Share

Bab 63. Manusia Butut

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 09:55:39

Sampai menjelang siang Gama tak kunjung datang. Zoya bekerja sendirian karena Asisten Dion juga tidak ada di sana. Hatinya tak tenang tapi dia tak berani untuk sekedar mengirim pesan pada Gama.

Zoya takut jika dia akan menganggu. Namun otaknya berisik sekali dan memintanya untuk menanyakan kabar suaminya saat ini.

"Kamu dimana, Mas? Aku khawatir sama kamu."

Zoya sudah memegang ponselnya tapi ingin menelepon Gama rasanya berat sekali. Banyak yang ia pikirkan. Bagaimana jika Gama sedang sangat sibuk saat ini? Karena jika tidak, Gama tak mungkin lupa akan dirinya.

Sementara yang dipikirkan kini tengah sibuk mengamankan perusahaan peninggalan sang Ayah. Gama sedang berada di kantor yang selama ini diurus Zein. Kebusukannya pun semakin terlihat. Ada beberapa aset yang memang sudah di lepas oleh Zein.

Belum lagi ternyata banyak kasus yang tertutup rapat karana para karyawan yang tak berani angkat bicara. Uang lembur, kerajinan, dan bonus pun tidak dibayarkan. Bahkan gaji disunat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Terima karma mu zein
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Rasakan kamu zein ...kapok loh ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 64. Mas Tahan Dulu!

    "Sialan kamu Gama!" umpat Zein dan tak lama polisi pun kembali meminta Zein untuk masuk karena jam besuk sudah selesai. Gama sendiri sedang berada di lantai atas untuk diperiksa atas kasus yang ia laporkan. Semua sudah Gama persiapkan serta bukti kecurangan Zein yang akan semakin menjerat adik tirinya mendekam di sana lebih lama. Gama juga melaporkan beberapa orang dalam yang bekerja sama dengan Zein hingga mereka pun dipanggil untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. "Terimakasih atas kerja samanya, Pak. Akan kami usut tuntas karena ini sudah sangat melanggar. Kami pun akan sangat tegas pada oknum yang terkait." Mereka pun saling berjabat tangan kemudian Gama pergi dari sana diikuti oleh Dion yang segera membukakan pintu mobil untuknya. "Langsung ke kantor!" "Baik Pak." Asisten Dion pun segera melajukan mobilnya melesat dari sana. Hari ini cukup membuat mereka lelah. Banyak urusan yang harus mereka kerjakan dengan cepat karena lengah dikit, perusahaan jatuh ke t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 65. Titik Puncak

    Seringai tipis terlihat jelas dari wajah Pak Iwan. Mendengar apa yang Zoya katakan tentu Gama tidak bisa mengabaikan begitu saja. Pria itu segera memanggil Iwan tapi sayangnya orang itu sudah melarikan diri dan saat ini Pak Iwan sudah membawa kabur banyak uang yang tentunya membuat Gama murka. "Pak Iwan diduga sudah mengambil banyak uang perusahaan, Pak." Asisten Dion yang ikut dipanggil pun segera memberikan laporan itu pada Gama. "Brengsek!" sentak Gama hingga membuat Zoya terjingkat mendengarnya. "Sudah aku katakan padamu, Dion. Awasi Iwan! Aku sudah mulai curiga dari beberapa hari yang lalu. Kamu lalai, Dion! Saya nggak mau tau, sekarang juga kamu harus berhasil meringkus Iwan atau kamu saya pecat tanpa pesangon!" Di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan dan Gama yang sangat royal pada orang kepercayaannya, tentu saja Dion tidak mungkin mau dipecat hanya karena Iwan. Zoya memperhatikan gelagat Dion yang ketakutan. Banar saja, Asisten Dion segera pergi untuk mengurus Iw

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 66. Menggila

    "Amanda?" Zoya tak menyangka jika Amanda ada di rumahnya. Rumah sang suami yang mana adalah mantan suami Amanda. Ya, bukannya wanita itu sedang dipenjara? Kenapa sekarang bisa bebas berada di rumahnya? Zoya berbalik melihat tak ada lagi Gama di sana. Suaminya sudah pergi menuju kantor polisi untuk kasus Pak Iwan. Sementara dia yang tadi rasanya ingin ikut justru terjebak di rumah bersama Amanda. Hati Zoya tak enak. Dia yakin jika Amanda memiliki niat tidak baik padanya. Terlebih sebelumnya Zoya pun pernah dijebak hingga Gama balas dendam dan memasukkan Amanda ke dalam penjara. "Kenapa? Takut sama aku? Bukankah kita bersahabat?" tanya Amanda dengan seringai tipis di wajahnya. "Tidak ada sahabat yang tega menyakiti! Kamu bukan sahabat aku, Amanda!" sahut Zoya dengan lantang. Dia berusaha untuk bisa membela diri dan tidak takut dengan Amanda. Zoya melihat ke sekitar dan tidak ada Bibi di sana. Apa mungkin Bibi pulang? Astaga... Berarti hanya dia saja dan juga wanita gil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 67. Ya Tuhan....

    Gama dibuat kalang kabut setelah tau yang membawa Zoya pergi adalah Amanda. Bagaimana bisa? Bukankah Amanda sudah ia jebloskan ke dalam penjara? Sial! "Siapa yang mengeluarkan Amanda? Wanita itu tidak mungkin bisa bebas jika tidak ada yang menebusnya." "Maaf Pak, saya kurang tau. Mungkin karena sibuk dengan masalah yang ada membuat kita juga kecolongan masalah Amanda. Apa mungkin Zein yang sudah membebaskan, Pak? Mereka dekat. Bisa jadi mereka berdua bersekongkol untuk membalas dendam." "Berengsek! Cepat cari wanita itu sampai ketemu. Dia sudah membawa istriku, Dion! Zoya terluka saat ini," perintah Gama. Pria itu rasanya ingin mencekik Amanda hidup-hidup. Terlebih setelah tau Amanda sudah melukai istrinya. Gama sudah tau semua itu setelah tadi sempat pulang dan melihat CCTV di rumah. Tampak jelas apa yang Zoya dan Amanda perdebatkan sebelumnya hingga terjadi aksi jambak-jambakan dan berujung Zoya kalah melawan Amanda. Wanita gila itu sungguh keterlaluan. Gama geram sen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 68. Bersimbah Darah

    "Zoya kamu gila!" teriak Amanda saat tubuhnya terpelanting dan beruntungnya dia masih kuat berpegangan pada pintu mobil. Semua itu karena tendangan dari Zoya yang mengakibatkan Amanda terpental hampir keluar padahal mobil masih melaju kencang. "Jika kegilaanmu membuat kamu bisa mencelakaiku sesuka hati, kenapa aku tidak mengikuti? Dan akan aku celakai kamu juga hingga kamu tidak lagi bisa menggangguku!" Pintu mobil semakin terbuka dan Amanda hampir saja jatuh jika kakinya tidak wanita itu jepit kan pada jok mobil, sedangkan Zoya mengambil alih kemudi dengan membelokkan ketepian. Mobil menabrak pengendara lain hingga benturan itu membuat Amanda tak mampu bertahan dan terseret ke jalan. CKIIIIIITTTT BRAAKK Suara sirine mobil polisi pun begitu terdengar kencang disusul dengan ambulan yang mendekati. Zoya sudah tak sadarkan diri akibat benturan kencang di kepalanya sedangkan Amanda terpental keluar dari mobil hingga membuat wanita itu terluka parah. Kecelakaan ini jel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 69. Dia..

    "Cepat cari pendonor darah untuk istriku, Dion! Jangan sampai istriku tidak bisa diselamatkan! Kalau perlu bayar mereka dengan uang yang banyak untuk setiap tetes darah yang mereka sumbangkan!" perintah Gama setelah Dokter kembali ke ruangan beliau. Gama tak ingin menyalahkan pihak rumah sakit yang sedang kehabisan stok darah. Namun Gama menyesalkan itu harus terjadi karena Zoya sangat membutuhkan saat ini. Bagaimana jika terlambat? Pikiran Gama sudah diisi dengan hal buruk tentang Zoya terlebih dokter mengatakan jika Zoya kritis saat ini. "Baik Pak." Dion pun segera pergi dari sana untuk mencari pendonor darah yang sesuai dengan Zoya. Urgent dan harus bergerak cepat. Jika tidak, sudah pasti Dion pun mendapatkan amukan dari Gama. Gama belum diperbolehkan untuk menjenguk karena Zoya yang masih mendapatkan penanganan serius oleh dokter lainnya. Sementara di ruangan itu masuk satu korban lainnya yaitu Amanda yang baru saja tiba tetapi Gama tidak perduli akan wanita itu. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 70. Menunggu

    Yang katanya sudah keluar dari masa kritis itu tidak serta merta membuat Zoya segera sadarkan diri. Sudah dua hari masih belum ada perkembangan yang signifikan. Zoya belum terjaga dari tidur panjangnya. Gama pun masih setia menunggu di sana. Sama sekali Gama tidak meninggalkan Zoya barang sekejap pun. Bahkan Gama juga tidak makan selama dua hari ini. Mana selera makan di saat hati gundah gulana begini. Bisa masuk air saja sudah sangat bersyukur sekali. Zoya sakit dan Gama merasakan kesakitan yang sama. Hanya saja bukan fisik, karena lapar masih bisa di tahan melainkan hati yang sangat geram dengan apa yang telah terjadi. Mengapa harus Zoya yang menjadi korban? Setiap harinya Asisten Dion datang membawakan makanan dan itu hanya dibiarkan oleh Gama di atas meja sofa tanpa minat membukanya hingga terpaksa Asisten Dion buang setelah keesokan harinya. Gama diam di samping Zoya dengan terus memperhatikan sang istri yang terbaring lemas.. "Kapan kamu bangun, Sayang? Apa kamu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 71. Permintaan Zoya

    "Mas... " "Ya Tuhan... Sayang kamu sudah sadar?" tanya Gama kemudian beranjak dari sana. Zoya tersenyum tipis mendengar itu. Zoya tersenyum merasakan Gama yang memeluk erat dan tiba-tiba Zoya merasakan pundaknya basah. Apa itu karena air mata Gama? Ya, pria itu kembali menangis. Zoya sampai tak habis pikir, ternyata Gama bisa menangis juga dan yang ditangisi adalah dirinya. "Mas pelan-pelan sakit!" keluh Zoya karena Gama yang yang memeluknya semakin erat. Rasanya tubuh seperti dihimpit sesuatu. Mungkin efek kecelakaan juga membuat Zoya merasakan tubuhnya sakit semua. "Eh iya maaf Sayang. Maaf ya, aku sangat bersyukur kamu sudah bangun. Aku takut, Zoya." Gama tertunduk mengecup tangan Zoya. Tangan pria itu mengusap air mata sebelum kembali menatap Zoya. Zoya mengerti, Gama pasti malu terlihat sedih hingga menangis, tapi Zoya paham, laki-laki tak akan sampai seperti ini jika tidak dengan tulus mencintai. "Mas apa kamu setakut itu?" "Apa yang kamu pikirkan Sayang? M

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 153. Honeymoon

    "Oh tidak, aku hanya bertanya saja Kak. Hanya ingin tau. Tidak lebih," jawab Sena kemudian menoleh kembali ke arah Zoya. "Jangan terlalu lama memandang istriku!" ujar Gama memperingati. "Namanya Dito, sudah berapa kali kamu dibuat keluar olehnya? Senang?" tanya Gama membuat Sena kembali menoleh ke arahnya. "Kak aku... " "Kamu itu wanita gatal, Sena! Dengan siapapun kamu mau. Jangan lagi berharap denganku! Aku tidak akn sudi melakukan lebih untukmu! Berani kamu fitnah aku setelah akhirnya kamu hamil, maka jangan salahkan aku jika aku sendiri yang akan mematahkan lehermu!" Seolah sudah mengerti ujungnya, Gama sudah lebih dulu antisipasi. Dia tau jika Sena itu licik. Bisa jadi hamil dengan Dito lalu meminta tanggung jawab dengannya. "Kak aku tidak berpikiran sampai sana!" "Bagus! karena aku tidak akan membiarkan kamu melakukan itu! Jadi sebelum kamu berbuat curang, sudah lebih dulu aku lawan!" sahut Gama kemudian pintu terbuka dan masuklah Dito. "Maaf Tuan, aada kelua

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 152. Mau Aku Puaskan?

    "Ayo mandi! Pak Gama meminta kamu untuk datang ke rumah sakit." Dito mendekati Sena setelah panggilan dari atasannya dimatikan. Langkahnya membawa pada wanita itu yang bergelung selimut di lantai. Masih tanpa busana jika dilepas selimutnya. Dito pun membongkar selimut itu membuat tubuh Sena terguling sedikit menjauh. "Kamu ini!" pekik Sena tidak terima. "Tidak mungkin kamu ke rumah sakit dengan menggunakan selimut seperti ini, atau mau telanjang saja, hhm?" tanya Dito santai tapi dia bergerak membuka ikatan di kaki Sena dan membantu wanita itu untuk beranjak dari sana. "Mau apa?" tanya Sena dengan selidik. "Mau memandikan kamu," jawab Dito kemudian meraih lengan Sena agar segera masuk ke dalam kamar mandi. "Lepas! Aku bisa sendiri!" sentai Sena dengan suara bernada kesal. Sena benar-benar masih tidak terima karena semalam dia sempat dibuat tersiksa oleh Dito. "Aku nggak mau kamu siksa lagi! Aku tau di dalam sana pasti kamu akan kembali menyentuhku!" "Percaya di

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 151. Cairan Surgawi

    Sejenak Dito membiarkan dulu Sena menggatal dengan miliknya. Tak juga melepaskan tangannya yang kini masih menempel mengerjai Sena. "Buka Kak!" "Apanya?" tanya Dito yang kini menunduk memperhatikan Sena. Wanita itu sangat liar dan tatapannya sangat menggoda. Belum lagi lidahnya yang menjulur membuat Dito semakin ingin merasakannya. "Celananya." Dito tersenyum miring mendengar itu kemudian meraih pipi Sena dan mengapitnya hingga membuat wanita itu mengerang kesakitan. "Kamu minta milikku, kamu mengemis padaku hanya ingin dipuaskan oleh Kacung sepertiku? Sayangnya Kacung ini tidak suka denganmu. Wanita jahat yang tega menyakiti wanita lain. Kacung ini lebih suka dengan wanita baik-baik yang masih lugu, sekali pun kamu sangat menggoda imanku!" "Jangan sok jual mahal! Milikmu sudah berdiri dengan kencang." "Ya, aku sudah katakan tadi. Jika aku tergoda denganmu, tapi aku tidak akan menyentuhmu lebih dalam jika kamu belum mengakui kesalahanmu di depan keluar dan orang b

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 150. Masukkan dan Puaskan Aku!

    "Jangan!" Sena kembali melarang tetapi Dito membuat wanita itu semakin belingsatan dan tak bisa diam. Sena kewalahan merasakan gejolak yang menggebu meminta dituntaskan. Dito benar-benar gila malam ini. Sisi kalemnya tertutup karena Sena yang kurang ajar dan licik tentunya. Namun sebagai pria normal tentu dia merasakan tubuhnya bereaksi dengan sempurna. Hanya saja Dito mampu menahan dan terus saja dia mengerjai Sena. Tangan Dito bergerak semakin menyiksa dan lidahnya ikut serta memberikan sapuan di tubuh Sena yang membuat wanita itu semakin bergairah. "Ampun, Kacung!" "Panggil namaku dengan benar! Aku bukan kacungmu!" sahut Dito dengan suara mendesis pada Sena yang kini sudah tak lagi mengenakan apapun. Dito sempat terpanah kembali melihat bagian inti Sena yang mulus terurus. Sepertinya memang Sena merawatnya dengan baik sama seperti Sena merawat tubuhnya hingga terlihat seksi begini. "Aku nggak kuat! Sudah! Jangan buat aku... " "Apa? Sange? Kamu sange parah? M

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 149. Milikmu Sudah Basah

    "Kamu pikir aku perempuan gampangan?" sahut Sena tak terima dengan apa yang Dito katakan. "Bukannya seperti itu? Kamu gampang terpikat hanya karena paras yang tampan hingga membuat kamu menjadi gila dan menyakiti sesama wanita." "Tapi bukan kamu yang hanya kacung!" sahut Sena menciptakan seringai tipis di wajah Dito. Begini membuat penilaian Dito pada Sena bertambah semakin buruk saja. "Aku kacung tapi aku bukan kriminal seperti kamu! Sekarang waktunya mandi, sudah selesai makannya, Njing?" tanya Dito yang semakin membuat Sena marah. "Sialand kamu! Pergi kamu dari sini! Aku bukan binatang!" sentak Sena tidak terima. Tatapan wanita itu semakin tajam pada Dito yang tertawa melihat kemarahan Sena dengan mulut wanita itu yang kotor. "Ya kamu memang bukan binatang tapi kelakuan kamu sudah seperti binatang yang bisa mencabik sesamanya. Mandi sekarang!" Dito tidak minat walaupun Gama memberikannya kebebasan. Awalnya dia terpesona melihat Sena apalagi postur tubuh wanita itu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 148. Ampun Kak!

    "Akh! Ampun Kak!" teriak Sena setelah ikat pinggang Gama melingkar di kedua tangan wanita itu dan Gama menariknya hingga tangan Sena terasa sakit. Tak cukup sampai di situ, Gama pun menarik kedua kaki Sena dan mengikatnya dengan dasi yang ia kenakan hingga wanita itu tidak lagi bisa melakukan apapun. "Kamu pikir aku akan sudi menyentuhmu lebih dalam lagi, hmm? Menyentuhmu sama saja aku menyentuh seorang pembunuh. Najis!" ujar Gama dengan sinis. Tangan Gama mengalir kedua pipi Sena dan menariknya hingga wanita itu mendongak kesakitan. Kedua mata Sena pun basah dan menggeleng meminta dilepaskan. "Kak aku mohon, lepaskan aku! Ampun Kak." "Permohonanmu sudah terlambat Sena. Aku akan menyiksamu sebelum memasukkanmu ke dalam penjara. Kamu, tanganmu, dan otakmu, aku pastikan akan lumpuh!" Kedua mata Sena terbelalak mendengar itu. Gurat ketakutan semakin nyata terlihat. Sena kembali menggelengkan kepala dan mencoba memberontak. tetapi tidak bisa. Gama meraih selimut dan m

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 147. Menjadi Jalang Untukmu

    Sena tersentak saat Gama menarik gaun tepat di punggung belakang wanita . Kedua mata Sena terbelalak saat jarak mereka sangatlah dekat, bahkan hembusan nafas Gama begitu terasa menyapu tengkuknya. Hangat, membuat tubuh meremang. Seketika seringai tipis di wajah Sena terlihat saat ini. Kena! Sena yang memasang perangkap dan Gama yang terjebak. Sena hanya diam saat Gama terindikasi menikmati aroma tubuh wanita itu. Cengkraman tangan Gama begitu kuat tapi kali ini tidak membuat Sena ketakutan. Justru ingin mendapatkan sentuhan yang lebih dari ini. Mungkin, tak hanya luarnya saja melainkan lebih dalam lagi juga bisa. Tunggu saja! Gama pasti tergoda. Kucing mana ada yang mengabaikan umpannya. "Buka Kak!" pinta Sena dengan suara yang manja. Sengaja sekali memang wanita ini. Mendapati Gama yang justru mengikis jarak bahkan mendekap erat, justru membuat Sena semakin menjadi. Wanita itu seperti di atas awan saat ini. "Mau dibuka, hhm?" "Iya, Kak. Aku mau bersih-bersih dulu.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 146. Ayo, Kak!

    "Aku sungguh-sungguh, Pah. Kak Gama baik dan nanti akan menjadikan aku istri sah juga. Bukan hanya pengantin pengganti di pelaminan. Papah tenang saja!" tutur Sena. Jawaban yang membuat Bara lega. Setidaknya sudah mendengar dari Sena langsung dan jawaban itu juga yang menciptakan seringai tipis di wajah Gama. Memang ini yang Gama mau. Akhirnya bisa membuat Sena menurut dan sebentar lagi bisa mengendalikan Sena, menyiksa wanita itu sampai benar-benar dia puas. Gama tidak takut dengan tuntutan dari mana pun sekalipun dari keluarga. Dia akan menuntut balik atas bukti pembunuhan yang hendak Sena lakukan. Sayangnya Zoya cukup kuat bertahan meskipun masih koma. "Bagaimana, Paman? Sudah mendengar sendiri bukan jawaban dari putri anda. Kadang kecemasan itu tercipta karena adanya kesalahan yang diperbuat, karena kesalahan besar hingga membuat orang tersebut merasakan tingkat tertinggi dari kecemasan itu sendiri." " Hati-hati Paman, terlalu cemas bisa masuk rumah sakit!" ujar Gama

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 145. Katakan Sena!

    Kedua mata indah dengan riasan yang begitu elok dipandang tak seirama dengan kelopak yang sudah menampung banyak air di sana. Terlihat jelas tatapan penuh ketakutan dan kekecewaan itu dari mata Sena tapi kedua bibir wanita itu semakin merapat tak mengatakan apa-apa. Sena yang dikenal sangat berani dan lantang dalam berbicara, kini hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan sang Papah yang mendekat. Bukankah ini waktunya untuk mengatakan yang sesungguhnya? Mengatakan apa yang terjadi dan apa yang Gama lakukan pada wanita itu? Namun ancaman dari Gama mampu membuat Sena bungkam. Tangan Sena mencengkeram kedua sisi gaun yang dikenakan. Gama pun menunduk melirik tajam dan meraih tangan Sena saat Bara begitu memperhatikan. gerak gerik putrinya. "Ada apa ini, Gama? Paman tunggu dari tadi tidak ada acara ijab Kabul yang harusnya sudah diselenggarakan di awal acara. Sudah berjam-jam bahkan sampai tiba petang tidak ada acara itu," tanya Bara dengan wajah bingung dan tidak terima kar

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status