Share

88. Perang Saudara

Pedataran luas di dekat ngarai selatan kerajaan peri samudera tampak gegap gempita.

Bendera kebesaran berkibar. Genderang dan tetabuhan pemicu adrenalin dipukul susul menyusul. Binatang-binatang padang meringkuk ketakutan dalam sarang, sebagian memilih untuk menjauh karena mencium aroma bahaya.

Di langit, matahari tampak patuh. Tak menampakan diri dengan arogan seperti biasa, takut mengalami nasib seperti rerumputan yang semula indah bak karpet tebal raksasa berwarna zambrud, namun kini tergilas habis oleh telapak jutaan peri yang berbaris rapi dan saling berhadapan.

Wajah mereka garang dan penuh gairah membunuh.

Samudera Biru menarik napas. Rencananya untuk menunaikan perang telah tunai.

Apakah ia sedih? Karena bagaimanapun mereka adalah saudaranya sendiri.

Jawabannya adalah tidak.

Sejak mereka mencelakai sang ibu tanpa ragu, maka hari ini akan datang cepat atau lambat, tidak tidak peduli siapa yang memulai terlebih dahulu.

Samudera Biru hanya merasa sedikit miris karena di mata me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status