“Selamat datang di Kabupaten Kuningan,” Buana mengeja tulisan yang tertera di pinggir jalan. Sesuai dengan informasi yang didapat dari anak buahnya, bahwa Mpu Rembulan saat ini sedang berada di Kuningan, sehingga dirinya cepat-cepat datang ke kota ini.
Hal pertama yang harus Buana lakukan adalah mencari seorang warga secara acak yang bisa menunjukkan dimana tepatnya Mpu Rembulan sedang berada. Maka dari itu Buana menghentikan laju mobilnya di depan tenda warung kopi yang terletak di pinggir jalan raya.
“Selamat malam, Kek, boleh saya minta satu gelas kopi panas?” ucap Buana kepada Kakek tua penjual kopi. Kakek tua tersenyum mengangguk-angguk, matanya sipit karena tertutup keriput.
“Baik, Nak, silakan duduk terlebih dahulu.” Tangan tuanya lekas meracik kopi di warung tenda remang-remang tersebut. Terlihat bergetar, gerakan Kakek tua sudah tidak lincah. Buana malah jadi khawatir dan akhirnya dia membantu si Kakek tua untuk menua
“Hallo Segara, ada apa?” ucap Buana seraya menghentikan laju mobilnya, menepi di bahu jalan.“Kak, kamu dimana? Aku harus bertemu denganmu sekarang juga!” suara Segara terdengar panik. Hal tersebut memunculkan kecurigaan dalam benak Buana.“Aku sedang Kuningan. Ada apa memang? Sudah, sudah, kamu tenang dulu.”“Tidak bisa tenang ini, Kak. Kita harus segera ketemu.”“Ya, tapi masalahnya aku sedang ada keperluan yang penting di sini. Dan ini tidak bisa ditinggal begitu saja. Jadi sekarang kamu tenang dulu, Segara. Coba ceritakan apa yang terjadi sebenarnya?” Buana terus menenangkan adiknya tersebut agar bisa berbicara lebih jelas. Sebenarnya dia khwatir mengapa adiknya tiba-tiba gugup seperti itu?“Kak, saat ini aku sedang berada di situs Mataram bersama Kalila dan juga team-nya. Dan, tadi tidak sengaja aku masuk ke dalam sebuah candi di sini. Kemudian tiba-tiba sebuah potongan keris mu
Sementara itu, Buana sudah bisa merasakan hawa dingin yang teramat menggigiti kulitnya. Bahkan udara itu terasa sampai menusuk ke tulang, sehingga dengan cepat Buana menyimpulkan bahwa Desa Rowopening sudah tidak jauh lagi.Untuk memastikan hawa dingin tersebut, Buana sampai membuka jaketnya. Dan benar saja, dia menggigil kedinginan dan segera memakai jaketnya kembali.“Lalu dimana gapura itu?” ucapnya menoleh ke kanan dan kiri. Matanya terus menerawang di kegelapan guna mencari tulisan di gapura tersebut. Tak lama kemudian gapura yang dimaksud akhirnya kelihatan. “Yah, tidak salah lagi, pasti itu adalah pintu masuk menuju ke Desa Rowopening.”Mobil itu berjalan perlahan ketika sudah memasuki gapura desa. Sebab jalan aspal sudah tidak lagi, kini digantikan dengan jalan penuh tanah gembur yang basah. Bahkan ban mobil milik Buana sempat ambles dan terselip beberapa kali. Namun beruntung Buana bisa mengatasi hal tersebut.&ldquo
Sementara itu, Buana sudah bisa merasakan hawa dingin yang teramat menggigiti kulitnya. Bahkan udara itu terasa sampai menusuk ke tulang, sehingga dengan cepat Buana menyimpulkan bahwa Desa Rowopening sudah tidak jauh lagi.Untuk memastikan hawa dingin tersebut, Buana sampai membuka jaketnya. Dan benar saja, dia menggigil kedinginan dan segera memakai jaketnya kembali.“Lalu dimana gapura itu?” ucapnya menoleh ke kanan dan kiri. Matanya terus menerawang di kegelapan guna mencari tulisan di gapura tersebut. Tak lama kemudian gapura yang dimaksud akhirnya kelihatan. “Yah, tidak salah lagi, pasti itu adalah pintu masuk menuju ke Desa Rowopening.”Mobil itu berjalan perlahan ketika sudah memasuki gapura desa. Sebab jalan aspal sudah tidak lagi, kini digantikan dengan jalan penuh tanah gembur yang basah. Bahkan ban mobil milik Buana sempat ambles dan terselip beberapa kali. Namun beruntung Buana bisa mengatasi hal tersebut.&ldquo
Sebenarnya Mpu Rembulan banyak tahu perihal Buana, namun beliau memilih bungkam. Beliau berkata, “Untuk lebih jelasnya, nanti Mpu Badingga yang akan menjelaskan kepadamu, Anak Muda.”Buana lekas pamit dari gubuk reyot tersebut. Dia berjalan kembali menuju ke mobilnya yang masih berhenti di tanjakan yang curam. Dan ajaibnya, ketika dia sekarang berusaha menyetir, ban belakang itu sudah tidak terselip lagi. Walhasil dengan mudah Buana pun bisa pergi dari tanjakan curam tersebut.Melewati jalan tanah yang gembur, Buana terus menancap gas untuk keluar secepatnya dari Desa Rowopening ini. Dia masih tidak habis pikir bahwa Kakek tua penjua kopi yang ditemuinya tadi adalah Mpu Badingga sendiri.“Hahahaa, ini menarik. Setidaknya sekarang aku sudah bisa menemukan dirimu, Mpu Badingga,” ucap Buana menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa senang. Dia merasa sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Mpu Badingga dan mencari tahu kebenaran mengenai kas
Buana dan Segara saling menatap satu sama lain begitu melihat kejadian yang ajaib ini. Padahal baru saja mereka melintasi jalan ini, dan warung itu sama sekali tidak ada. Namun entahlah, mengapa sekarang tiba-tiba warung tenda kopi ini mendadak buka?“Apa yang terjadi sebenarnya, Kak?” tanya Segara merasa penasaran.Buana hanya bisa menggelengkan kepala sambil terus memegangi kemudinya. “Aku juga tidak tahu, Dik. Tapi alangkah baiknya sekarang kita sambangi saja Kakek tua penjual kopi itu dan bertanya langsung kepada beliau.” Setelah mengatakan itu mereka langsung memarkir mobil di bahu jalan.Hujan masih deras malam ini. Bahkan kadang-kadang dicampur dengan angin yang beriup cukup kencang. Sehingga meski jarak antara mobil dan tenda hanyalah dekat, namun Buana dan Segara cukup basah bajunya saat mereka berlari menuju tenda kopi tersebut.“Wah wah, kalian kok hujan-hujanan?” sapa Kakek tua dengan ramah begitu mereka sam
Sinar mentari pagi menembus kelopak mata Buana. Dia segera terbangun dan cukup terkejut ketika mengetahui dirinya tengah berada di tempat yang asing.“Dimana aku? Kenapa aku ada di sini?” Mata Buana segera berkeliling mencari-cari sebuah petunjuk di sekitar. Yang terlihat hanyalah dinding yang terbuat dari sulaman bambu, serta sebuah ranjang kecil yang digunakan untuk dirinya tidur.“Dimana Segara? Dan dimana Kakek tua yang semalam aku temui itu?” Pertanyaan demi pertanyaan terus berkelabat dalam benak Buana, sehingga saat itu juga dia memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur guna membuka pintu kamar.Ajaib! Ternyata rumah sederhana yang sedang dia tinggali tersebut berada tepat di bawah air tejun yang tinggi. Dan samar-samar Buana melihat di bawah aliran air terjun tersebut ada si kakek Tua bersama dengan Segara yang sedang berbicara asyik.Entah apa yang sedang mereka berdua bicarakan sekarang, namun sekilas keduanya cukup akr
Sinar mentari pagi menembus kelopak mata Buana. Dia segera terbangun dan cukup terkejut ketika mengetahui dirinya tengah berada di tempat yang asing.“Dimana aku? Kenapa aku ada di sini?” Mata Buana segera berkeliling mencari-cari sebuah petunjuk di sekitar. Yang terlihat hanyalah dinding yang terbuat dari sulaman bambu, serta sebuah ranjang kecil yang digunakan untuk dirinya tidur.“Dimana Segara? Dan dimana Kakek tua yang semalam aku temui itu?” Pertanyaan demi pertanyaan terus berkelabat dalam benak Buana, sehingga saat itu juga dia memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur guna membuka pintu kamar.Ajaib! Ternyata rumah sederhana yang sedang dia tinggali tersebut berada tepat di bawah air tejun yang tinggi. Dan samar-samar Buana melihat di bawah aliran air terjun tersebut ada si kakek Tua bersama dengan Segara yang sedang berbicara asyik.Entah apa yang sedang mereka berdua bicarakan sekarang, namun sekilas keduanya cukup akr
Ritual ini dinamakan dengan Ritual Sumpah! Tujuannya adalah untuk mengikat sebuah perjanjian agar seseorang bisa menyelesaikan sebuah misi yang besar dengan segenap jiwa raganya. Bahkan ritual ini akan membuat seseorang terikat jiwanya, dan jiwa tersebut akan terus hidup bereinkarnasi untuk melakukan misi yang sama.Dan sekarang ritual inilah yang aka dijalani oleh Buana dan Segara. Di bawah bimbingan Mpu Badingga, mereka berdua disuruh bertelanjang bulad hingga tanpa mengenakan sehelai pun kain.Berikutnya mereka disuruh berendam di bawah guyuran air terjun yang sangat deras.Dingin sekali! Buana dan Segara merasakan air yang begitu dingin seperti es sebab ini merupakan air yang bersumber langsung dari mata air di ujung hulu sana.Hanya butuh satu detik saja sesaat setelah mereka menyelupkan diri ke dalam kolam di bawah air mancur tersebut, tubuh mereka berdua lngsung menggigil, bahkan seakan tulang-tulang mereka seperti rontok!Buana menggigil, h