Mereka masuk ke dalam rumah dan cukup terkejut dengan isinya. Riggle Rundderbout hidup sangat sederhana. Hanya ada sebuah meja kecil, sebuah kursi sofa yang cukup nyaman, dan sebuah tempat tidur. Di belakang ada dapur dan perlatan masak. Di sebelah dapur ada kamar mandi. Rumah itu terbuat dari kayu Oak yang kokoh. Ada sebuah lemari kayu di pojok ruangan.Ava mendekati lemari itu dan membukanya untuk melihat isinya.Hanya ada beberapa lembar pakaian dan sebuah peti kecil. Dengan hati-hati Ava membuka peti kecil itu.Sebuah catatan kecil berada di dalamnya:Halo!Siapapun yang beruntung mendapatkan isi kotak ini, harap menggunakan sebaik-baiknya. Jangan digunakan untuk kejahatan, dan hanya gunakan untuk membantu orang. Jika engkau menggunakan untuk kejahatan, semesta akan menghukummu.Riggle Rundderbout.Begitu melihat isinya, Ava cukup tertegun.Benda itu adalah sepasang Talaria!Begitu melihat benda itu, Rashva juga kaget. “Apakah ini benda yang sama dengan yang kupikirkan?”“Ya. Ini
Para Yokai itu membentuk sebuah barisan serangan yang cukup hebat. Jumlah mereka ada 8 orang. Masing-masing mengambil posisi sesuai mata angin. Rashva dan Rikka terkepung dan terpojok.“Jangan jauh-jauh dariku,” kata Rashva kepada Rikka. Gadis kecil itu pun sudah menghunuskan tombaknya.“Wolfzahne,” Rashva mengucapkan kata itu dengan santai dan setengah berbisik. Kedua pedang kembar muncul dalam genggamannya.Begitu para Yokai Hyena ini bergerak menyerang, Rashva pun bergerak. Pedang yang kanan menyerang lawan, sedangkan pedang yang kiri melindungi Rikka yang berdiri membelakanginya.Langkah kakinya tetap menggunakan ilmu Lingbo Weibo yang tersohor itu. Bahkan para Hyena itu kebingungan harus menyerang dari mana. Karena gerakan Rashva sunggu aneh dan sukar diduga. Bagiakan angin putting beliung yang menyambar mereka!“Hmmmm apa ini? Sihir yang aneh!”Para Yokai ini tidak mengetahui bahwa di alam semesta ini tidak hanya sihir yang digunakan oleh manusia untuk bertempur. Melainkan juga
“Mereka sudah kabur semua! Mungkin masuk ke dalam hutan sana!” Ava sudah muncul kembali.Rashva tertawa saja melihat gadis itu yang bersemangat ingin menghajar orang.“Sayang ya, aku tidak melihat ilmu pedangmu dari dekat. Tentu seru sekali,” kata Ava lagi.“Ilmu pedang untuk menyiang rumput begitu ya belum pantas jadi tontonan lah, Hahaha.”“Apa itu menyiang rumput?” tanya Ava.Rashva bingung menjawabnya. Ava yang malah lanjut berkata, “Hey, bagaimana kalau kita sparring?”Kaget juga Rashva. Selama ini ia selalu sparring dengan Fenrir. “Wah, menarik juga!”Dengan begitu mereka bisa saling menilai kekuatan masing-masing. Hal ini sangat penting saat mereka menjalankan misi mendatang.“Kita sparring tanpa Daimon dulu yaa!” kata Ava.“Oke!”Ava mengeluarkan senjatanya. Sebuah cambuk!Cambuk itu terbuat dari sebuah bahan yang aneh. Seperti dari kulit hewan namun berwarna metalik seperti logam. Di ujungnya ada ada mata rantai berbentuk panah.“Awas serangan!” bentak Ava dengan bersemanga
“Sebenarnya, aku sudah pernah menyusup ke sana. Sendirian. Jadi aku tahu keadaan di sekitar Kuil itu,” kata Ava. Ia lalu duduk dan menggambarkan sesuatu di tanah.“Ini adalah gambaran kuil mereka. Luasnya sebesar kira-kira 4 kali lapangan sepakbola,” ia menggambarkan sebuah bundaran. Lalu di sekeliling bundaran ia menggambarkan bundaran-bundaran kecil. “Ini adalah pos-pos penjagaan mereka. Amat sukar diterobos.”Melihat gambar di tanah itu Rashva tertegun. Dengan penjagaan seketat itu, cukup mustahil jika mereka dapat menyerang hanya dengan kekuatan 3 orang.“Kau tahu berapa jumlah pengawalnya?” tanya Rashva.“Ada ribuan. Kuil itu sudah seperti istana kerajaan. Belum lagi pengawal pribadi Pandita itu yang berjumlah ratusan. Lalu ada lagi pasukan khususnya. Berjumlah sekitar 15 orang. Mereka ini adalah satria Kyrios dengan Daimon paling kuat,” jawab Ava.“Lalu bagaimana kau bisa menyusup ke sana?”“Dulu aku pernah mencuri Cloak of Invisibility dari seseorang. Tetapi aku ketahuan saat m
“Sekarang sebaiknya kita pergi mencari King Sigbin dulu untuk mencari selaput jantungnya, atau ke pasar gelap mencari tanduk Unicorn?” tanya Rashva.“Mumpung masih berada di Benua ini, kusarankan mencari King Sigbin dulu. Aku tahu di mana kita harus mencarinya. Di benua ini banyak sarang kawanan Sigbin, aku pernah melihat mereka. Kita hanya perlu mencari yang terbesar untuk memastikan Rajanya tinggal di sana,” kata Ava.“Baiklah, mari kita beragkat.”“Kau tidak perlu ikut. Aku baru saja memiliki kemampuan terbang. Dengan cara terbang, pencarian akan dapat dilakukan dengan mudah. Nanti kalau sudah ketemu sarang yang mencurigakan, aku akan kembali kemari untuk memberitahukanmu.”“Oh begitu? Baiklah. Aku jadi bisa lebih santai, Hehehe. Sana lah kau pergi,” tawa Rashva.“Dasar!” tawa Ava. “Baik, aku berangkat ya. Geryon, Ayo!”Setelah berkata begitu ia segera melesat pergi. Daimon kesayangannya pun menghilang dan mendekam di dalam hatinya.Melihat kepergian Ava yang semakin menjauh, Rashv
Ternyata Ava sudah pulang!“Hey teman-teman! Aku sudah menemukan sarang King Sigbin!” katanya dengan penuh semangat saat memasuki rumah.“Kau tidak masuk angin?” tawa Rashva.“Apa itu masuk angin?” tanya Ava.Rashva baru sadar kalau istilah masuk angin ini hanya ada di negerinya. Akhirnya ia mengalihkan pembicaraan, “Makanlah dulu. Sudah ada 2 ikan besar untuk kau dan Geryon.”“Wah, mantap. Makan besar nih.”Geryon segera muncul dan berdua mereka menikmati ikan panggang itu.“Hmmmm, enak sekali! Seperti masakan di Dunia manusia. Bahkan lebih enak lagi! Wah sudah lama aku tidak memakan makanan seenak ini! Kau yang memasaknya ya, Rashva?”Pemuda itu hanya mengangguk senang. Ia sangat bahagia melihat orang yang menyukai masakannya.“Besok pagi-pagi kita berangkat? Sebaiknya Ava beristirahat dulu memulihkan tenaga.”Gadis itu mengangguk. “Baik jika berjalan kaki mungkin kita butuh 3 hari sampai ke sana. Tapi dengan terbang ya, mungkin setengah hari.”“Kau bisa menggendong kami?” tanya Ras
“Ada pemburu yang dapat menghentikan mereka.”“Berarti kedatangan saya kemari tepat sekali ya,” senyum Rashva.“Benar sekali. Tuan mungkin adalah jawaban dari doa-doa saya.”Rashva tersenyum. Dahulu ia selalu mengira doa-doanya tidak pernah dikabulkan. Sekarang ketika sudah menjadi Kyrios, ia merasa Tuhan mendengar doanya dan mengabulkannya lebih dari yang ia harapkan.Dulu ia lemah, sekarang ia kuat. Dulu ia miskin, sekarang ia punya banyak harta warisan. Dulu ia tidak punya teman, sekarang ia malah punya 2 orang teman wanita, dan satu jin penjaga.Memang, waktu adalah jawaban setiap doa.Tiba-tiba Bhiksu itu berkata, “Tetapi saya sudah punya janji tersendiri. Saya harus menghentikan kawanan Sigbin itu dengan tangan saya sendiri. Tidak boleh menggunakan tangan orang lain.”“Oh? Ada alasan tersendiri kah, Tuan Bhiksu?” tanya Rashva penasaran.Bhikus itu memejamkan matanya. Ia menghela nafas dalam-dalam. Ia lalu berkata, “Ya. Dulu para Sigbin membunuh istri saya, lalu memangsa anak-ana
[“Kemungkinan ia mengeluarkan tenaga terlalu besar. Butuh Chi yang besar juga untuk mengeluarkan jurus seperti ini,”] jelas Fenrir.Rashva tidak menjawab. Ia segera bergerak dan menangkap tubuh Ben sebelum terbanting ke tanah. “Bawa aku ke atas pohon,” katanya kepada Fenrir.Dalam sekejap mata ia sudah berada di atas pohon tempat tadi mereka bersembunyi. Ava dan Rikka yang melihat kejadian tadi dengan jelas, nampak masih terkejut. Ben Ofume masih sadar, tetapi ia tampak lemah sekali.“Kalian jaga Ben, ya. Biar aku yang melawan Monster itu.”Ia menghilang lagi. Begitu muncul di hadapan King Sigbin, ia sudah berada dalam from Rasvarg.“Kyrios keparat! Kau mau mengambil jantungku? Hahahaha. Tidak semudah itu!” teriak King Sigbin. Setelah berkata begitu tubuhnya langsung mengeluarkan cahaya aneh lalu muncul sejenis selaput yang melindunginya sekujur badannya.Rashva tidak membuang-buang waktu. Ia melemparkan pedang kanannya. Pedang berwarna putih keperakan itu berputar bagaikan bumerang t