Danish menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Alexa. Kemeja kebesaran Danish nampak membuat penampilan Alexa terkesan lebih imut-imut. Alexa benar-benar berterima kasih kepada Danish karena rela meminjamkan kemejanya, walaupun itu adalah kemeja yang Danish pakai hari sebelumnya dan disimpan di dalam mobilnya, serta berterima kasih karena Danish mengantarkannya pulang. Alexa hendak membuka sabuk pengaman yang dikenakannya, namun Danish menahannya.
“Ra, ingat kata gue! You should take care of yourself. Loe harus bisa membedakan hal yang baik dan buruk. Loe sudah harus bersikap dewasa,” kata Danish.
Alexa tersenyum tipis. Alexa berpamitan kepada Danish dan mengucapkan terima kasih sekali lagi.
“Ra, nanti gue urus mobil loe supaya bisa dikembalikan ke sini,” kata Danish.
“Oh, iya! Aku baru ingat mobilku,” kata Alexa.
&nb
Alexa berangkat sekolah di hari Senin yang cerah dengan penuh semangat. Tidak lupa, Alexa membawa sepatu hak tinggi miliknya dalam sebuah tas jinjing bening. Belle menatap Alexa heran dan bertanya kepada Alexa.“Ra, buat apa kamu bawa sepatu hak tinggi? Kamu mau pake untuk upacara?” tanya Belle.“Ih, sembarangan kamu! Aku mengejar mimpiku!” seru Alexa. Belle jadi teringat ekstrakurikuler modelling yang pernah diikuti Alexa selama 2 pertemuan saja. Belle langsung menertawakan Alexa.“Ra, kamu mau ikut ekstrakurikuler modelling lagi? Astaga! Dulu saja kamu cuma ikut 2 pertemuan,” kata Belle.“Ih, sembarangan kamu! Kali ini aku bertekad engga akan pernah bolos lagi,” kata Alexa.“Ah, kamu! Paling nanti baru seminggu juga langsung bolos lagi,” kata Belle. 
Alexa masih merasa sangat kesal karena tidak dapat kembali bergabung dalam ekstrakurikuler modelling. Alexa ingin sekali menyerah rasanya, namun wajah Sellena kembali terbayang dalam ingatannya. Sellena pasti akan semakin menyombongkan dirinya nanti. Alexa tetap bertekad untuk bisa mengalahkan popularitas Sellena. Menurut catatan Alexa, cara lain untuk menjadi terkenal adalah menjadi seorang aktris. Alexa ingat betul kalau ada ekstrakurikuler teater di sekolahnya dan hal ini patut untuk dicoba. Alexa bertekad untuk mengikuti seleksi ekstrakurikuler teater sepulang sekolah hari ini. Bel pulang sekolah berbunyi. Alexa sudah tidak sabar untuk pergi ke auditorium tempat diadakannya ekstrakurikuler tersebut. Alexa melirik jam tangannya dan membereskan barang-barangnya, namun Kayla bertanya kepadanya.“Ra, kamu mau ke man
Alexa sudah mulai merasa sedikit putus asa karena tidak lolos seleksi ekstrakurikuler modelling dan teater. Alexa memutuskan untuk menghibur dirinya dengan menjelajahi Instagram. Tiba-tiba, unggahan Sellena menyanyikan sebuah lagu muncul dalam beranda Alexa. Unggahan tersebut nampaknya cukup mendapatkan respon yang positif dari para warganet yang melihatnya. Alexa melihat cukup banyak yang menyukai dengan memberi tanda love dan memberikan komentar positif terhadap unggahan tersebut. Kedua mata Alexa membulat, lalu langsung berkomentar negatif terhadap unggahan tersebut.“Huh, Sellena! Suaranya engga bagus! Buat apa dia pake acara nyanyi-nyanyi segala. Gak jelas,” kata Alexa. Alexa cemberut dan langsung menutup ponselnya. Alexa semakin tidak mau kalah dari Sellena. Alexa memang sebetulnya tidak terlalu pandai bernyanyi, tetapi menurut Alexa menjadi seorang penyanyi adalah sa
Alexa merasa sangat kecewa dengan dirinya sendiri. Alexa kembali menatap kertas tentang cara menjadi terkenal yang ditulisnya beberapa waktu lalu. Alexa sudah dinyatakan gagal diterima dalam beberapa ekstrakurikuler di SMA Galaxy Nusantara. Alexa benar-benar ingin menyerah sekarang, namun lagi-lagi wajah menyebalkan Sellena terbayang dalam otaknya.“Sellena! Bagaimana caranya supaya aku bisa mengalahkan Sellena! Pokoknya aku engga boleh kalah sama Sellena!” seru Alexa. Semangat Alexa kembali membara memikirkan keinginannya untuk menjadi seseorang yang terkenal. Kini, hanya ada sebuah kesempatan lagi untuk menjadi terkenal, yaitu dengan mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Alexa memang kurang paham dan kurang mengetahui banyak hal tentang cheerleader, tetapi hal ini patut dicoba dan diperjuangkan. Al
Bu Siti mempersilakan Alexa masuk ke dalam kelas yang menjadi markas anggota klub Matematika. Wajah Bu Siti nampak sangat bahagia seperti habis memenangkan undian sabun colek. Bu Siti sudah lama bermimpi Alexa mau bergabung dengan klub Matematika dan hari ini mimpinya telah menjadi kenyataan.“Permisi semuanya! Salam kenal!” seru Alexa. Seluruh mata langsung tertuju pada Alexa. Alexa seolah menjadi pusat perhatian karena penampilannya yang terlihat begitu menarik hari ini. Alexa mengenakan jaket denim yang dipadukan dengan seragam sekolahnya, sepatu putih bertumit tinggi, serta rambut panjangnya yang diberi sedikit sentuhan ikal pada ujungnya dibiarkan terurai.“Anak-anak, perkenalkan ini Alexandra dari kelas XIB IPA. Dia anggota baru klub Matematika,” kata Bu Siti.“Halo, Alexa!” Seluruh anggota klub Matematika menyapa Alexa.&n
Persiapan lomba cerdas cermat Matematika adalah sesuatu yang sangat melelahkan. Alexa harus rela mengorbankan jam tidurnya setiap hari demi mengerjakan soal-soal latihan. Belum lagi, masih ada sejumlah PR dan tugas yang harus dikerjakannya. Semua hal melelahkan tersebut membuat Alexa menjadi sangat mengantuk, hingga pada saat keberangkatannya ke Bandung.Alexa pergi ke Bandung bersama Malika, Didin, dan tentunya Bu Siti yang bertugas sebagai guru pendamping. Bu Siti tidak hentinya mengoceh dan berlaku kejam sejak tadi. Bu Siti sengaja meminta Alexa membelikannya minuman dingin di minimarket, membelikannya bala-bala, membuka tutup botol minuman, hingga meminta Alexa membawakan barang-barangnya. Sangat kejam bukan?Alexa mendorong kopernya dan koper Bu Siti dengan malas-malasan. Sesampainya di lobi hotel, Alexa memutuskan untuk menyandarkan tubuhnya di sofa empuk dan memejamkan kedua matanya sejenak. Biar saja Bu Siti yang sibuk menemui resepsionis hotel.Alexa ra
Danish masuk ke dalam sebuah mobil dan duduk di sebelah Frey. Frey merasa heran dan memutuskan untuk bertanya kepada Danish.“Lio, kenapa loe jadi mau ambil pekerjaan ini di Bandung? Bukannya loe lebih memilih untuk pemotretan brand ambassador Inner Fresh Perfume di Jakarta?” tanya Frey.“Ah! Lebih baik gue pergi jauh-jauh ke Bandung, dibandingkan harus pemotretan bareng Sellena. Seram,” kata Danish. Frey tertawa mendengar jawaban Danish. Danish terkesan begitu takut dan berusaha untuk menghindari Sellena.“Oh, jadi karena Sellena? Astaga, loe kayaknya takut banget sama Sellena,” kata Frey.“Coba loe yang jadi gue. Pasti loe juga engga akan tahan dekat-dekat dengan Sellena,” kata Danish. Frey kembali tertawa mendengar perkataan Danish. Awalnya, Frey tida
Danish dan Alexa memutuskan untuk mengunjungi salah satu pusat kuliner ternama di Kota Bandung. Alexa melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru dan menemukan banyak sekali penjual makanan yang terlihat begitu menggugah selera. Alexa merasa semakin lapar dan memutuskan untuk bertanya kepada Danish.“Kak Danish, kita mau makan apa? Makan nasi uduk?” tanya Alexa.“Gue gak mau makan santan,” jawab Danish angkuh. Alexa menghela napasnya. Alexa melihat ada penjual soto di dekat sana dan kembali bertanya kepada Danish.“Makan soto?” tanya Alexa.“Oh, please! Gue lagi gak mood makan soto,” jawab Danish.“Ya sudah kalau Kak Danish engga mau. Kita makan pecel lele saja,” kata Alexa.“Apa? Pecel lele? Kalau loe sampai berani ajak gue makan pecel lele, gue lebih baik pulang sekarang. Biar loe nan
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera