Danish menyandarkan tubuhnya di jok mobilnya. Kalimat Frey terus terbayang dalam benak Danish. Danish menggelengkan kepalanya dan hendak menyalakan mesin mobilnya, namun ponselnya berdering. Frey meneleponnya. Danish mengangkat telepon tersebut dengan perasaan malas.
“Frey, ada perlu apa lagi?” tanya Danish.
“Lio, loe ada di mana? Kenapa gue cari susah banget,” kata Frey.
“Gue mau pulang. Ada perlu apa lagi?” tanya Danish malas.
“Lio, gue mau loe segera ke kedai kopi langganan kita. Loe harus datang pokoknya!” seru Frey.
Frey langsung mematikan sambungan telepon tersebut. Danish meletakkan ponselnya dan menghela napasnya. Danish segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi menuju kedai kopi yang dimaksud Frey.
--
Frey melambaikan tangannya kepada Danish seol
Alexa menemui Danish di sebuah taman dekat rumah Alexa. Alexa berlari kecil menghampiri Danish sambil tersenyum lebar. Sementara itu, Danish nampak acuh dan bersikap tidak peduli dengan kehadiran Alexa.“Kak Danish! Jadi, Kak Danish mau bicara apa? Aku pikir Kak Danish mau ajak aku kencan,” kata Alexa.“Kencan? Lupakan semua khayalan loe itu. Lebih baik loe baca ini sekarang!” seru Danish. Danish menyerahkan surat perjanjian pura-pura jadi pacar Danish kepada Alexa dengan kasar. Alexa menerimanya dengan kaget dan senyumnya langsung hilang. Alexa tidak menyangka Danish bisa kembali bersikap kasar dan angkuh kepadanya.“Ada sedikit revisi dalam surat perjanjian itu. Gue harap loe bisa mengerti semua yang sudah gue tulis di sana,” kata Danish. Alexa membacanya secara seksama. Alexa me
Danish sedang duduk sendirian di sebuah ruangan sambi menunggu kedatangan Frey dan Pak Damar. Danish sedang sibuk bermain game di ponselnya hingga Frey datang dan menepuk pundaknya. Danish masih tidak menghiraukan Frey hingga Frey duduk di hadapannya dan mengambil paksa ponsel Danish.“Apa Frey? Astaga, gue jadi kalah kalau kayak gitu,” kata Danish.“Lio, semua yang gue lakukan itu demi kebaikan loe. Sampai kapan loe mau berburuk sangka sama gue?” tanya Frey.“Frey, apa pernah loe tanya pendapat gue soal sinetron ini, soal strategi pemasaran loe? Loe selalu berkata semua ini demi kebaikan gue tanpa pernah loe tanya sama gue,” kata Danish. Frey terdiam dan berpikir keras sebelum menjawab perkataan Danish. Frey belum sempat membalas perkataan Danish, namun Pak Damar sudah datang dan menyapa keduanya.“Frey, Lio! Kalian sudah datang ru
Alexa sedang berjalan-jalan sendirian di sebuah pusat perbelanjaan. Alexa berpikir kalau dirinya akan bersenang-senang hari ini, namun dugaannya benar-benar salah. Mami Yuliani yang terkadang sedikit tidak punya perasaan tega meminta Alexa untuk membeli banyak barang, seolah Alexa adalah layanan jasa titip. Alexa mengeluh dan sejak tadi sibuk menatap layar ponselnya untuk memastikan tidak ada barang yang belum dibelinya. Sementara itu, pandangan Alexa tertuju pada beberapa media promosi di toko-toko. Wajah Danish Adelio muncul sebagai beberapa brand ambassador merek ternama di Indonesia. Alexa tersenyum bangga karena karier Danish dapat berkembang pesat. Danish berpose seorang diri. Alexa sangat menyukainya, namun tiba-tiba dirinya teringat pada Sellena.Danish pernah berkata bahwa dirinya dan Sellena akan cukup banyak terlibat dalam beberapa proyek bersama. Namun, Alexa sepertinya tidak meliha
Suasana hati Alexa seketika berubah menjadi buruk. Semua hal tentang Danish terbayang dalam benak Alexa. Danish yang sempat memperlakukannya dengan istimewa bagaikan seorang ratu di Bandung, Danish yang menciumnya, sikap Danish yang kembali berubah menjadi dingin dan angkuh, hingga kemunculan Danish dan Sellena di sinetron Terserah Kamu.Suasana hati Alexa semakin bertambah rusak saat melihat story Instagram Sellena bersama Danish. Alexa langsung mengira semua perubahan sikap Danish disebabkan oleh Sellena. Sellena yang telah menghasut Danish untuk kembali bersikap angkuh kepada Alexa. Kini, Alexa hanya mampu menghela napasnya dan berusaha sedikit berpikir positif. Sementara itu, Mami Yuliani dan Papi Didi masih saja asyik menonton sinetron Terserah Kamu. Alexa berniat untuk pergi mandi air hangat untuk memperbaiki suasana hatinya, namun Mami Yuliani memanggilnya dan memintanya untuk pergi ke warung.“Alexa, mau ke mana kamu? Kamu tolong pe
Alexa berjalan masuk ke dalam kelasnya dengan ogah-ogahan. Alexa terus membayangkan Sellena yang menempel kepada Danish seperti prangko. Sellena sungguh beruntung bisa seharian bersama Danish di lokasi shooting. Terkadang, Alexa juga ingin berada di posisi yang sama seperti Sellena. Sesampainya di kelas, Alexa melihat pemandangan yang tidak biasa dari para siswi di kelasnya. Mereka semua tampak asyik memandangi layar ponselnya masing-masing sambil bergosip dan tertawa. Alexa sangat heran karena mereka seolah baru saja melihat seorang pangeran tampan. Hal tersebut juga terjadi pada kedua sahabat Alexa, yaitu Kayla dan Belle.“Ih, astaga! Kalau begini, ini baru namanya definisi dari ketampanan yang sempurna!” seru Kayla.“Aku setuju! Aku baru tahu kalau dia ternyata tampan banget,” kata Belle.
Alexa telah berhasil mengumpulkan seluruh niat dan keberaniannya untuk menemui Danish di lokasi shooting hari ini. Untungnya, Danish sempat memberitahu alamatnya, sehingga Alexa tidak perlu kebingungan mencarinya. Alexa berharap alamat tersebut tidak salah. Alexa menarik napasnya dalam-dalam untuk meredakan rasa gugupnya sekarang. Alexa meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Danish beberapa kali, namun Danish tidak mengangkat teleponnya.“Apa Kak Danish lagi benar-benar sibuk, ya?” Alexa masih berusaha menguhubungi Danish. Alexa mencobanya beberapa kali lagi hingga merasa kalau Danish tidak akan mengangkat teleponnya sekarang. Alexa memutuskan untuk berjalan masuk ke dalam. Alexa melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru untuk mencari sosok Danish.Nahas, Alexa tidak berhasil menemukan sosok Danish,
Sandiwara Sellena belum selesai sampai di sana. Sellena masih terus memasang senyum palsunya di bibir merah meronanya sambil terus mengucapkan kata-kata manis di depan Pak Damar. Sellena berjanji kepada Pak Damar untuk memesankan kopi kesukaan Pak Damar. Perlakuan Sellena langsung mendapat sambutan baik dari Pak Damar.“Sellena, kamu engga perlu repot-repot memesankan kopi untuk saya. Lebih baik kamu bersiap-siap untuk shooting,” kata Pak Damar.“Pak Damar, saya engga merasa kerepotan dengan semua ini. Saya tinggal pesan lewat ponsel dan kopinya akan sampai,” kata Sellena. Pak Damar kembali tersenyum dan tidak mampu menolak kebaikan Sellena. Sellena bersorak girang dalam hatinya dan langsung meraih ponselnya.“Kalau begitu, saya mau pesan kopinya sekarang,” kata Sellena.“Ah, Sellena! Terima kasih banyak. Saya benar-benar engga sala
Hiruk pikuk keramaian klub malam selalu terasa setiap harinya. Sellena sudah cukup lama tidak mengunjungi klub malam karena kesibukannya cukup meningkat selama beberapa saat terakhir. Malam hari ini Sellena menyempatkan dirinya untuk mengunjungi salah satu klub malam di Jakarta. Tentunya hal ini tidak serta-merta dilakukannya. Sellena sudah memiliki janji dengan seseorang yang tidak lain adalah Mike Alvaro. Mike menyalakan sebatang rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam. Kepulan asap rokok memenuhi salah satu sudut ruangan klub malam tersebut. Mike melirik jam tangannya. Mike yakin sebentar lagi Sellena akan datang untuk menemuinya. Dugaan Mike ternyata benar. Sellena datang menghampirinya sambil masih berusaha mengatur napasnya.“Mike, maaf gue terlambat. Walau gue terlambat, gue tetap memenuhi janji ini dan engga ingkar janji,” kata Sellena.
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera