelah istrinya.

“Masih hidup, Mas. Kenapa dengan mereka, ya.”

“Apa mereka keracunan, Dek?”

“Mas, buruan kamu minum kopinya. Kalo efeknya keburu lenyap, bisa repot sendiri,” kata Saimah memperingatkan suaminya.

“Kopi itu efeknya cuma bikin kuat melek. Kalo ilang efeknya,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status