Buana cukup terkejut ketika melihat Papa mertuanya menelpon, hal yang jarang sekali terjadi.
“Kenapa Papa telepon? Apakah ada sesuatu dengan Gendis?” Dan sambil bertanya-tanya dia pun segera mengangkat panggilan tersebut.
“Hallo, Pa?”
“Ya, Buana, di mana kamu?”
“Aku di kantor. Ada apa Papa telpon?” suara Buana cemas memikirkan istrinya.
“Oh, tidak ada apa-apa, kok. Tapi Papa hanya kepikiran soal pertanyaanmu semalam di meja makan. Papa merasa harus memberikan sebuah informasi penting mengenai tulisan yang ada di dalam lukisan silsilah itu.”
“Lukisan silsilah? Sebentar, Pa.” Dengan sigap Buana membuka gambar lukisan yang barusan sudah dia print. Dia meletakkan lembaran kertas tersebut ke atas meja. “Oke, Pa, ada informasi apa soal gambar di lukisan silsilah tersebut?”
“Mmm, sebenarnya Papa bisa mengeja sedikit mengenai tulisan yang tertetra di san
Buana cukup terkejut ketika melihat Papa mertuanya menelpon, hal yang jarang sekali terjadi.“Kenapa Papa telepon? Apakah ada sesuatu dengan Gendis?” Dan sambil bertanya-tanya dia pun segera mengangkat panggilan tersebut.“Hallo, Pa?”“Ya, Buana, dimana kamu?”“Aku di kantor. Ada apa Papa telpon?” suara Buana cemas memikirkan istrinya.“Oh, tidak ada apa-apa, kok. Tapi Papa hanya kepikiran soal pertanyaanmu semalam di meja makan. Papa merasa harus memberikan sebuah informasi penting mengenai tulisan yang ada di dalam lukisan silsilah itu.”“Lukisan silsilah? Sebentar, Pa.” Dengan sigap Buana membuka gambar lukisan yang barusan sudah dia print. Dia meletakkan lembaran kertas tersebut ke atas meja. “Oke, Pa, ada informasi apa soal gambar di lukisan silsilah tersebut?”“Mmm, sebenarnya Papa bisa mengeja sedikit mengenai tulisan yang tertetra di sana
Sepanjang perjalanan Kalila tertidur. Dia sepertinya lelah. Perempuan itu kebetulan juga punya penyakit yang bisa menyebabkan mabuk perjalanan. Sehingga Segara menyuruhnya tidur saja, daripada nanti malah bikin repot jika sampai mabuk.Setelah melewati jalan tol mobil Segara langsung menuju ke pedalaman Kuningan. Dan dari petunjuk yang sudah diberikan Kalila sebelumnya akhirnya Segara berhasil mencapai lokasi yang dimaksud.“Kalila, kita sudah sampai,” ucap Segara menggoyang-goyangkan tubuh Kalila agar terbangun.Perempuan itu masih berat matanya, namun perlahan-lahan dia membuka mata dan mulai tersedar. “Oh, sudah sampai ternyata. Maaf ya, aku harus tidur dan tidak bisa menemani perjalananmu”“Tidak masalah, Kalila. Yang penting sekarang kita sudah di sini. Yuk keluar!” ajak Segara yang sudah tidak sabar lagi ingin melihat penemuan situs kuno tersebut.Begitu turun mereka langsung disambut oleh tim Kalila
Setengah sadar Segara membuka matanya, dan saat itu juga di kegelapan dalam candi dia melihat jika relief-relief di sekitarnya menjadi berwarna hijau dan menyala!Segara takjub, dan cepat mengucek-ngucek matanya demi melihat apa yang terjadi. Namun tak berubah, huruf-huruf yang terukir pada dinding candi tersebut benar-benar menyala berwarna hijau.Laki-laki itu lalu berdiri denngan cara meraih sebuah batu yang berada di sampingnya. Badannya masih terasa lemas, namun dia berusaha untuk menegakkan tubuh. Hingga kemudian dia meraih batu cekung yang digenangi air kemudian membasuh mukanya kembali.Segara berharap dengan basuhannya kali ini bisa memulihkan kesadarannya sepenuhnya yang tiba-tiba hampir menghilang. Namun alih-alih kembali, yang terjadi selanjutnya malahan dia mengalami kejadian yang lebih aneh lagi, yaitu relief yang menyala hijau terang tersebut menjadi bergerak, berputar-putar mengelilingi tubuhnya, dan seketika itu terdengar suara-suara yang aneh!
Sementara di tempat lain, Buana saat ini sudah mendapat daftar nama orang-orang pintar yang berada di sekitar. Anak buahnya baru saja memberikan amplop yang berisi laporan nama-nama tersebut, semuanya bahkan lengkap mulai dari nama hingga kepada silsilah nasab. Meskipun harus diakui bahwa tidak semua data lengkap dengan sempurna.“Memangnya apa yang akan Anda lakukan terhadap data-data ini, Pak?” tanya salah seorang anak buah kepada Buana.Saat itu Buana hanya mejawab pendek. “Ada investigasi khusus.”“Apakah ini berkaitan dengan kasus yang sedang Anda selidiki, Pak?”Buana mengangguk sebagai jawaban. “Ya, tapi untuk investigasi ini aku ingin melakukannya sendiri saja. Aku tidak perlu pendampingan dari pihak kepolisian.”Si anak buah sontak mengerutkan kening. “Kenapa begitu, Pak? Bukankah kita adalah team yag harus selalu bersama dalam memecahkan kasus ini?”“Kamu memang bena
“Selamat datang di Kabupaten Kuningan,” Buana mengeja tulisan yang tertera di pinggir jalan. Sesuai dengan informasi yang didapat dari anak buahnya, bahwa Mpu Rembulan saat ini sedang berada di Kuningan, sehingga dirinya cepat-cepat datang ke kota ini.Hal pertama yang harus Buana lakukan adalah mencari seorang warga secara acak yang bisa menunjukkan dimana tepatnya Mpu Rembulan sedang berada. Maka dari itu Buana menghentikan laju mobilnya di depan tenda warung kopi yang terletak di pinggir jalan raya.“Selamat malam, Kek, boleh saya minta satu gelas kopi panas?” ucap Buana kepada Kakek tua penjual kopi. Kakek tua tersenyum mengangguk-angguk, matanya sipit karena tertutup keriput.“Baik, Nak, silakan duduk terlebih dahulu.” Tangan tuanya lekas meracik kopi di warung tenda remang-remang tersebut. Terlihat bergetar, gerakan Kakek tua sudah tidak lincah. Buana malah jadi khawatir dan akhirnya dia membantu si Kakek tua untuk menua
“Hallo Segara, ada apa?” ucap Buana seraya menghentikan laju mobilnya, menepi di bahu jalan.“Kak, kamu dimana? Aku harus bertemu denganmu sekarang juga!” suara Segara terdengar panik. Hal tersebut memunculkan kecurigaan dalam benak Buana.“Aku sedang Kuningan. Ada apa memang? Sudah, sudah, kamu tenang dulu.”“Tidak bisa tenang ini, Kak. Kita harus segera ketemu.”“Ya, tapi masalahnya aku sedang ada keperluan yang penting di sini. Dan ini tidak bisa ditinggal begitu saja. Jadi sekarang kamu tenang dulu, Segara. Coba ceritakan apa yang terjadi sebenarnya?” Buana terus menenangkan adiknya tersebut agar bisa berbicara lebih jelas. Sebenarnya dia khwatir mengapa adiknya tiba-tiba gugup seperti itu?“Kak, saat ini aku sedang berada di situs Mataram bersama Kalila dan juga team-nya. Dan, tadi tidak sengaja aku masuk ke dalam sebuah candi di sini. Kemudian tiba-tiba sebuah potongan keris mu
Sementara itu, Buana sudah bisa merasakan hawa dingin yang teramat menggigiti kulitnya. Bahkan udara itu terasa sampai menusuk ke tulang, sehingga dengan cepat Buana menyimpulkan bahwa Desa Rowopening sudah tidak jauh lagi.Untuk memastikan hawa dingin tersebut, Buana sampai membuka jaketnya. Dan benar saja, dia menggigil kedinginan dan segera memakai jaketnya kembali.“Lalu dimana gapura itu?” ucapnya menoleh ke kanan dan kiri. Matanya terus menerawang di kegelapan guna mencari tulisan di gapura tersebut. Tak lama kemudian gapura yang dimaksud akhirnya kelihatan. “Yah, tidak salah lagi, pasti itu adalah pintu masuk menuju ke Desa Rowopening.”Mobil itu berjalan perlahan ketika sudah memasuki gapura desa. Sebab jalan aspal sudah tidak lagi, kini digantikan dengan jalan penuh tanah gembur yang basah. Bahkan ban mobil milik Buana sempat ambles dan terselip beberapa kali. Namun beruntung Buana bisa mengatasi hal tersebut.&ldquo
Sementara itu, Buana sudah bisa merasakan hawa dingin yang teramat menggigiti kulitnya. Bahkan udara itu terasa sampai menusuk ke tulang, sehingga dengan cepat Buana menyimpulkan bahwa Desa Rowopening sudah tidak jauh lagi.Untuk memastikan hawa dingin tersebut, Buana sampai membuka jaketnya. Dan benar saja, dia menggigil kedinginan dan segera memakai jaketnya kembali.“Lalu dimana gapura itu?” ucapnya menoleh ke kanan dan kiri. Matanya terus menerawang di kegelapan guna mencari tulisan di gapura tersebut. Tak lama kemudian gapura yang dimaksud akhirnya kelihatan. “Yah, tidak salah lagi, pasti itu adalah pintu masuk menuju ke Desa Rowopening.”Mobil itu berjalan perlahan ketika sudah memasuki gapura desa. Sebab jalan aspal sudah tidak lagi, kini digantikan dengan jalan penuh tanah gembur yang basah. Bahkan ban mobil milik Buana sempat ambles dan terselip beberapa kali. Namun beruntung Buana bisa mengatasi hal tersebut.&ldquo
Pagi harinya, ramai orang sudah berkumpul di sebuah pemakaman.Orang-orang berbondong mengenakan pakaian serba berwarna hitam, seperti barisan semut yang mengular panjang untuk mengantarkan sang jenazah ke tempat peristirahatan yang terakhir.Isak tangis terdengar di mana-mana, bebarengan dengan kidung doa yang dilantunkan merdu sepanjang perjalanan menuju ke makam. Inilah waktunya untuk orang baik hati itu pergi meninggalkan dunia fana ini, guna menuju alam yang lebih tinggi dan abadi.Gendis tak kuasa menahan tangisnya sebab kabar ini terlalu mendadak. Semalam dia diberitahu pihak berwajib bahwa suaminya meninggal dunia di atap sebuah apartemen mewah.Benar! Kini Buana telah benar-benar wafat, tepatnya ketika pertarungan puncak berakhir dan jiwa Mpu Supa pergi meninggalkan tubuh tersebut, tampaknya luka-luka yang diderita oleh Buana tidaklah sepele.Tercatat bahwa dadanya berlubang cukup besar, kepalanya pun terus meneteskan darah sebab terbentur
Tak ingin berbicara lebih lama lagi, sebab waktu yang dipunyai terbatas, maka Mpu Supa segera menyerang balik Sang Iblis menggunakan ajian putihnya.Dia terbang melesat mendekati Sang Iblis dengan kecepatan cahaya, dan ketika berada di depannya Mpu Supa langsung memegangi kepala Sang Iblis. Dia membenturkan wajahnya sendiri ke arah wajah Sang Iblis!Duakkk!!! Suara benturan tersebut terdengar sangat keras membelah hening malam.Sang Iblis terpental jauh ke belakang menerima benturan tersebut. Kakinya masih melayang di udara. Namun belum sampai kesadarannya pulih, Mpu Supa sudah melesat lagi menuju ke arahnya dan kali ini hantaman bertubi-tubilah yang dia terima.‘Bugh’‘Bugh’‘Bagh!!!’Dengan jurus seribu cahaya Mpu Supa menghajar Sang Iblis tanpa ampun! Dia menghantam kepala, badan, tangan, kaki, serta titik-titik persendian tertentu yang memang sudah diicarnya sebagai kelemahan dari Sang Iblis.
Di atap gedung, Sang Iblis terus mencekik seraya menyedot darah dari leher Giselle. Perempuan malang itu benar-benar sudah tidak bisa bangun lagi akibat Sang Iblis mengekang jiwanya.Bahkan muka Giselle kini sudah pucat pasi sebab kehilangan darah yang banyak. Setiap darah yang mengalir dari tubuh Giselle segera berpindah kepada Sang Iblis, dan darah tersebut mengandung kekuatan tertentu untuk Iblis. Makin banyak darah yang diambil maka makin banyak kekuatan yang didapat, serta Iblis berencana untuk menyedot semua darah perempuan tersebut.Namun di luar dugaan, saat sedang melakoni ritual tersebut tiba-tiba dua orang datang dengan cara terbang dan mengangumkan. Tentu itu membuat Sang Iblis terheran-heran, pasalnnya sekarang dia menyangka hanya dirinyalah yang mampu terbang seperti itu.“Hentikan perbuatanmu!” teriak Mpu Supa begitu melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sang Iblis!“Jauhi perempuan itu sekarang juga!” Raden Kamandr
Sementara itu di saat bersamaan, di dalam apartemen, Buana dan Segara masih terkapar tidak bergerak. Denyut nadinya sudah menghilang, dan jantungnya pun berhenti bergerak.Secara medis memang keduanya sudah dinyatakan meninggalkan, sebab lambat-laun organ tubuh dan sel-sel di dalam badan perlahan berhenti bekerja. Namun, sebenarnya mereka itu belum mati, hanya saja ruh-nya berpindah ke alam yang lebih tinggi.“Bangunlah kalian!” ucap seorang tua berpakaian serba putih kepada ruh Buana dan Segara. Rambut orang tua tersebut juga menjulur panjang dan putih, sambil tersenyum dia pun kembali berkata, “Buana, Segara, bangunlah!”Mendapat panggilan tersebut ruh Buana dan Segara pun seketika bangun. Keduanya tercengang saat mendapati alam sekeliling yang berbeda dengan alam dunia, sebab di sini semuanya serba berwarna putih. “Apakah aku sudah mati?” ucap Buana dan Segera secara bersamaan.“Belum, sebab lebih tepatnya di s
Mendapati kakaknya sedang ditikam spontan saja Segara membantunya. Dia langsung memuul wajah Sang Iblis tepat di ppinya. Namun sayangnya Iblis tak bergeming dengan pukulan lema tersebut. Malahan dengan kejam dia berkata, “Lihatlah sekarang Kakakmu ini akan kubunuh di depan matamu! Hahahaa...”“Sial, lepaskan dia!” teriak Segara yang masih berusaha terus memukul. Namun Sang Iblis terlalu tangguh untuk menerima pukulan lemah tersebut. “Hentikan! Aku bilang hentikan!”Sang Iblis tak peduli! Dia terus menancapkan kukunya semakin dalam dan bahkan kini mengenai bagian jantung Buana, lalu merobeknya membuat seisi perut porak-poranda!Buana sudah lemas tidak bisa melawan lagi, wajahnya yang penuh dengan darah hanya menatap ke langit-langit, mengerjab satu kali, kemudian mati!“Hahahaa!! Lihatlah makhluk lemah ini. Hanya dengan begini saja dia sudah mati. Cih, siapa suruh mau melawanku!” ucap Sang Iblis dengan tawany
Genta terpental mendapat tiga tembakan tersebut. Tubuhnya ambruk menghantam meja kaca hingga pecah.Meski dengan tiga buah peluru yang bersarang di dada, namun Genta tidak mati. Dia hanya limbung sebentar kemudian bangkit lagi dan tertawa renyah.“Kamu pikir bisa membunuhku dengan pistol seperti itu?” ucapnya yang kini sudah terdengar bahwa itu bukanla suara Genta lagi. Suara itu terdengar berat dan serak, serta menggunakan logat seperti orang zaman kuno. Jelas sekali bahwa itu adalah suara Sang Iblis.Mendengar suara aneh tersebut Buana bersiap-siap untuk menembak kembali. Namun sayangnya Sang Iblis sudah terlebih dahulu bergerak cepat sekali, secepat cahaya, yang tiba-tiba dirinya sudah berada di samping persis Buana. “Enyahlah kamu! Dasar manusia makhluk lemah dan penganggu!”Brakkk!!! Dipukul-lah kepala Buana dengan telak hingga sampai tengkoraknya berbunyi.Buana terlempar cukup jauh hingga sampai menabrak dinding. Lalu
Mimik wajah genta berubah menjadi ketakutan saat tahu Buana tidak main-main. Wajar, siapa yang tidak takut dengan peristiwa seperti ini, ditodong pistol tepat di hadapan keningnya? Jelas saja semua orang akan takut. Namun sebenarnya yang dilakukan Buana hanyalah sedang ingin memancing Sang Iblis agar keluar dari tubuh Genta. Sebab sampai saat ini belum ada tanda-tanda kemuculan makhluk laknat tersebut.“Akan kuhitung satu sampai tiga, jika kamu masih mengelak atas perbuatanmu, maka jangan salahkan aku jika kutarik pelatuk ini!” ucap Buana semakin menekan moncong pistol ke kening iparnya.“Satu...”Tubuh Genta mulai gemetar. Terlihat jelas dia ketakutan dan tidak ingin mati. Sepertinya jiwanya sekarang sedang ingin melawan Sang Iblis yang mengekang dalam dirinya.“Dua...” Buana terus menghitung mundur tanpa ampun. Jarinya telah bersiap untuk menarik pelatuk!“Tiga!!!”“Oke, oke, stop! Aku
Tidak heran jika ini disebut apartemen elite karena berada di tengah kawasan tempat tinggal para orang konglomerat. Bagi Genta tentu saja uang bukanlah masalah sebab dia merupakan putra seorang yang sangat berada, sehingga bahkan uang sakunya sangat cukup jika harus membeli apartemen di sini.Bangunan ini terdiri dari 15 lantai, sedangkan lantai paling atas digunakan untuk tempat pendaratan helikopter. Sebab tidak jarang para penghuni apartemen di sini kerap menyewa helikopter untuk kepentingan sehari-hari atau sekadar untuk cari sensasi. Begitulah.Setelah menganalisis dengan saksama lingkungan sekitar apartemen, Buana dan Segara langsung naik menuju lantai sembilan. Kepada security di depan Buana menunjukkan lencananya sebagai perwira polisi dan berkata dia ingin melakukan investigasi dengan salah satu penghuni di sini.Tentu saja si security langsung memberikan izin tanpa banyak bertanya. Malahan dia menawarkan jasa informasi mengenai apartemen jika memang di
Memang begitulah yang terjadi. Setelah bertemu dengan Mpu Badingga, seolah kehidupan Buana dan Segara selalu diikuti oleh sosok ruh yang tidak kasat mata.Semua ini terlau sulit untuk dijelaskan oleh keduanya, tetapi mereka benar-benar merasakan kehadirannya, sosok Mpu Supa dan Raden Kamandraka.Seperti halnya ketika Buana sedang tidur, dia akan didatangi oleh sosok laki-laki tua berambut serba putih yang menjulur panjang. Memang di dalam mimpi tersebut sosok Kakek tua tidak terlihat begitu jelas, namun yang pasti Buana bisa memastikan melalui instingnya bahwa itu adalah sosok Mpu Supa.Saat mendatangi Buana di alam mimpi Mpu Supa tidak bericara banyak hal. Beliau hanya suka duduk di samping Buana, dan saat itu adalah malam hari dengan taburan bintang-bintang.Buana pun tidak mencoba untuk bertanya hal apa pun dengan sosok Mpu Supa di dalam mimpinya, melainkan Buana hanya membiarkan beliau tersenyum memandangi wajahnya, sambil sesekali mengusap-usap kepal