Sementara itu, Buana sudah bisa merasakan hawa dingin yang teramat menggigiti kulitnya. Bahkan udara itu terasa sampai menusuk ke tulang, sehingga dengan cepat Buana menyimpulkan bahwa Desa Rowopening sudah tidak jauh lagi.
Untuk memastikan hawa dingin tersebut, Buana sampai membuka jaketnya. Dan benar saja, dia menggigil kedinginan dan segera memakai jaketnya kembali.
“Lalu dimana gapura itu?” ucapnya menoleh ke kanan dan kiri. Matanya terus menerawang di kegelapan guna mencari tulisan di gapura tersebut. Tak lama kemudian gapura yang dimaksud akhirnya kelihatan. “Yah, tidak salah lagi, pasti itu adalah pintu masuk menuju ke Desa Rowopening.”
Mobil itu berjalan perlahan ketika sudah memasuki gapura desa. Sebab jalan aspal sudah tidak lagi, kini digantikan dengan jalan penuh tanah gembur yang basah. Bahkan ban mobil milik Buana sempat ambles dan terselip beberapa kali. Namun beruntung Buana bisa mengatasi hal tersebut.
&ldquo
Sementara itu, Buana sudah bisa merasakan hawa dingin yang teramat menggigiti kulitnya. Bahkan udara itu terasa sampai menusuk ke tulang, sehingga dengan cepat Buana menyimpulkan bahwa Desa Rowopening sudah tidak jauh lagi.Untuk memastikan hawa dingin tersebut, Buana sampai membuka jaketnya. Dan benar saja, dia menggigil kedinginan dan segera memakai jaketnya kembali.“Lalu dimana gapura itu?” ucapnya menoleh ke kanan dan kiri. Matanya terus menerawang di kegelapan guna mencari tulisan di gapura tersebut. Tak lama kemudian gapura yang dimaksud akhirnya kelihatan. “Yah, tidak salah lagi, pasti itu adalah pintu masuk menuju ke Desa Rowopening.”Mobil itu berjalan perlahan ketika sudah memasuki gapura desa. Sebab jalan aspal sudah tidak lagi, kini digantikan dengan jalan penuh tanah gembur yang basah. Bahkan ban mobil milik Buana sempat ambles dan terselip beberapa kali. Namun beruntung Buana bisa mengatasi hal tersebut.&ldquo
Sebenarnya Mpu Rembulan banyak tahu perihal Buana, namun beliau memilih bungkam. Beliau berkata, “Untuk lebih jelasnya, nanti Mpu Badingga yang akan menjelaskan kepadamu, Anak Muda.”Buana lekas pamit dari gubuk reyot tersebut. Dia berjalan kembali menuju ke mobilnya yang masih berhenti di tanjakan yang curam. Dan ajaibnya, ketika dia sekarang berusaha menyetir, ban belakang itu sudah tidak terselip lagi. Walhasil dengan mudah Buana pun bisa pergi dari tanjakan curam tersebut.Melewati jalan tanah yang gembur, Buana terus menancap gas untuk keluar secepatnya dari Desa Rowopening ini. Dia masih tidak habis pikir bahwa Kakek tua penjua kopi yang ditemuinya tadi adalah Mpu Badingga sendiri.“Hahahaa, ini menarik. Setidaknya sekarang aku sudah bisa menemukan dirimu, Mpu Badingga,” ucap Buana menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa senang. Dia merasa sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Mpu Badingga dan mencari tahu kebenaran mengenai kas
Buana dan Segara saling menatap satu sama lain begitu melihat kejadian yang ajaib ini. Padahal baru saja mereka melintasi jalan ini, dan warung itu sama sekali tidak ada. Namun entahlah, mengapa sekarang tiba-tiba warung tenda kopi ini mendadak buka?“Apa yang terjadi sebenarnya, Kak?” tanya Segara merasa penasaran.Buana hanya bisa menggelengkan kepala sambil terus memegangi kemudinya. “Aku juga tidak tahu, Dik. Tapi alangkah baiknya sekarang kita sambangi saja Kakek tua penjual kopi itu dan bertanya langsung kepada beliau.” Setelah mengatakan itu mereka langsung memarkir mobil di bahu jalan.Hujan masih deras malam ini. Bahkan kadang-kadang dicampur dengan angin yang beriup cukup kencang. Sehingga meski jarak antara mobil dan tenda hanyalah dekat, namun Buana dan Segara cukup basah bajunya saat mereka berlari menuju tenda kopi tersebut.“Wah wah, kalian kok hujan-hujanan?” sapa Kakek tua dengan ramah begitu mereka sam
Sinar mentari pagi menembus kelopak mata Buana. Dia segera terbangun dan cukup terkejut ketika mengetahui dirinya tengah berada di tempat yang asing.“Dimana aku? Kenapa aku ada di sini?” Mata Buana segera berkeliling mencari-cari sebuah petunjuk di sekitar. Yang terlihat hanyalah dinding yang terbuat dari sulaman bambu, serta sebuah ranjang kecil yang digunakan untuk dirinya tidur.“Dimana Segara? Dan dimana Kakek tua yang semalam aku temui itu?” Pertanyaan demi pertanyaan terus berkelabat dalam benak Buana, sehingga saat itu juga dia memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur guna membuka pintu kamar.Ajaib! Ternyata rumah sederhana yang sedang dia tinggali tersebut berada tepat di bawah air tejun yang tinggi. Dan samar-samar Buana melihat di bawah aliran air terjun tersebut ada si kakek Tua bersama dengan Segara yang sedang berbicara asyik.Entah apa yang sedang mereka berdua bicarakan sekarang, namun sekilas keduanya cukup akr
Sinar mentari pagi menembus kelopak mata Buana. Dia segera terbangun dan cukup terkejut ketika mengetahui dirinya tengah berada di tempat yang asing.“Dimana aku? Kenapa aku ada di sini?” Mata Buana segera berkeliling mencari-cari sebuah petunjuk di sekitar. Yang terlihat hanyalah dinding yang terbuat dari sulaman bambu, serta sebuah ranjang kecil yang digunakan untuk dirinya tidur.“Dimana Segara? Dan dimana Kakek tua yang semalam aku temui itu?” Pertanyaan demi pertanyaan terus berkelabat dalam benak Buana, sehingga saat itu juga dia memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur guna membuka pintu kamar.Ajaib! Ternyata rumah sederhana yang sedang dia tinggali tersebut berada tepat di bawah air tejun yang tinggi. Dan samar-samar Buana melihat di bawah aliran air terjun tersebut ada si kakek Tua bersama dengan Segara yang sedang berbicara asyik.Entah apa yang sedang mereka berdua bicarakan sekarang, namun sekilas keduanya cukup akr
Ritual ini dinamakan dengan Ritual Sumpah! Tujuannya adalah untuk mengikat sebuah perjanjian agar seseorang bisa menyelesaikan sebuah misi yang besar dengan segenap jiwa raganya. Bahkan ritual ini akan membuat seseorang terikat jiwanya, dan jiwa tersebut akan terus hidup bereinkarnasi untuk melakukan misi yang sama.Dan sekarang ritual inilah yang aka dijalani oleh Buana dan Segara. Di bawah bimbingan Mpu Badingga, mereka berdua disuruh bertelanjang bulad hingga tanpa mengenakan sehelai pun kain.Berikutnya mereka disuruh berendam di bawah guyuran air terjun yang sangat deras.Dingin sekali! Buana dan Segara merasakan air yang begitu dingin seperti es sebab ini merupakan air yang bersumber langsung dari mata air di ujung hulu sana.Hanya butuh satu detik saja sesaat setelah mereka menyelupkan diri ke dalam kolam di bawah air mancur tersebut, tubuh mereka berdua lngsung menggigil, bahkan seakan tulang-tulang mereka seperti rontok!Buana menggigil, h
Mpu Badingga merasa puas dengan yang sudah didengarnya, kemudian untuk hal yang terakhir beliau pun berkata, “baru saja aku mendapat penglihatan jika Sang Iblis sekarang sedang berada di situs Mataram kuno! Dia telah mengetahui kemunculan Keris Sang Pusaka ini. Maka dari itu kalian pergilah secepatnya ke sana. Sebab aku khawatir Sang Iblis sudah menumbalkan korban yang baru!”“Siap, Mpu! Kami akan segera ke sana!” ucap Buana dan Segara secara bersamaan. Kini keduanya tampak lebih tenang dalam menghadapi situasi yang genting. Pertapaannya selama sepuluh hari terakhir telah menempa seluruh jiwa dan raganya, hingga membuat keduanya semakin kuat secara fisik maupun psikis.Dan lagi, Mpu Badingga menggerakkan tangannya, membuat seketika alam di sekitar bergoncang hebat!Angin ribut datang menerbangkan apa saja! Pohon-pohon meliuk, burung-burung berhamburan, air terjun muncrat ke segala arah tidak terkendali. Alam di sekitar menjadi mengamuk, m
Waktu menunjukkan pukul 20.00 malam ketika Buana dan Segara sampai di situs penelitian Mataram Kuno ini.Segara baru saja terbagun dari tidurnya. Sepertinya dia sangat lelah sekali, sehingga sepanjang perjalanan laki-laki itu hanya menghabiskan waktu di alam mimpi. Sedangkan Buana yang tidak tidur sama sekali tetap bugar. Mungkin karena dirinya adalah seorang polisi yang terlatih sehingga tidak tidur adalah hal yang sudah biasa dia lakukan.“Oh, sudah sampai rupanya,” ucap Segara sambil mengucek mata. Suaranya masih serak, karena itulah dia mengambil botol air putih dan langsung menenggaknya.Di samping Segara ada Buana yang malah sibuk memainkan ponsel. Keningnya mengerut serius. Atas hal tersebut Segara jadi penasaran.“Ada apa, Kak?”“Aku sedang mengecek kelender.”“Kenapa memang? Bukankah ini jelas-jelas hari kamis?”Buana mengalihkan pandangan dari layar ponsel untuk menatap adiknya
Pagi harinya, ramai orang sudah berkumpul di sebuah pemakaman.Orang-orang berbondong mengenakan pakaian serba berwarna hitam, seperti barisan semut yang mengular panjang untuk mengantarkan sang jenazah ke tempat peristirahatan yang terakhir.Isak tangis terdengar di mana-mana, bebarengan dengan kidung doa yang dilantunkan merdu sepanjang perjalanan menuju ke makam. Inilah waktunya untuk orang baik hati itu pergi meninggalkan dunia fana ini, guna menuju alam yang lebih tinggi dan abadi.Gendis tak kuasa menahan tangisnya sebab kabar ini terlalu mendadak. Semalam dia diberitahu pihak berwajib bahwa suaminya meninggal dunia di atap sebuah apartemen mewah.Benar! Kini Buana telah benar-benar wafat, tepatnya ketika pertarungan puncak berakhir dan jiwa Mpu Supa pergi meninggalkan tubuh tersebut, tampaknya luka-luka yang diderita oleh Buana tidaklah sepele.Tercatat bahwa dadanya berlubang cukup besar, kepalanya pun terus meneteskan darah sebab terbentur
Tak ingin berbicara lebih lama lagi, sebab waktu yang dipunyai terbatas, maka Mpu Supa segera menyerang balik Sang Iblis menggunakan ajian putihnya.Dia terbang melesat mendekati Sang Iblis dengan kecepatan cahaya, dan ketika berada di depannya Mpu Supa langsung memegangi kepala Sang Iblis. Dia membenturkan wajahnya sendiri ke arah wajah Sang Iblis!Duakkk!!! Suara benturan tersebut terdengar sangat keras membelah hening malam.Sang Iblis terpental jauh ke belakang menerima benturan tersebut. Kakinya masih melayang di udara. Namun belum sampai kesadarannya pulih, Mpu Supa sudah melesat lagi menuju ke arahnya dan kali ini hantaman bertubi-tubilah yang dia terima.‘Bugh’‘Bugh’‘Bagh!!!’Dengan jurus seribu cahaya Mpu Supa menghajar Sang Iblis tanpa ampun! Dia menghantam kepala, badan, tangan, kaki, serta titik-titik persendian tertentu yang memang sudah diicarnya sebagai kelemahan dari Sang Iblis.
Di atap gedung, Sang Iblis terus mencekik seraya menyedot darah dari leher Giselle. Perempuan malang itu benar-benar sudah tidak bisa bangun lagi akibat Sang Iblis mengekang jiwanya.Bahkan muka Giselle kini sudah pucat pasi sebab kehilangan darah yang banyak. Setiap darah yang mengalir dari tubuh Giselle segera berpindah kepada Sang Iblis, dan darah tersebut mengandung kekuatan tertentu untuk Iblis. Makin banyak darah yang diambil maka makin banyak kekuatan yang didapat, serta Iblis berencana untuk menyedot semua darah perempuan tersebut.Namun di luar dugaan, saat sedang melakoni ritual tersebut tiba-tiba dua orang datang dengan cara terbang dan mengangumkan. Tentu itu membuat Sang Iblis terheran-heran, pasalnnya sekarang dia menyangka hanya dirinyalah yang mampu terbang seperti itu.“Hentikan perbuatanmu!” teriak Mpu Supa begitu melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sang Iblis!“Jauhi perempuan itu sekarang juga!” Raden Kamandr
Sementara itu di saat bersamaan, di dalam apartemen, Buana dan Segara masih terkapar tidak bergerak. Denyut nadinya sudah menghilang, dan jantungnya pun berhenti bergerak.Secara medis memang keduanya sudah dinyatakan meninggalkan, sebab lambat-laun organ tubuh dan sel-sel di dalam badan perlahan berhenti bekerja. Namun, sebenarnya mereka itu belum mati, hanya saja ruh-nya berpindah ke alam yang lebih tinggi.“Bangunlah kalian!” ucap seorang tua berpakaian serba putih kepada ruh Buana dan Segara. Rambut orang tua tersebut juga menjulur panjang dan putih, sambil tersenyum dia pun kembali berkata, “Buana, Segara, bangunlah!”Mendapat panggilan tersebut ruh Buana dan Segara pun seketika bangun. Keduanya tercengang saat mendapati alam sekeliling yang berbeda dengan alam dunia, sebab di sini semuanya serba berwarna putih. “Apakah aku sudah mati?” ucap Buana dan Segera secara bersamaan.“Belum, sebab lebih tepatnya di s
Mendapati kakaknya sedang ditikam spontan saja Segara membantunya. Dia langsung memuul wajah Sang Iblis tepat di ppinya. Namun sayangnya Iblis tak bergeming dengan pukulan lema tersebut. Malahan dengan kejam dia berkata, “Lihatlah sekarang Kakakmu ini akan kubunuh di depan matamu! Hahahaa...”“Sial, lepaskan dia!” teriak Segara yang masih berusaha terus memukul. Namun Sang Iblis terlalu tangguh untuk menerima pukulan lemah tersebut. “Hentikan! Aku bilang hentikan!”Sang Iblis tak peduli! Dia terus menancapkan kukunya semakin dalam dan bahkan kini mengenai bagian jantung Buana, lalu merobeknya membuat seisi perut porak-poranda!Buana sudah lemas tidak bisa melawan lagi, wajahnya yang penuh dengan darah hanya menatap ke langit-langit, mengerjab satu kali, kemudian mati!“Hahahaa!! Lihatlah makhluk lemah ini. Hanya dengan begini saja dia sudah mati. Cih, siapa suruh mau melawanku!” ucap Sang Iblis dengan tawany
Genta terpental mendapat tiga tembakan tersebut. Tubuhnya ambruk menghantam meja kaca hingga pecah.Meski dengan tiga buah peluru yang bersarang di dada, namun Genta tidak mati. Dia hanya limbung sebentar kemudian bangkit lagi dan tertawa renyah.“Kamu pikir bisa membunuhku dengan pistol seperti itu?” ucapnya yang kini sudah terdengar bahwa itu bukanla suara Genta lagi. Suara itu terdengar berat dan serak, serta menggunakan logat seperti orang zaman kuno. Jelas sekali bahwa itu adalah suara Sang Iblis.Mendengar suara aneh tersebut Buana bersiap-siap untuk menembak kembali. Namun sayangnya Sang Iblis sudah terlebih dahulu bergerak cepat sekali, secepat cahaya, yang tiba-tiba dirinya sudah berada di samping persis Buana. “Enyahlah kamu! Dasar manusia makhluk lemah dan penganggu!”Brakkk!!! Dipukul-lah kepala Buana dengan telak hingga sampai tengkoraknya berbunyi.Buana terlempar cukup jauh hingga sampai menabrak dinding. Lalu
Mimik wajah genta berubah menjadi ketakutan saat tahu Buana tidak main-main. Wajar, siapa yang tidak takut dengan peristiwa seperti ini, ditodong pistol tepat di hadapan keningnya? Jelas saja semua orang akan takut. Namun sebenarnya yang dilakukan Buana hanyalah sedang ingin memancing Sang Iblis agar keluar dari tubuh Genta. Sebab sampai saat ini belum ada tanda-tanda kemuculan makhluk laknat tersebut.“Akan kuhitung satu sampai tiga, jika kamu masih mengelak atas perbuatanmu, maka jangan salahkan aku jika kutarik pelatuk ini!” ucap Buana semakin menekan moncong pistol ke kening iparnya.“Satu...”Tubuh Genta mulai gemetar. Terlihat jelas dia ketakutan dan tidak ingin mati. Sepertinya jiwanya sekarang sedang ingin melawan Sang Iblis yang mengekang dalam dirinya.“Dua...” Buana terus menghitung mundur tanpa ampun. Jarinya telah bersiap untuk menarik pelatuk!“Tiga!!!”“Oke, oke, stop! Aku
Tidak heran jika ini disebut apartemen elite karena berada di tengah kawasan tempat tinggal para orang konglomerat. Bagi Genta tentu saja uang bukanlah masalah sebab dia merupakan putra seorang yang sangat berada, sehingga bahkan uang sakunya sangat cukup jika harus membeli apartemen di sini.Bangunan ini terdiri dari 15 lantai, sedangkan lantai paling atas digunakan untuk tempat pendaratan helikopter. Sebab tidak jarang para penghuni apartemen di sini kerap menyewa helikopter untuk kepentingan sehari-hari atau sekadar untuk cari sensasi. Begitulah.Setelah menganalisis dengan saksama lingkungan sekitar apartemen, Buana dan Segara langsung naik menuju lantai sembilan. Kepada security di depan Buana menunjukkan lencananya sebagai perwira polisi dan berkata dia ingin melakukan investigasi dengan salah satu penghuni di sini.Tentu saja si security langsung memberikan izin tanpa banyak bertanya. Malahan dia menawarkan jasa informasi mengenai apartemen jika memang di
Memang begitulah yang terjadi. Setelah bertemu dengan Mpu Badingga, seolah kehidupan Buana dan Segara selalu diikuti oleh sosok ruh yang tidak kasat mata.Semua ini terlau sulit untuk dijelaskan oleh keduanya, tetapi mereka benar-benar merasakan kehadirannya, sosok Mpu Supa dan Raden Kamandraka.Seperti halnya ketika Buana sedang tidur, dia akan didatangi oleh sosok laki-laki tua berambut serba putih yang menjulur panjang. Memang di dalam mimpi tersebut sosok Kakek tua tidak terlihat begitu jelas, namun yang pasti Buana bisa memastikan melalui instingnya bahwa itu adalah sosok Mpu Supa.Saat mendatangi Buana di alam mimpi Mpu Supa tidak bericara banyak hal. Beliau hanya suka duduk di samping Buana, dan saat itu adalah malam hari dengan taburan bintang-bintang.Buana pun tidak mencoba untuk bertanya hal apa pun dengan sosok Mpu Supa di dalam mimpinya, melainkan Buana hanya membiarkan beliau tersenyum memandangi wajahnya, sambil sesekali mengusap-usap kepal