Danish terus menarik lengan Alexa menjauh dari warung pecel lele. Danish tidak peduli dengan tatapan heran Bu Siti, Malika, dan Didin. Hal terpenting baginya sekarang adalah bertemu Alexa. Alexa heran melihat sikap Danish dan langsung angkat bicara.
“Kak Danish, tunggu! Kita mau ke mana?” tanya Alexa.
Danish menghentikan langkahnya dan melepaskan lengan Alexa. Danish berdiri berhadapan dengan Alexa, kemudian menatap Alexa lekat-lekat hingga membuat Alexa salah tingkah. Danish mendekatkan wajahnya, lalu berbisik pelan di telinga Alexa.
“I’m starving. Let’s grab something for dinner,” kata Danish.
“Hah?” Alexa seperti mendadak bodoh.
“Astaga! Gue lapar. Gue mau loe menemani gue cari makan malam,” kata Danish.
Alexa tertawa dan mengangguk setuju
Danish masih memilih untuk diam dan tidak menjawab pertanyaan Alexa. Alexa semakin gemas dan memukul lengan Danish.“Kak Danish jawab, dong!” seru Alexa.“Loe mau gue jawab apa? Eh, Ra! Semua itu cuma perasaan loe saja. Gue bersikap manis sama loe? Jangan harap! Mimpi!” Danish berbicara dengan nada angkuhnya. Danish langsung membalikkan badannya. Danish berjalan secepat kilat hingga membuat Alexa kesusahan untuk mengejarnya.“Ih, Kak Danish! Tunggu, dong!” seru Alexa. Danish hanya tersenyum dan membiarkan Alexa mengejarnya dengan susah payah. Danish berusaha menepis sebuah fakta bahwa jantungnya berdebar sedikit lebih kencang dari biasanya.-- Alexa masih mengatur napasnya karena kelelahan mengejar Dan
Bu Siti masih merasakan euforia setelah SMA Galaxy Nusantara berhasil menjadi juara pertama lomba cerdas cermat Matematika. Bu Siti meminta Alexa, Didin, dan Malika berfoto bersama kepala sekolah sambil memamerkan piala besar yang telah diperoleh. Sesi foto tersebut berlangsung sangat lama hingga membuat Alexa pegal karena diminta tersenyum terus-menerus.“Ayo, kalian harus senyum, dong! Foto yang tadi masih belum bagus,” kata Bu Siti. Alexa, Malika, dan Didin memasang senyum palsunya agar tidak terkena ocehan kemarahan Bu Siti yang lebih galak dari harimau. Setelah sekian lama, akhirnya sesi pemotretan hari ini selesai juga. Alexa menarik napas lega dan hendak segera kembali ke kelasnya. Alexa baru membalikkan badannya, namun Bu Siti kembali memanggilnya.“Alexandra, saya mau berterima kasih kepada kamu karena sudah mau membantu saya dalam lomba ini,” kata Bu Siti.
Alexa mematut dirinya berkali-kali di depan cermin untuk memastikan penampilannya sudah sempurna. Jantungnya berdebar sangat kencang sekarang. Alexa sudah tidak mampu menyembunyikan perasaan gugupnya dan sudah tidak mampu membendung perasaannya sekarang. Alexa melirik jam tangannya. Waktu masih tersisa setengah jam lagi, namun Alexa sudah tiba di Empire Grill. Alexa benar-benar tidak ingin datang terlambat. Alexa hanya berharap Danish segera tiba di Empire Grill untuk menepati janjinya. Alexa sekali lagi mematut dirinya di depan cermin. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Jantung Alexa berdebar semakin kencang saat membaca nama Danish muncul di layar ponselnya. Alexa segera mengangkat telepon tersebut.“Halo, Ra!
Frey sengaja menelepon Danish pagi-pagi dan meminta Danish untuk segera datang menemuinya untuk membahas rencana sinetron terbaru Danish. Frey menepuk pundak Danish dan memberikan segelas kopi kepada Danish yang sedang duduk di sebuah ruangan.“Nih, kopi buat loe,” kata Frey. Danish langsung meneguk kopi tersebut tanpa membalas ucapan Frey. Frey menghela napasnya dan mengambil tempat duduk di sebelah Danish.“Lio, loe harus bersikap baik hari ini kepada Pak Damar. Jangan sampai Pak Damar berubah pikiran tentang proyek ini,” kata Frey.“Frey! Kenapa Pak Damar harus jadi produser di sinetron ini? Loe pasti sebetulnya hafal Pak Damar adalah orang paling bawel di dunia,” kata Danish.“Lio! Jangan banyak membantah. Gue tahu yang terbaik untuk loe. Sebentar lagi Pak Damar datang. Loe harus menyiapkan senyum terbaik loe untuk beliau,” kata Fr
Danish menyandarkan tubuhnya di jok mobilnya. Kalimat Frey terus terbayang dalam benak Danish. Danish menggelengkan kepalanya dan hendak menyalakan mesin mobilnya, namun ponselnya berdering. Frey meneleponnya. Danish mengangkat telepon tersebut dengan perasaan malas.“Frey, ada perlu apa lagi?” tanya Danish.“Lio, loe ada di mana? Kenapa gue cari susah banget,” kata Frey.“Gue mau pulang. Ada perlu apa lagi?” tanya Danish malas.“Lio, gue mau loe segera ke kedai kopi langganan kita. Loe harus datang pokoknya!” seru Frey. Frey langsung mematikan sambungan telepon tersebut. Danish meletakkan ponselnya dan menghela napasnya. Danish segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi menuju kedai kopi yang dimaksud Frey.-- Frey melambaikan tangannya kepada Danish seol
Alexa menemui Danish di sebuah taman dekat rumah Alexa. Alexa berlari kecil menghampiri Danish sambil tersenyum lebar. Sementara itu, Danish nampak acuh dan bersikap tidak peduli dengan kehadiran Alexa.“Kak Danish! Jadi, Kak Danish mau bicara apa? Aku pikir Kak Danish mau ajak aku kencan,” kata Alexa.“Kencan? Lupakan semua khayalan loe itu. Lebih baik loe baca ini sekarang!” seru Danish. Danish menyerahkan surat perjanjian pura-pura jadi pacar Danish kepada Alexa dengan kasar. Alexa menerimanya dengan kaget dan senyumnya langsung hilang. Alexa tidak menyangka Danish bisa kembali bersikap kasar dan angkuh kepadanya.“Ada sedikit revisi dalam surat perjanjian itu. Gue harap loe bisa mengerti semua yang sudah gue tulis di sana,” kata Danish. Alexa membacanya secara seksama. Alexa me
Danish sedang duduk sendirian di sebuah ruangan sambi menunggu kedatangan Frey dan Pak Damar. Danish sedang sibuk bermain game di ponselnya hingga Frey datang dan menepuk pundaknya. Danish masih tidak menghiraukan Frey hingga Frey duduk di hadapannya dan mengambil paksa ponsel Danish.“Apa Frey? Astaga, gue jadi kalah kalau kayak gitu,” kata Danish.“Lio, semua yang gue lakukan itu demi kebaikan loe. Sampai kapan loe mau berburuk sangka sama gue?” tanya Frey.“Frey, apa pernah loe tanya pendapat gue soal sinetron ini, soal strategi pemasaran loe? Loe selalu berkata semua ini demi kebaikan gue tanpa pernah loe tanya sama gue,” kata Danish. Frey terdiam dan berpikir keras sebelum menjawab perkataan Danish. Frey belum sempat membalas perkataan Danish, namun Pak Damar sudah datang dan menyapa keduanya.“Frey, Lio! Kalian sudah datang ru
Alexa sedang berjalan-jalan sendirian di sebuah pusat perbelanjaan. Alexa berpikir kalau dirinya akan bersenang-senang hari ini, namun dugaannya benar-benar salah. Mami Yuliani yang terkadang sedikit tidak punya perasaan tega meminta Alexa untuk membeli banyak barang, seolah Alexa adalah layanan jasa titip. Alexa mengeluh dan sejak tadi sibuk menatap layar ponselnya untuk memastikan tidak ada barang yang belum dibelinya. Sementara itu, pandangan Alexa tertuju pada beberapa media promosi di toko-toko. Wajah Danish Adelio muncul sebagai beberapa brand ambassador merek ternama di Indonesia. Alexa tersenyum bangga karena karier Danish dapat berkembang pesat. Danish berpose seorang diri. Alexa sangat menyukainya, namun tiba-tiba dirinya teringat pada Sellena.Danish pernah berkata bahwa dirinya dan Sellena akan cukup banyak terlibat dalam beberapa proyek bersama. Namun, Alexa sepertinya tidak meliha
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera