Fiorella menatap suaminya lekat, ia memandang Christian datar. "Kau meminta maaf?""Seperti yang kau dengar.""Untuk apa?"Christian mendirikan tubuhnya, ia menatap Fiorella dengan mengangkat satu alisnya. "Aku akan keluar." Christian membalikkan tubuhnya, namun langkah kaki pria itu terhenti kala mendengar suara Fiorella."Kemana?" Pria itu menghembuskan napasnya lembut, menolehkan sedikit kepalanya menatap Fiorella. "Pantry, mencari makanan untukmu.""Tapi_""Tak terima penolakan!" final Christian seraya melanjutkan kakinya keluar dari kamar Fiorella.Tepat setelah sampai di pantry, Christian langsung bergerak dan memasak untuk Fiorella. Bagaimana pun pria itu membenci wanita yang berstatus sebagai istrinya, namun tetap saja ada sedikit rasa sesal ketika melihat wajah penuh luka Fiorella. Selepas memasak, Christian berjalan menelusuri lorong menuju kamar Fiorella namun langkah kakinya terhenti kala tangannya di tarik hingga ke sudut ruangan. "Kenapa kau tampak khawatir padanya?!""
"Apa yang kau butuhkan, Mr. Xander?" balas Sergio seraya membalikkan tubuhnya menatap Christian dan Liam dengan tatapan memicing."Aku perlu kau untuk sedikit mengganggu Leonardo.""Jangan repotkan dirimu dengan berusaha menentang Regnarok Mr. Xander.""Maksudmu?" Sergio berjalan dengan memasukkan satu tangannya di saku celana lalu duduk di sofa yang ada di tengah tengah ruangan."Kau tau betul posisi Regnarok di meja tertinggi. Kita tak bisa menggesernya semudah itu.""Aku tak memintamu untuk melengserkannya Sergio. Aku hanya ingin kau sedikit mengganggu Leonardo.""Well, kau keras kepala rupanya.""Itu terserah padamu Sergio, aku hanya ingin kita bekerja sama.""Apa yang bisa aku dapatkan jika aku berhasil menolongmu?""Kau akan dapatkan apapun. Aku dengan senang hati akan membantumu agar menjadi salah satu unsur terpenting di Highest table.""Apapun?'"Ya, apapun.""Baiklah, kurasa penawaran yang cukup sulit untuk di lewatkan.""Jadi, bagaimana?""Ya, aku akan sedikit bermain denga
Christian menatap penuh kekejaman pada seorang pria yang tengah tak sadarkan diri di bawah kakinya saat ini. Christian menatap Liam dengan ujung matanya. "Dia adalah tersangka yang pertama Tuan, kami sudah berhasil mencari tau dia setelah ia meninggalkan jaket yang terdapat sidik jarinya.""Kau yakin dia pelakunya?""Kami sedang berusaha mengulik lagi kebenarannya Tuan, karena bisa saja dia adalah suruhan seseorang.""Ya, kau benar." Christian mendudukkan tubuhnya di kursi lalu ia meraih pistol di saku jasnya lalu menodongkan ujung pistol itu tepat ke arah paha pria di bawahnya.Dor!Pria yang tak sadarkan diri itu perlahan meringis kesakitan. Ia tersadar namun tatapannya langsung mengarah pada Christian yang duduk dengan wajah datarnya namun terlihat sekali kilatan kebencian di netranya. "Katakan siapa yang menyuruh mu!""A-aku_""Katakan!""Maaf Tuan, T-tapi aku_" Christian bangkit, ia langsung meraih sebuah obor dan menyalakannya."Katakan atau aku akan membakar tubuhmu hidup-hidup
Christian langsung menggendong tubuh Fiorella dan dengan sedikit berlari ia keluar dari mansion. "LIAM! LIAM!" Liam berlari dengan cepat dan ia sedikit membeku saat melihat Nona-nya dalam keadaan yang mengkhawatirkan."Siapkan mobil!""Baik." Christian berlari kecil memasuki mobilnya disusul oleh Liam yang menyetir mobil itu.Christian langsung melepas jas dan melepaskan kaos hitam yang sedang ia pakai, menyobeknya memanjang dan ia lilitkan di pergelangan tangan kanan Fiorella. Setelah itu Christian kembali memakai jasnya, ia masih setia menatap wajah pucat Fiorella yang berada di bahunya. Christian meraih tangan kiri wanita itu, ia genggam lembut dan meremasnya pelan. Tak sadar Christian mengecup tangan kiri Fiorella lembut. "Ku mohon bertahanlah," mohon Christian dengan suara rendahnya.Sesampainya di rumah sakit, Christian langsung membawa Fiorella menuju lobby dan segera disambut beberapa suster di sana. Christian merebahkan tubuh Fiorella di atas brangkar dan ikut mengantarkan is
Fiorella turun dari brangkar-nya, wanita itu menatap Liam dengan tatapan datarnya. "Kenapa tidak Christian yang menjemputku?""Tuan sedang ada urusan nona, anda akan aku antarkan.""Baiklah." Fiorella menduduki kursi roda yang sudah disiapkan, Liam perlahan mendorong kursi roda itu keluar dari ruangan Fiorella dan keluar dari lobby rumah sakit memasuki mobil putih gading milik Christian. Di dalam perjalanan, Fiorella hanya diam menatap jalanan Seattle yang tengah dibasahi hujan yang cukup deras. berkecamuk, apa yang dikatakan oleh Christian benar. Ia tak bisa berdiam melawan Christian, ia bisa melawan pria itu dengan sifatnya yang dahulu. Oleh karena itu ia harus kembali menjadi dirinya sendiri, menjadi Fiorella yang tak takut dengan apapun, Fiorella yang berani menegakkan harga dirinya tak diinjak-injak oleh siapapun. Liam memberhentikan mobilnya, ia menolehkan kepalanya menatap Fiorella. "Nona, kita sudah sampai." Fiorella mengalihkan atensinya pada Liam, ia mengangguk paham. Per
Christian tersenyum sinis melihat pergerakan Fiorella yang menjelaskan pada awak media mengenai rencana Julia. Manik pria itu terus menatap layar komputernya yang menunjukkan Fiorella tengah terduduk dengan memijit pelipisnya. "Tuan?" Christian menolehkan sedikit kepalanya menatap Liam yang sudah berdiri di sampingnya dengan menundukkan kepalanya."Ada apa Liam?""Apa anda tak berniat membalas Nona Julia?""Balasan?""Ya Tuan, atas apa yang telah ia lakukan terhadap kita.""Liam, ia sudah mendapatkan balasannya sekarang mungkin headline berita sudah terisi oleh wajah dan kasusnya, itu sudah lebih dari cukup.""Baik Tuan." Christian mendirikan tubuhnya, ia menatap Liam sekilas lalu pergi keluar dari ruangan pribadinya menuju ruang konferensi.Ceklek!Christian mendorong pintu itu dengan perlahan, namun yang di dalam seakan mengabaikan kehadirannya saat ini. Di depan sana, Fiorella tampak tenang dengan menajamkan matanya seraya melepaskan blazernya menyisakan crop top yang menutupi tubu
Fiorella membuka matanya perlahan, ia edarkan pandangannya yang masih sedikit mengabur. Setelah penglihatannya jelas, ia menatap tepat disampingnya dimana tubuh seorang pria berbaring dengan posisi menelungkup. Mata Fiorella membulat seketika, ia lantas mendudukkan tubuhnya namun ia hampir berteriak kala mandapati tubuhnya polos tak tertutupi secarik benangpun kecuali selimut yang ia bagi dengan si pria.Fiorella mengetatkan rahangnya, dengan tangan yang mengepal sempurna ia menuruni ranjang dan meraih kain bathrobe lalu mengikatnya tergesa seraya kakinya berjalan mendekati ranjang. "TIAN!!" teriak Fiorella menggelegar.Tak mendapat respon apapun dari Christian Fiorella pun menggeram tertahan. Ia mendudukkan tubuhnya ke tepi ranjang dan ia menggerakkan tangan Christian kasar. "TIAN BANGUN BRENGSEK!!""TIAN!!""Hm.""BANGUN KAU BASTARD!""Kenapa kau berteriak Fio?""Kau menjebakku ya?!" tanya Fiorella dengan sentakkan tajamnya."Menjebak?""Ya! Kau memanfaatkan waktu saat aku mabuk, iy
Christian menatap punggung Liam yang mulai tertelan pintu, pria itu bangkit dari duduknya dan meraih ponsel seraya menatap hamparan kota. "Bagaimana?""Kami sudah mendengarkan semua rencana Regnarok untuk melindungi The Devil dan De'Eagler. Menurutku, akan sangat sulit untukmu menembus pertahanan De'Eagler karena bukan hanya Leonardo yang melindunginya tapi Arthur sendiri yang turun tangan.""Bagaimana bisa si tua itu ikut campur?""Jelas, karena ternyata Jones adalah sahabat karib Arthur. Dan pria itu meminta bantuan Highest Table untuk melindungi De'Eagler, itulah alasan mengapa Arthur mempererat penjagaan dan bantuan dari Regnarok untuk Jones dan kelompoknya.""Ada celah?""Untuk saat ini tak ada Christian, kusarankan jangan bermain api dulu untuk saat ini. Bermainlah di zona nyamanmu jangan berurusan dulu dengan Regnarok. Karena saat ini Regnarok berada di puncak penjagaan dan kewaspadaan, lebih baik kau mengulur waktu.""Baiklah, terus cari tau dan kabari aku yang terjadi di High
Reoxane menatap Charlotte yang berada di hadapannya saat ini, mereka saat ini berada di resort mewah milik Arthur di Bali, yah Indonesia. Entah mengapa pak Tua itu memberikam hadiah ini untuk Charlotte dan Reoxane katanya sebagai ucapan permintaan maaf atas permintaan konyol Arthur pada Reoxane waktu itu yang berakhir menyakiti kedua insan itu. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Reoxane seraya mengusap lengan Charlotte.Charlotte menggelengkan kepalanya pelan dan balik menggenggam tangan Reoxane. "Tak ada Kak Reo, hanya seperti mimpi bisa seperti ini denganmu. Ku rasa aku masih tinggal di hayalan," lirih Charlotte yang langsung menciptakan senyum misterius di bibir Reoxane.Tanpa di duga Reoxane mendaratkan kecupan singkatnya di pipi Charlotte yang membuat Charlotte membelalakan matanya bahkan semburat merah sudah menyebar di kedua pipi gadis itu. "Masihkah merasa mimpi?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Tapi lebih indah," jawabnya kemudian mulai memakan hidangan yang disaj
Two month leter...Reoxane mengusap kepala Charlotte yang bersandar di dadanya, ya mereka tengah menikmati angin malam di tepi pantai Maldives. Sebenarnya ini hanya liburan biasa sebagai hadiah peresmian hubungan mereka. Sebenarnya Reoxane ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada Fiorella tapi Charlotte menahannya karena memang keadaan rumah tangga sahabat mereka itu sedang renggang tetapi saat ini Reoxane mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Christian."Ada apa?" tanya Charlotte penasaran dengan mimik wajah Reoxane yang seketika berubah."Christian mengirimkan pesan, aneh sekali.""Maksudmu?" tanya Charlotte langsung bangun dari baringannya kemudian Reoxane memberikan pesan yang dikirimkan oleh Christian. "Kurasa terjadi sesuatu dengan mereka, haruskah kita ke Seattle sekarang?" tanya Reoxane penuh kekhawatiran bagaimanapun Fiorella adalah anak dari tuannya dan meskipun rasa itu sudah tidak ada lagi tapi keadaan Fiorella masih penting untuk Reoxane."Ya, ayo." Charlotte m
"Kak Reo?" panggil Charlotte dengan suara seraknya, si empu nama pun segera melangkahkan kakinya mendekati Charlotte dan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya pelan. "Bagaimana kondisimu?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Aku baik Kak, apalagi melihatmu," ucapnya pelan."Aku akan menjagamu.""Terimakasih, tapi jika ini permintaan Fio lebih baik jangan Kak. Aku tak ingin merepotakanmu.""Sama sekali tidak, aku tak kerepotan sama sekali.""Terimakasih."Sejak saat itu keduanya lebih dekat, Reoxane selalu menggenggam tangan Charlotte saat gadis itu melakukan kemoterapi, perlahan perhatian Reoxane meningkat dan untuk meninggalkan Charlotte sendiri rasanya Reoxane tak mampu. Ia akan membawa Charlotte menikmati sunset di pagi hari meskipun gadis itu dengan kursi rodanya seperti saat ini. Reoxane meraih tangan Charlotte dan menyampingkan rambut gadis itu ke sisi kanan dan ia menumpukan dagunya di sisi kiri bahu Charlotte. "Apa kau masih mencintai ku?" tanya Reoxane yang
Charlotte POV Sejak melihatnya entah mengapa duniaku teralihkan, tatapan matanya yang tajam mengalihkan perhatianku pada yang lain, aku ingin ia menatapku penuh cinta seperti saat ia menatap mata sahabatku, Fiorella. Mungkin gila jika dipikirkan dan berharap aku akan tinggal di hatinya yang terlihat sudah memiliki pengisi, aku ingin menyerah dan berhenti mengharapkannya tapi apa daya rasanya duniaku adalah dia, pekerjaanku kadang ku lupakan hanya saat dia berada di dekatku hingga akhirnya sahabatku menikah aku bahagia sangat bahagia karena ia bahagia tapi ternyata itu hanya sementara kebahagiaan Fiorella terhenti saat sebuah fakta terkuak Christian, suami sahabatku itu menikahi Fiorella hanya untuk ajang balas dendam dan yang lebih menyakitkan untukku adalah bagaimana perhatian pria yang ku cintai tertuju pada satu nama dan itu hanya Fiorella.Hatiku menanas seketika tapi aku tak bisa berkata, aku hanya berharap penyakitku akan berhenti dan pergi dari tubuh lemahku yang sudah banyak
Christian dan Fiorella menuruni tangga dengan tangan yang saling menaut, terlihat jelas sekali ketakutan yang tergambar di wajah Christian tapi sekali lagi eratan tangan Fiorella berhasil membuat pria itu melupakan ketakutannya. "Kita jalani dan hadapi ini bersama, right?" bisik Fiorella diangguki oleh Christian.Arthur menatap putra putrinya dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya, hingga Fiorella dan Christian duduk dihadapannya saat ini. "Dad, aku ingin bicara," ucap Christian diangguki oleh Arthur."Katakan apa yang ingin kau katakan Christian, aku mendengarkan," jawab Arthur.Christian menghembuskan napasnya pelan lalu menatap Arthur kembali. "Aku bersedia bertemu dengan Uncle Gustav tapi aku minta tolong Dad.""Katakan apa yang kau butuhkan, son?""Aku butuh pengawalan ketat untukku dan Fiorella, kami hanya takut terjadi sesuatu dan Uncle Gustav justru menyakiti Fiorella maupun Axa," pinta Christian dianguki oleh Arthur. Pria yang sudah berumur itu meraih ponselnya dan
One years leter..."Jadi Christian, apa yang akan kau lakukan sekarang? Semua sudah berlalu setahun yang lalu dan percayalah kami sudah memaafkanmu," ujar Arthur dengan menepuk bahu Christian. Pria itu mengangguk lalu membalas tatapan mata ayah mertuanya, sudah satu tahun semenjak kejadian itu kini Christian terlihat sangat berbeda ia menjadi pria yang hangat dan tak ada lagi kekejaman di matanya, ia melupakan dunia hitamnya dan mengikuti langkah yang diambil oleh Arthur yaitu keluar dari dunia mafia dan berbalik memeluk keluarganya seakan tak pernah terlibat dalam masalah kejahatan dan sebagainya, ia mengangguk lalu tersenyum manis. "Seperti yang kau tau Dad, aku tak akan kembali ke dunia itu lagi, sudah cukup aku dimanfaatkan sedemikian rupa demi keberhasilan orang lain dan justru merugikanku," kata Christian dengan senyum tipisnya membuat Arthur mengangguk penuh bangga."Kau tau, aku selalu berpikir aku salah dengan menjerumuskan Leonardo di dalam kubangan itu tapi putraku itu te
Meeting Room, The Highest TableChristian menatap satu persatu para kepala mafia yang duduk dengan tatapan penuh pertanyaan padanya, mereka bertanya-tanya untuk apa Christian mengumpulkan mereka mendadak."Aku tau, mungkin kalian bingung mengapa aku mengumpulkan kalian lagi disini di ruang pertemuan ini. Selama aku menduduki kursi tertinggi The Highest Table aku menjadi pribadi yang kurang bersyukur dan tak memandang sekitar, aku selalu bekerja tanpa perasaan dan mengandalkan obsesiku. Semua gembong mafia besar sudah aku taklukan dengan kelompokku, Black Eclips. Aku tau mungkin ini cukup mengagetkan jika kalian dengar namun ini benar-benar keputusan terakhirku.""Aku mengambil alih The Highest Table dengan cara yang kurang baik tidak seperti Regnarok ataupun pemimpin sebelumnya. Aku tau, mungkin ini memang bukan milikku oleh karena itu aku akan memberikan kembali pada pemilik aslinya.""Aku Christian Xander memberikan The Highest Table kembali pada Regnarok, Leonardo De Lavega," ucap
Dua minggu sejak Christian sadar dari komanya, kini pria itu menatap malu-malu pada Fiorella entahlah ia hanya merasa seperti seorang gadis yang mabuk cinta, perasaan kurang ajar!"Christian," panggil Arthur pelan dan Christian pun menolehkan kepalanya menatap Arthur.Ya, sejak bayangan sang Mommy yang memintanya berhenti dendam pada pria yang tak lain adalah mertuanya itu, Christian benar-benar melupakan dendamnya meskipun setiap ia melihat manik Baby Axa ia terbayang kembali dengan sang Daddy, Damian. Namun Christian saat ini bisa dengan mudah mengontrol dirinya sendiri. "Ya Dad? Ada masalah?"Arthur melepaskan garpu dan sendok dari tangannya kemudian menyatukan tangannya di atas meja makan ia tatap menantunya dengan penuh kedinginan. "Daddy ingin bicara padamu, bisakan? Ada Leonardo juga tapi aku butuh tempat seperti markas? Kau bisakan memberi kami waktu untuk mengisi Black Eclips sebentar hanya untuk memberi mu sesuatu.""Ya Dad, tentu saja kapanpun Daddy butuhkan." Arthur mengan
2 month later...Fiorella menatap wajah suaminya yang sudah dua bulan ini tak membuka kelopak mata, wanita itu mencium telapak tangan Christian yang besar dan lumayan dingin, pria itu seakan sangat nyaman dalan tidurnya. Decit pintu berhasil membuat Fiorella menolehkan kepalanya dan menemukan Tabitha tengah menggendong Axa. "Sepertinya Axa haus, kau susui dulu.""Ya, baiklah." Fiorella menerima bayinya dengan hati-hati lalu kembali menatap Tabitha dengan sendu."Bersabarlah, Mommy yakin ia akan segera sadar.""Ya, semoga.""Mommy keluar dulu.""Terimakasih sudah menjaga Axa Mom.""Ya, sama-sama." Tabitha melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Christian kemudian berjalan menuju Arthur yang masih duduk dengan pandangan kosongnya.Kembali ke dalam ruangan Christian, Fiorella mulai menyusui Axalion sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Christian. "Cepat sadar Tian, aku merindukanmu," lirihnya dengan suara lembut seraya menatap sekilas pada wajah pucat Christian.