Share

Bab 02

Usai membersihkan diri dan kembali mengenakan pakaian yang semalam. Zoya bergegas untuk keluar dari kamar mandi. Namun saat tangannya hendak membuka pintu. Sentuhan di handle pintu terlepas begitu saja karena dia tak punya nyali untuk kembali bertemu dengan Gama. 

Zoya risih bertemu dengan pria itu, tetapi dia sadar kalau dia tak mungkin berdiam di sana selamanya, sedangkan suaminya pasti sudah menjadi sangat murka. Zoya lalu menggelengkan kepala dan berusaha untuk meyakinkan diri. 

Sedetik kemudian, Zoya bergegas keluar dari pintu dan meraih tasnya untuk pergi dari sana. Dari ujung matanya, Zoya bisa melihat Gama yang turut berdiri dari posisi awalnya di pojok ruangan. 

Namun, dia tak memperdulikan akan itu dan terus melangkah hingga dia merasa Gama mengikutinya. 

“Semua hanya kecelakaan yang tidak disengaja. Aku akan mencari tau penyebabnya.” 

“Silakan!” 

“Aku harap tak ada benihku yang berkembang di sana.”

Zoya mengusap kasar air matanya. Berbalik dan menatap wajah Gama dengan hati yang memanas. Di balik ketampanan seorang Gama, pria itu terkenal menyebalkan setelah bercerai. 

Sikapnya yang dulu lembut dan ramah berubah menjadi arogan dan sesuka hati, sehingga membuat Zoya geregetan sendiri. Apalagi kini telah ditambah masalah ini. 

“Aku pun tidak berharap apa pun darimu, Gama Prasetyo!” 

Siapa yang tak kecewa? Siapa yang tak takut? Siapa yang tak patah hatinya? Dia sudah menikah, tetapi berkhianat dengan pria yang sangat ia kenal. 

Perlahan Zoya kembali melangkah menuju pintu, langkahnya tertatih merasakan miliknya yang masih sangat nyeri. Entah berapa lama Gama menggempurnya semalam. Yang jelas, rasanya seperti saat malam pertama. Begitu sangat menyakitkan dan terasa mengganjal setelahnya. 

"Zoya."

Zoya menghentikan lagi langkahnya dan kembali memberikan kesempatan untuk Kakak iparnya berbicara. Namun, Zoya enggan untuk menoleh ke arah pria itu. Sungguh bukan ingin Zoya menyalahkan Gama sepenuhnya dan membenci pria itu. 

Itu semua dilakukan karena Zoya tak ingin kembali mengingat kesalahan yang mereka lakukan. Jadi, dia berusaha untuk menguburnya di memori terdalam sampai tak ada jejak yang tertinggal. 

Belum lagi sikap Gama yang menyebalkan membuat Zoya semakin enggan. Itu memang bagus, karena itu tandanya Gama pun tak mengharapkan lebih setelah malam panas mereka. 

“Lupakan apa yang telah terjadi, karena tidak ada apa pun di antara kita. Aku akan menjelaskan semuanya pada Zein” kata Gama.

Saat Zoya menatapnya, pria itu berbicara sembari merapikan kerah kemejanya yang tampak kusut. Beberapa saat kemudian, kepala pria itu menoleh hingga bola matanya menatap tepat ke dalam mata Zoya.

“Pulang bersamaku”.

Mata Zoya lantas terpejam kuat saat mendengar ucapan Gama. Kepalanya terangkat menahan air mata yang kembali mendesak ingin keluar. Dia menggelengkan kepala tanpa menoleh ke arah Gama. 

"Tidak perlu, aku bisa memesan taksi sendiri. Aku pun tidak ingin merepotkanmu. Jadi, terimakasih atas niat baiknya." Kata Zoya sembari bergegas melangkah keluar dari kamar yang menjadi saksi bisu perselingkuhan yang tak sengaja mereka lakukan. 

Setelah keluar dari kamar itu, Zoya diam-diam bersumpah kalau dia tidak akan menginjakkan kakinya di hotel ini lagi. 

"Cukup sekali dan tidak akan terulang lagi,” gumam Zoya. 

Zoya segera menaiki taksi yang telah ia pesan lalu meminta driver itu sedikit mempercepat lajunya kendaraan. Dia berharap Zein tak akan marah dan mengerti saat ia menjelaskan alasan mengapa tak bisa pulang semalam.

Zoya pun sengaja menyamarkan wajah sembabnya dengan make up. Dia tak ingin suaminya tau jika dirinya menangis. Tak ingin membuat suaminya curiga akan apa yang terjadi semalam. 

Zoya turun dari taksi bertepatan dengan suaminya yang baru saja keluar rumah. Zein menatap tajam ke arahnya kemudian melangkah panjang dan menarik tangannya dengan kasar.

"Mas!" pekik Zoya dengan debaran di dada yang begitu kencang. 

"Pelan-pelan Mas, sakit!" rintih Zoya saat Zein menarik paksa dan membawanya masuk ke dalam rumah. 

Pria itu mencengkeram kuat tangannya hingga menimbulkan rasa yang panas dan perih. 

Zoya sudah mengira kalau Zein pasti akan marah. Beruntung dia tidak pulang bersama dengan Gama. Jika sampai mereka pulang bersama, Zoya yakin jika Zein pasti akan langsung menuduhnya bermain gila dengan kakak iparnya sendiri. 

Walaupun nyatanya memang Zoya telah berkhianat, tapi itu terjadi bukan karena kemauannya. Semua terjadi di luar kehendaknya. 

Zein seakan tuli dan tak peduli dengan kesakitan yang istrinya rasakan. Pria itu terus menarik kencang tangan kecil istrinya. Melihat istrinya baru pulang membuat Zein sangat murka. Terlebih semalam pria itu sedang sangat menginginkan, tetapi sang istri justru tidak ada kabar dan terindikasi menikmati pesta tanpa dirinya. 

"Dari mana saja kamu hingga jam segini baru pulang? Pesta macam apa yang kalian adakan? Kamu sudah berani macam-macam denganku, Zoya? Istri macam apa kamu, hah?" sentak Zein kepada Zoya bahkan pria itu tidak segan-segan menjambak rambut istrinya.

"Aku... Aku... Auwh! Sakit Mas!" keluh Zoya menatap takut suaminya.

"Aku apa, hah? Mau beralasan apa kamu? Jangan bilang jika kamu tidur dengan sembarang pria!" teriak Zein memenuhi ruangan. 

“Semalaman kamu membuat aku gelisah. Aku sedang sangat menginginkan kamu, tetapi kamu malah nekat untuk tetap ikut ke pesta terkutuk itu hanya karena tidak enak dengan teman-teman kamu.” Zein berteriak kencang untuk menunjukkan perasaannya yang sedang berkabut amarah.

“Dimana otak kamu, Zoya? Harusnya kamu memberatkan aku bukan malah memilih bersenang-senang dengan teman kamu! Padahal kamu tau aku melarang dan aku tidak bisa ikut semalam,” lanjut Zein dengan nada semakin menyentak. 

Tangan pria itu semakin mencengkeram kuat hingga Zoya semakin meringis dengan bulir air mata yang semakin deras. 

“Jangan pikir aku tidak tau bagaimana situasi dalam pesta itu. Gama bisa saja mengatakan akan menjaga kamu, tapi aku tidak percaya jika tidak terjadi apa-apa pada kalian!” 

Jantung Zoya semakin berdegup kencang saat tuduhan yang Zein layangkan benar adanya. Namun tak mungkin dia membenarkan dan mengakuinya. 

Sekilas bayangan akan dirinya yang terbangun dengan keadaan polos di ranjang yang sama dengan Gama terlintas jelas. Hal itu membuat Zoya semakin ketakutan hingga wajahnya memucat.

"Jangan menjadi liar, Zoya! Sekali lagi aku tanya sama kamu. Tidur dimana kamu semalam?" sentak Zein dengan tatapan mata yang semakin menajam dan cengkeraman yang semakin kuat.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kalo Zein tau Zoya tidur dgn gama Tamat tiwayat Zoya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status