Danish masuk ke dalam sebuah mobil dan duduk di sebelah Frey. Frey merasa heran dan memutuskan untuk bertanya kepada Danish.
“Lio, kenapa loe jadi mau ambil pekerjaan ini di Bandung? Bukannya loe lebih memilih untuk pemotretan brand ambassador Inner Fresh Perfume di Jakarta?” tanya Frey.
“Ah! Lebih baik gue pergi jauh-jauh ke Bandung, dibandingkan harus pemotretan bareng Sellena. Seram,” kata Danish.
Frey tertawa mendengar jawaban Danish. Danish terkesan begitu takut dan berusaha untuk menghindari Sellena.
“Oh, jadi karena Sellena? Astaga, loe kayaknya takut banget sama Sellena,” kata Frey.
“Coba loe yang jadi gue. Pasti loe juga engga akan tahan dekat-dekat dengan Sellena,” kata Danish.
Frey kembali tertawa mendengar perkataan Danish. Awalnya, Frey tida
Danish dan Alexa memutuskan untuk mengunjungi salah satu pusat kuliner ternama di Kota Bandung. Alexa melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru dan menemukan banyak sekali penjual makanan yang terlihat begitu menggugah selera. Alexa merasa semakin lapar dan memutuskan untuk bertanya kepada Danish.“Kak Danish, kita mau makan apa? Makan nasi uduk?” tanya Alexa.“Gue gak mau makan santan,” jawab Danish angkuh. Alexa menghela napasnya. Alexa melihat ada penjual soto di dekat sana dan kembali bertanya kepada Danish.“Makan soto?” tanya Alexa.“Oh, please! Gue lagi gak mood makan soto,” jawab Danish.“Ya sudah kalau Kak Danish engga mau. Kita makan pecel lele saja,” kata Alexa.“Apa? Pecel lele? Kalau loe sampai berani ajak gue makan pecel lele, gue lebih baik pulang sekarang. Biar loe nan
Hujan bertambah deras saat Danish menyalakan mesin mobilnya. Danish segera melajukan mobilnya dan menyetir dalam gelap malam dengan iringan rintik hujan. Sementara itu, aroma parfum Danish semakin nyata karena bercampur dengan penyejuk udara yang dinyalakan untuk mencegah kabut. Alexa masih mengenakan jaket Danish untuk menghilangkan rasa dingin yang terasa begitu menusuk tubuhnya. Suasana begitu hening sehingga Danish meminta Alexa untuk menyalakan radio di mobilnya.“Ra, radio! Sepi banget,” kata Danish.“Eh, oke, Kak!” kata Alexa. Alexa menyalakan radio di mobil Danish, lalu mencari frekuensi radio yang sesuai. Tidak lama kemudian, Alexa berhasil menemukan stasiun radio yang sedang memutar lagu Can We Kiss Forever dari Kina. Alexa tertegun dan mendengarkan liriknya secara saksama.“I tried to reach you, I can't hideH
Malam itu adalah malam paling indah dalam hidup Alexa. Ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar mencium Alexa semalam. Alexa terus tersenyum tanpa henti, bahkan saat dirinya tertidur, Alexa yakin kalau senyumnya tidak hilang. Malam terasa begitu singkat dan digantikan dengan pagi. Aroma bekas hujan semalam telah hilang digantikan dengan cahaya matahari yang masih bersinar malu-malu. Alexa masih tertidur dengan lelapnya hingga terdengar sayup-sayup suara ketukan pintu. Alexa membuka kedua matanya dengan malas dan berjalan ke ambang pintu. Alexa membuka pintu kamarnya dan berpikir bahwa Danish berada di balik pintu tersebut.“Kak Danish Adelio!” seru Alexa. Dugaan Alexa salah. Bu Siti muncul di balik pintu sambil melipat kedua tangannya. Kedua mata Alexa membulat karena kaget.“Alexa! Kamu tahu ini sudah jam b
Perkataan Didin seakan-akan membuat jantung Alexa berhenti berdetak. Alexa tidak mampu menyembunyikan kegugupannya sekarang. Alexa terlihat salah tingkah dan terpaksa memberanikan diri bertanya kepada Didin untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Didin, maksud kamu apa? Kamu lihat aku berciuman sama siapa?” tanya Alexa.“Iya, Ra! Aku lihat kamu berciuman dengan pangeran katak,” kata Didin sambil tertawa.“Hah? Kamu lihat di mana?” tanya Alexa.“Aku lihat dalam mimpiku,” kata Didin. Didin tertawa terbahak-bahak dengan gaya kemayu. Didin ternyata hanya bercanda. Didin tidak tahu kalau jantung Alexa hampir saja copot mendengar perkataan Didin.“Malika, kamu engga ketawa? Ketawa, dong!” seru Didin“Eh, iya! Lucu banget,” kata Malika sambil pura-pura tertawa.&
Alexa merasa begitu bahagia atas pencapaiannya hari ini. Alexa merasa tidak sia-sia begadang selama kurang lebih seminggu terakhir, walaupun masih harus menghadapi babak kedua dan babak ketiga dalam lomba ini.Alexa memutar otaknya dan ingin membelikan sesuatu untuk Danish sebagai ungkapan rasa terima kasih. Namun, Alexa tidak tahu makanan atau minuman kesukaan Danish. Alexa tersenyum dan memutuskan untuk menghampiri Bu Siti yang sedang sibuk mengunggah beberapa foto ke media sosialnya.“Bu Siti, boleh aku tanya sesuatu?” tanya Alexa.“Kamu mau tanya apa, Ra? Kalau kamu mau tanya rumus Matematika, jangan sekarang. Saya sedang sibuk unggah foto,” jawab Bu Siti datar. Alexa menghela napasnya dan berusaha untuk tetap sabar. Bu Siti masih terus fokus pada layar ponselnya dan tidak menatap mata Alexa sebagai lawan bicaranya.“Bu Siti tahu apa makanan atau mi
Alexa menutup pintu kamar 413 dan menyandarkan tubuhnya di daun pintu. Hati Alexa dipenuhi oleh perasaan menyesal dan bersalah. Kecerobohan Alexa telah merusak momen romantisnya bersama Danish malam hari ini. Alexa memang bodoh karena telah menyimpan tiramisu truffle yang sangat berharga itu secara sembarangan hingga membuatnya tengik. Alexa meraih ponselnya dan mengirim sebuah pesan Whatsapp kepada Danish berisi permintaan maaf.To: Danish AdelioAku minta maaf soal tragedi tiramisu truffle tadi. Alexa menimang ponselnya dalam diam. Tidak lama kemudian, sebuah pesan Whatsapp dari Danish masuk ke dalam ponsel Alexa. From: Danish AdelioOh, lupakan!I’m starving. Could you grab something to eat for me? Alexa meringis dan semak
Alexa sengaja bangun lebih pagi hari ini. Hal itu sengaja dilakukannya bukan untuk belajar, melainkan untuk pergi membelikan sarapan untuk Danish. Alexa merasa kasihan pada Danish yang belum sempat makan sejak semalam. Beberapa saat kemudian, Alexa sudah tiba kembali di hotel sambil menenteng sebuah kantong plastik berisi sandwich dan cappuccino. Rambut panjangnya yang diikat ekor kuda bergoyang mengikuti langkahnya, berbarengan dengan senyumnya yang merekah. Alexa hendak mengetuk pintu kamar hotel Danish, namun tiba-tiba jantungnya berdebar kencang. Pipi Alexa bersemu kemerahan membayangkan Danish membuka pintu dengan rambut yang masih berantakan, tetapi tetap tampan maksimal. Alexa memutuskan untuk mengambil secarik kertas kecil dan pulpen. Alexa mulai menuliskan sesuatu di sana sambil terus tersenyum tanpa henti. Set
Danish terus menarik lengan Alexa menjauh dari warung pecel lele. Danish tidak peduli dengan tatapan heran Bu Siti, Malika, dan Didin. Hal terpenting baginya sekarang adalah bertemu Alexa. Alexa heran melihat sikap Danish dan langsung angkat bicara.“Kak Danish, tunggu! Kita mau ke mana?” tanya Alexa. Danish menghentikan langkahnya dan melepaskan lengan Alexa. Danish berdiri berhadapan dengan Alexa, kemudian menatap Alexa lekat-lekat hingga membuat Alexa salah tingkah. Danish mendekatkan wajahnya, lalu berbisik pelan di telinga Alexa.“I’m starving. Let’s grab something for dinner,” kata Danish.“Hah?” Alexa seperti mendadak bodoh.“Astaga! Gue lapar. Gue mau loe menemani gue cari makan malam,” kata Danish. Alexa tertawa dan mengangguk setuju
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera