Share

RANJANG (PANAS) ADIKKU
RANJANG (PANAS) ADIKKU
Author: Ria Abdullah

adila

Author: Ria Abdullah
last update Huling Na-update: 2025-04-05 07:33:19

***

Ada apa dengan hatimu

Hati yang dulu ada untukku

Kini tak lagi sama ...

Ada apa dengan hatimu,

Karena tak kutemukan ruang yang sama, di mana aku pernah berada dan mengisinya dengan cinta.

*

Kidung kesedihan itu bergelayut di dalam hatiku setelah melihat perubahan Mas Adam, semuanya tak lagi sama suamiku mendadak dingin dan kaku setelah sekian bulan berlalu.

Dulu sebelum datangnya orang ketiga dalam rumah ini kami sangat bahagia, Mas adam memperlakukanku seperti boneka yang selalu ia gendong tinggi-tinggi dan peluk ketika ia berada di rumah. Kini ... aku tak ingat kapan terakhir kali ia menyentuh tanganku.

Aku menceritakan tentang orang ketiga bukan?

Aku tidak yakin dia adalah orang yang ketiga karena mustahil aku mencurigai adikku sendiri. Adikku satu-satunya yang dititipkan orang tua untuk tinggal di sini sementara ia menuntut ilmu di perguruan tinggi.

Dulunya Adila, kurang dekat dengan Mas Adam mereka sama sekali tidak pernah ngobrol berdua kecuali ada aku diantara mereka, adik perempuanku juga seperti menjaga jarak dengan kakak iparnya untuk menjaga perasaanku. Namun belakangan perlahan semuanya berubah kedekatan mereka berubah menjadi keakraban yang kutangkap sebagai sesuatu yang berlebihan.

Kadang aku merasa bahwa aku berlebihan,aku merasa aneh mencurigai mereka yang memang seharusnya dekat karena hubungan suami dan adikku merupakan ipar, namun aku kembali berpikir bahwa dalam agama seorang ipar pun harus dijauhkan dari pasangan kita karena sesungguhnya ipar itu adalah maut yang bisa menimbulkan ujian dan fitnah.

Aku mencoba menepis perasaan curiga dan tidak aman yang selalu meliputi di dalam dadaku selalu membisikan hal yang mengarahkan diri ini untuk curiga dan banyak bertanya.

"Mas Adam bisa anterin aku ke kampus nggak?" Pertanyaan itu, sebelumnya tidak pernah ada di meja makan, Adila selalu tahu jarak dan batasan sesuatu yang kiranya akan melukai perasaanku tidak dilakukan tapi semuanya sudah berubah dari 3 bulan yang lalu, seingatku begitu.

"Oh tentu saja Dila, aku akan berusaha untuk menyempatkan diri mengantarkanmu," jawab suamiku kepada adik kandungku yang memiliki tubuh semampai dan berkulit putih serta rambut panjang yang tergerai sebahu, hidung bangir, serta bibir tipisnya selalu menyunggingkan senyum yang menggemaskan dan tidak bosan di pandang, sehingga mustahil bagi seorang pria yang sering bertemu dan berinteraksi untuk tidak tertarik.

"Apakah itu tidak akan mengganggu aktivitas Mas Adam, Dil, biasanya kamu juga naik Gocar kan?"

"Iya, tapi belakangan aku merasa aman diantar oleh Mas Adam, nggak papa kan, Mbak?" Gadis itu sambil melirik manja kepada suamiku dan ditanggapi dengan senyum penuh arti oleh Mas Adam.

"Masa aman bagaimana? Taksi online dari aplikasi pun aman kok," sanggahku.

"Halah Yang gitu aja bisa dijadikan perdebatan, gak penting! Ayo Dil, kalo kamu udah kelar kita berangkat," ujar Mas Adam sambil mengibaskan tangannya ke udara.

"Iya Mas, ayo," jawab wanita itu sambil meneguk sisa jus jeruk terakhir di gelasnya.

Ingin kuprotes pada suamiku tentang sikap berlebihannya, namun aku tidak mau terlihat begitu cemburu di hadapan adikku, akan lucu jika pada akhirnya mereka tidak punya hubungan apa-apa. Tapi mendiamkan sikap berlebihan dan manja Adila kelihatannya akan membuatku makan hati selama berhari-hari.

"Bunda ...." Anakku membuyarkan lamunanku uang masih terdiam membisu di meja makan.

"Iya, Rain, ada apa sayang?"

"Ayah kok nggak jadi nganter aku ke sekolah? padahal Ayah udah janji kalau dia akan mengantar Rain dan tanda tangan kertas persetujuan kalo Rain boleh pergi bertanding baseball ke kota lain," tutur Rain Aditya, putra kebanggaan kami yang pintar dan berprestasi, dia kini berada di jenjang kelas lima SD.

"Oh benarkah, kalau gitu biar Bunda aja yang nganterin Rain."

"Bunda 'kan harus jaga Clara?" dia menyebut nama adiknya yang baru berusia satu tahun yang saat ini masih tertidur di peraduannya.

"Tapi Bunda bisa kok nyempetin nganterin rain ke sekolah kita ajak juga Clara," usulku sambil menyentuh kedua bahunya.

"Enggak usah Bun aku naik gojek aja, cuma ingetin aja sama ayah kalau besok adalah hari terakhir penandatanganan kertas persetujuan izin orang tua."

"Baik, Sayang."

putraku yang soleh itu kemudian mencium tanganku lalu melambaikan kecil dan berangkat pergi bayangannya yang menghilang dari balik pintu membuatku menghela nafas pelan.

"Bagaimana mungkin Mas Adam bisa lupa hal penting tentang anaknya padahal selama ini dia tidak pernah melakukan itu?"

"Apakah sekarang permintaan Adila lebih penting dari permintaan anak kami?"

Aku harus memikirkan cara untuk membahas semua ini dengan Mas Adam agar kecurigaan dan salah paham ini tidak berlarut-larut terjadi. Boleh bersikap baik kepada ipar, namun seorang suami juga harus menjaga batasan karena secara teknis Adila bukanlah mahramnya.

Lagipula Mas Adam tidak pernah bersikap sedemikian manis seperti itu pada wanita lain selain istrinya, kecuali tiga bulan ini.

Yang menjadi dilema adalah, haruskah aku mengusir adikku, sementara tanggung jawab kepada orang tua untuk menjaganya akan dipertanyakan, ataukah ... aku berbicara dari hati ke hati kepadanya bahwa aku tidak menyukai sikap manjanya kepada imam kami, tapi apakah itu tidak akan membuat dia tersinggung dan marah, lalu dia akan memilih kabur dari rumah ini karena alasan ketidak nyamanan.

Bila terjadi sesuatu tentu orang tuaku akan bertanya kepadaku tentang tanggung jawab yang mereka letakkan diatas pundak ini, tentang menjaga adikku hingga dia wisuda nanti. Jika aku tidak mampu menjaganya aku pasti akan sangat malu kepada Ibu dan Bapak.

**

Pukul tiga Sore Mas Adam sudah kembali ke rumah, aku melihat dia kembali sambil tersenyum dan bersiul dengan ceria, ketika aku tanya alasan mengapa ia pulang lebih cepat, jawabnya hanya tidak punya kegiatan di kantor.

"Mas aku ingin bicara," kataku sambil menahan debaran di dalam dada, aku merasa ini momen yang tepat untuk berbicara dengan Mas Adam sebelum Adila kembali dari kampusnya.

Ia mengernyit untuk beberapa saat sambil menatap wajahku namun tak urung dia mengiyakan permintaan itu,

"Oke silakan," jawabnya sambil memberi isyarat agar aku duduk di sofa di sampingnya.

"Aku sudah merasa bahwa titik ini kita harus berbicara Mas," ujarku memulai pembicaraan.

"Bicara apa? langsung saja aku harus bergegas beberapa saat lagi untuk menjemput Adila," jawabnya sambil melirik jam tangan.

Ada rasa miris mendengar ungkapan suamiku seperti itu, ia yang lebih mementingkan untuk menjemput Adila daripada Rain anak kami yang saat ini sedang berada di tempat les matematika, kalau dihitung jaraknya, lokasi anakku berada lebih jauh daripada kampus Adila.

"Aku ingin berbicara namun aku tidak ingin memantik pertengkaran diantara kita," kataku pelan.

"Iya, langsung aja, Aisyah, aku tak punya banyak waktu," jawabnya yang mulai tak sabar.

"Aku merasa tidak nyaman dan kedekatanmu dan Adila Mas, kalian sudah terlihat seperti sepasang kekasih dibandingkan dengan seorang ipar dan adiknya, jangan terlalu berlebihan memanjakan dan menuruti nya Mas, tak elok dipandang dan aku tidak mau menimbulkan fitnah."

"Fitnah bagaimana?" Ia melengos lalu tertawa di hadapanku.

"Ingat Mas, Adila bukan mahrammu, akan baik jika kalian terus-menerus berdua-duaan meski itu di dalam mobil. Lagipula anak kita membutuhkan lebih banyak waktu bersamamu, sementara Adila masih bisa mengurus dirinya sendiri."

"Aku cuma nganterin kok, kamu aja yang terlalu baper," jawabnya sambil memutar bola mata.

"Aku terbawa perasaan karena aku juga manusia Mas, aku punya hati dan perasaan untuk menilai, dan belakangan aku melihat perubahan itu."

"Kamu ini gimana sih?! Aku bersikap kaku dengan adik kamu salah, aku bersikap baik selayaknya seorang kakak pun salah, apa maumu, katakan hah!" Mas Adam sontak berdiri dan langsung marah kepadaku, Iya membeliak dengan ekspresi wajah yang sangat murka.

"Astagfirullah Mas, sedang berusaha mengajaknya bicara baik-baik.

"Kamu nggak masuk akal curigain aku dengan adik kamu," jawabnya lantang.

"Aku hanya meminta engkau bersikap wajar dan lebih mengutamakan keluarga dan anak kita."

"Selama ini juga begitu, apa yang beda Aisyah? haruskah aku mengusir adikmu agar kesalahpahaman diantara kita bisa pudar?"

"Enggak Mas." Aku menggeleng lemah sambil menundukkan kepala.

"Kecemburuan kamu enggak wajar!"

Selagi ia marah seperti itu, tiba-tiba ponselnya berdering beberapa kali. sambil menahan nafasnya yang bergemuruh ia meraih benda pipi dari kantongnya lalu menggeser layar dan membacanya perlahan.

Ia kemudian menuju meja makan untuk meneguk segelas air lalu beringsut pergi meninggalkanku sendirian.

"Mau kemana?"

"Mau jemput anak-anak!"

Aku tahu kalimat 'anak-anak' yang dia ucapkan itu mengacu kepada Rain dan Adila, tapi tentu saja Adila bukan anak-anak.

"Ayah ... Ituuut ...." kali ini putriku Clara yang tadinya bermain di ruang bermain keluar dari sana dan menyusul ayahnya, langkah lucu bocah kecil yang baru bisa berjalan itu terlihat menggemaskan ketika berusaha untuk mengejar dan meminta ikut kepada Mas Adam.

"Nggak bisa Clara, Ayah sibuk," jawab Mas Adam sambil mencium kening putriku lalu melangkah pergi. Putri kami yang berusia 1 tahun lebih itu merajuk sebentar lalu mulai merengek kecil, namun setelah aku bujuk dan kuiming-imingi dengan es krim dan permen akhirnya dia mau tersenyum dan mengerti.

*

Satu jam berikutnya pintu rumah kami terbuka aku masih di posisi yang sama di ruang tv sambil menunggui Clara bermain. Sebenarnya jika menghitung jarak antara kampus Adila tempat les anak kami dan jarak rumah tidaklah jauh dan sampai memakan waktu 1 jam, namun entah mengapa waktu menjemput Mas Adam selalu lama ketika menjemput adikku itu.

Mereka bertiga masuk, sedang yang Mas Adam dan adila berjalan beriringan dengan senyum dan tawa bahagia.

"Kamu bisa aja sih Mas," ucap adikku sambil menepuk dada Mas Adam dengan mesra tentu saja menyaksikan itu dadaku tiba-tiba merasa panas dan ada sensasi terbakar yang sulit kubahasakan.

"Iya dong apa yang nggak bisa, buat kamu ...."

Kalimat terakhir Mas Adam terdengar lirih namun aku masih bisa menangkapnya, apa maksud kata-kata itu? Mengapa juga dia akan rela melakukan apa saja untuk wanita yang jelas-jelas bukan istrinya?

Perlahan hatiku memantulkan rasa tidak suka pada Adila dan Mas Adam. Jelas mereka menyembunyikan sesuatu di belakangku, aku harus mencari cara untuk mengetahuinya sebelum semuanya berlalu terlalu terjadi dan mengancam kelangsungan mahligai rumah tangga kami.

Jika terbukti benar, mereka memiliki hubungan yang tidak-tidak maka aku akan mengambil langkah yang akan membuat mereka ternganga.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    2. tugas

    Mereka saling melirik dengan binar yang sulit kumengerti apa maksudnya."Kayaknya tadi kamu lupa sesuatu deh,""Apaan sih, Mas, aku nggak lupa apa-apa kok," jawab adyla sambil tertawa dan sedikit menyentuh dada Mas Adam. Dan itu dilakukan di hadapanku, benar-benar keterlaluan."Ehem, kalian agak terlambat dari mana ya?" tanyaku yang sengaja mengalihkan perhatian mereka."Macet." Mas Adam menjawab singkat."Adila kamu langsung ke atas, habis itu ganti baju lalu bantu Mbak masak di dapur," pintaku kepada adikku itu."Iya mbak."Gadis berusia 20 tahun itu naik ke atas untuk mengganti pakaiannya, selepas naiknya dia Mas Adam langsung menghampiri dan mencolek lenganku."Kamu ngapain sih suruh suruh dia, kamu tahu kan kalau sepanjang hari dia di kampus pastinya capek banget, sampai sakit orang tuamu pasti akan marah.""Sejak kapan Mas ada menjadi begitu perhatian kepada Adila, wajar aja kok kalau dia nolongin aku di dapur, lagipula dia tinggal di sini sedikit tidaknya dia harus membantu kit

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    3. jendela

    Adzan subuh berkumandang, menyadarkanku dari tidur lelap sepanjang malam aku segera bergegas bangkit dan membersihkan diri lalu menghamparkan sejarah dan beribadah.Kulangitkan begitu banyak doa dan harapan kepada Tuhan, semoga sang pencipta meluaskan perasaanku dan menghilangkan semua rasa gelisah dan curiga di dada ini.Seusai melipat sejadah aku kemudian memakai kerudung lalu turun untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah."Mbak aku berangkat lebih pagi ya," ucap Adila padaku yang terlihat telah siap pergi kuliah."Tapi ini masih gelap ...." Aku heran sekali."Aku adalah panitia organisasi di kampus, aku harus siap siap Mbak.""Oh, begitu ya, kalo gitu kamu sarapan dulu ya," kataku."Baik, Mbak. Tapi aku boleh minta tolong Mas adam gak, buat nganterin aku takut aku telat," pintanya."Kayaknya masih tidur deh, soalnya tadi malam ia begadang," tolakku halus, " atau gini aja, kamu pesan taksi online biar Mbak yang tambah uangnya.""Mas Adam udah bangun kok Mbak dia lagi manasin

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    4. barang pribadi

    Keesokan harinya ketika semua orang telah pergi dan beraktivitas di kegiatan mereka masing-masing, aku memilih membereskan rumah ketika sudah selesai mencuci dan memasak. Karena sudah lama tidak membersihkan lantai atas aku berinisiatif untuk mengambil sapu dan mengepel di atas sana.Aku mulai menyapu bagian koridor depan dan tempat bermain anak-anakku membersihkan debu yang menempel di sofa dan TV lalu kemudian mengibar gorden jendela dan membukanya agar udara segar masuk ke dalam rumah kami.Kemudian aku beralih ke kamar Rain untuk membersihkan dan mengambil baju baju kotor putraku itu.Setelah 20 menit berkutat di kamar Rain, aku kemudian menuju kamar Adila untuk memeriksa keadaan di dalam sana jika ternyata masih bersih maka aku tidak perlu menyapu dan mengepelnya.Namun ekspektasiku sepertinya gagal ketika membuka pintu karena kamar adikku masih sama tampilannya seperti malam tadi berantakan dan awut awutan, seprai terlepas sebagian dan bantal masih berserakan di lantai membuatk

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    5. mereka

    Mereka sampai di rumah, membuka pintu dan masih tetap bercanda tawa dan ceria seperti kemarin, tapi setelahnya mereka terkejut mendapatiku sudah duduk di sofa dan menatap mereka dengan nanar"Mas Adam, adila, kemari! Aku ingin bicara!" kataku menatap mereka dengan serius."Bicara apa, ini sudah malam dan kami lelah," balas Mas Adam.Lelah katanya, lelah darimana? Mas adam tak mengindahkan ucapanku, ia melengos dan berlalu namun aku tak mau tinggal diam."Aku bilang, aku ingin bicara!" Mereka kaget, mas Adam sejetika membalikkan badan dan menghampiriku di sofa, tentu dengan raut heran."Ada apa denganmu, sampai berteriak seperti itu, apa kamu waras?""Aku belum gila Mas, aku hanya ingin bertanya kepada kalian berdua!" "Kalau begitu tanyakan, silakan!" Ia tak kalah sengitnya, namun aku tahu ini hanya cara untuk menggertakku."Duduklah Mas," pintaku."Gak usah." Ia berdiri dan berkacak pinggang kepadaku, tidak menimbang perasaan atau memberiku sebuah penghargaan sepantasnya sebaga

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    6

    Akhir-akhir ini kedekatan mereka menjadi terhalang oleh sikapku yang saat ini menjadi tegas dan kerap memperhatikan mereka. Aku tak lagi membiarkan Mas Adam sarapan semeja dengan Adila, begitupun ketika pulang dari kampusnya Aku meminta adikku untuk menaiki taksi online saja.Pernah dia meminta sekali agar Mas Adam bisa mengantarkannya ke suatu tempat di mana sebuah pesta sedang berlangsung yang tamunya adalah senior dan kakak angkatan Adila, namun aku dengan tegas menolak permintaan tersebut dan beralasan bahwa Mas Adam harus menjemput Rain dari tempat lesnya."Mbak terlalu curiga kepadaku," keluhnya sambil menyandarkan diri di dinding setelah aku menolak permintaan terakhir kalinya agar Mas Adam mau menjemputnya sore nanti."Aku tidak curiga,aku hanya menjaga segala sesuatu sesuai pada tempat dan batasannya.""Hubungan kami jadi kaku dan canggung gara-gara Mbak, padahal Mas Adam adalah pria dan kakak yang baik.""Aku ingin dia menjadi kakak yang baik sesuai pada tempatnya tidak berl

    Huling Na-update : 2025-04-08
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    7

    Kedengar suara pintu terbuka, aku yang sedang berada di mushallah mini rumah kami langsung bergegas untuk melihat siapa yang datang. Ternyata gadis itu yang datang, kulirik jam dinding telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, dan entah mengapa ia selalu telat pulang, setiap kali pulang wajahnya selalu terlihat amat lelah dan lesu.Tadinya aku akan berniat untuk seketika mengusirnya tanpa membuang lebih banyak waktu. Namun tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalaku untuk memberi mereka pelajaran yang amat besar sehingga mereka akan mengingatnya seumur hidup."Kamu dari mana aja, kok baru pulang jam segini?"Ada rapat BEM kak," jawabnya."Emang kamu anggota BEM.""Iya ... I-iya aku anggota juga," jawabnya gugup."Bisa kamu beri jawaban jujur Adila, kamu dari mana saja?" Tanyaku sambil bersedekap dan memicingkan mata."Kok Mbak jadi curigaan gitu sih, kayak polisi aja, kalo Mbak terus memata-matai aku lebih baik aku pindah aja," ancamnya."Sebenarnya aku tak keberatan, tapi sayangnya I

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    8

    Untungnya aku masih ingat nomor terakhir yang sempat kulihat di ponsel Mas adam, maka setelah aku menggenggam kuat kertas itu di tangan, aku segera berusaha menjauhinya."Anu, tadi aku mau lihat jam di hape Mas," jawabku gugup."Tapi ada jam dinding kok," ujarnya sambil melirik dinding kamar."A-anu, aku lupa Mas," jawabku sambil tersenyum lalu menjauhinya. Semoga dia tidak membuka pesan wa, karena dengan mengetahui bahwa pesan tersebut sudah centang biru. Dia akan curiga bahwa aku telah membacanya, aku tidak. ingin dia tahu bahwa aku sudah mengetahui permainan jahat mereka. Aku menyusun sebuah rencana kejam saat ini, aku akan mempermalukan Mas Adam dengan sebuan drama yang akan membuatnya ternganga, begitu juga adila adikku yang manis, aku pikir dia akan menyayangi dan menghormatiku sebagai kakaknya, tapi sia-sia sudah.Sambil menuangkan kopi panas kedalam cangkir aku terus berdoa semoga Allah memberi kekuatan untuk bertahan semnsgara mengumpulkan bukti dan mengatur rencana. Aku j

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    9

    Lama mereka saling berbincang dalam keadaan berbisik, aku tak tahu apa yang mereka carakan namun kini aku melihat Mas Adam menarik pinggang gadis itu dengan lembut lalu menjatuhkannya di pangkuannya. Gadis itu menjerit manja tapi melingkarkan tangannya di kedua leher suamiku dengan manja.Karena penasaran aku mendekat dan untungnya di dekatku ada lemari di mana aku meletakkan ponsel tadi. Kuraih benda pipih itu dan kunyalakan rekaman video dan berjingkat-jingkat untuk merekam aksi mesum mereka."Mas ... apa sih, geniit banget," ujarnya setengah pelan."Aku kangen ...," jawab Mas Adam dengan napas memburu sambil menciumi gadis itu.Dadaku sakit, melihat pemandangan itu, napasku seolah tersengal-sengal dan ingin kubunuh saja mereka saat ini juga.Namun aku menahannya, karena jika aku membuat keributan sekarang, maka kami akan bercerai dan aku tak jadi bisa mengekspos aib mereka, aku merugi sedang mereka menjalani hidup dengan tenang dan bahagia."Aku harus kendalikan diri," gumamku."M

    Huling Na-update : 2025-04-11

Pinakabagong kabanata

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    12

    Untuk mengurai kecanggungan yang ada, aku segera mengambil alih situasi dan mengatakan mungkin viona salah lihat. Kebetulan Tante Ratih juga sudah memanggil dan mempersilakan kami untuk bergabung di meja makan."Senang rasanya bisa menyatukan keluarga dalam satu meja," ujarnya."Oh ya, Tante, kenapa tidak dirayakan dengan meriah di hotel?" tanya salah seorang sepupuku."Aku ingin lebih dekat dengan keluarga, lagipula kalo mengundang banyak orang di luar keluarga inti, aku akan kekurangan waktu untuk menyapa dan melayani kalian dengan baik sebagai tuan rumah." Wanita kaya itu tersenyum dan pesona kecantikan serta jiwa keibuannya terpancar sempurna."Oh, ya, Adam, kamu masih kerja di perusahaan yag dulu?""Iya, Tante," jawab suamiku."Kamu sudah dipromosikan, kalo bekun gabung sama om saja, kebetulan om kamu managernya, jadi dia akan menolongmu," tawarnya ramah."Oh, terima kasih sebelumnya Tante, posisi saya Alhamdulillah sudah bagus, sayang ditinggalkan takut nanti tidak cocok dengan

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    11

    Pagi ini ini aku mendapatkan sebuah undangan dari keluarga jauh orang tuaku yang mengadakan jamuan makan malam untuk meresmikan pertunangan anaknya, dia adalah tante Ratih, adik sepupu ibuku.Dia telah menelepon dan memintaku untuk datang, bahwa aku harus menghadiri jamuan makan tersebut karena secara teknis hanya aku dan beberapa keluarga lain yang satu kota dengannya, orang tuaku dan sepupunya yang lain berada di kota seberang.Jika tidak ada halangan maka aku telah berjanji untuk menghadiri jamuan makan tersebut.*Sore hari, Entah kenapa adikku adila mengerjakan tugas kuliahnya di ruang tv sementara biasanya di jam-jam sore begini kami sekeluarga berkumpul dan bercengkrama bersama.Tentu saja melihat keberadaanku dan adila Mas Adam dan kedua anak kami bergabung lalu mengobrol sambil menonton TV."Mas nanti malam ada acara tidak?""Tidak ada," jawabnya sambil menatapku."Kamu Adila? Kamu ada agenda malam ini?""Gak ada, Mbak," jawabnya singkat."Kebetulan, Tante Ratih mengundang u

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    10

    Sementara mereka telah pergi, suami ke kantor dan Adila di tempat kuliahnya, aku segera pergi ke gerai yang menyediakan alat-alat canggih seperti ponsel, kamera pengawas, dan alat perekam.Berencana untuk memasang CCTV kecil di sudut kamar Adila untuk melihat apa saja yang dilakukan. Dan ya, aku akan membeli beberapa untuk dipasangkan di sudut rumah dan di mobil Mas Adam. Kurasa semakin banyak bukti semakin sulit mereka untuk berkelit lagi pula bagaimana akan berkelit jika aku akan mengirimkan bukti itu di media sosial dimana semua orang bisa melihatnya dan jejak digital itu tidak akan bisa hilang secepatnya.Itu adalah pelajaran yang akan menghancurkan harga diri dan muka mereka berkeping keping. Kuraih kunci motor dan kugendong Clara menggunakan gendongan depan lalu menuju toko yang aku maksud.Sekembalinya dari toko, aku segera membongkar belanjaan dan membaca buku petunjuk pemakaian lalu mengambil tangga kecil di garasi dan mulai mengutak-ngatik di mana aku akan meletakkan kamer

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    9

    Lama mereka saling berbincang dalam keadaan berbisik, aku tak tahu apa yang mereka carakan namun kini aku melihat Mas Adam menarik pinggang gadis itu dengan lembut lalu menjatuhkannya di pangkuannya. Gadis itu menjerit manja tapi melingkarkan tangannya di kedua leher suamiku dengan manja.Karena penasaran aku mendekat dan untungnya di dekatku ada lemari di mana aku meletakkan ponsel tadi. Kuraih benda pipih itu dan kunyalakan rekaman video dan berjingkat-jingkat untuk merekam aksi mesum mereka."Mas ... apa sih, geniit banget," ujarnya setengah pelan."Aku kangen ...," jawab Mas Adam dengan napas memburu sambil menciumi gadis itu.Dadaku sakit, melihat pemandangan itu, napasku seolah tersengal-sengal dan ingin kubunuh saja mereka saat ini juga.Namun aku menahannya, karena jika aku membuat keributan sekarang, maka kami akan bercerai dan aku tak jadi bisa mengekspos aib mereka, aku merugi sedang mereka menjalani hidup dengan tenang dan bahagia."Aku harus kendalikan diri," gumamku."M

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    8

    Untungnya aku masih ingat nomor terakhir yang sempat kulihat di ponsel Mas adam, maka setelah aku menggenggam kuat kertas itu di tangan, aku segera berusaha menjauhinya."Anu, tadi aku mau lihat jam di hape Mas," jawabku gugup."Tapi ada jam dinding kok," ujarnya sambil melirik dinding kamar."A-anu, aku lupa Mas," jawabku sambil tersenyum lalu menjauhinya. Semoga dia tidak membuka pesan wa, karena dengan mengetahui bahwa pesan tersebut sudah centang biru. Dia akan curiga bahwa aku telah membacanya, aku tidak. ingin dia tahu bahwa aku sudah mengetahui permainan jahat mereka. Aku menyusun sebuah rencana kejam saat ini, aku akan mempermalukan Mas Adam dengan sebuan drama yang akan membuatnya ternganga, begitu juga adila adikku yang manis, aku pikir dia akan menyayangi dan menghormatiku sebagai kakaknya, tapi sia-sia sudah.Sambil menuangkan kopi panas kedalam cangkir aku terus berdoa semoga Allah memberi kekuatan untuk bertahan semnsgara mengumpulkan bukti dan mengatur rencana. Aku j

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    7

    Kedengar suara pintu terbuka, aku yang sedang berada di mushallah mini rumah kami langsung bergegas untuk melihat siapa yang datang. Ternyata gadis itu yang datang, kulirik jam dinding telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, dan entah mengapa ia selalu telat pulang, setiap kali pulang wajahnya selalu terlihat amat lelah dan lesu.Tadinya aku akan berniat untuk seketika mengusirnya tanpa membuang lebih banyak waktu. Namun tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalaku untuk memberi mereka pelajaran yang amat besar sehingga mereka akan mengingatnya seumur hidup."Kamu dari mana aja, kok baru pulang jam segini?"Ada rapat BEM kak," jawabnya."Emang kamu anggota BEM.""Iya ... I-iya aku anggota juga," jawabnya gugup."Bisa kamu beri jawaban jujur Adila, kamu dari mana saja?" Tanyaku sambil bersedekap dan memicingkan mata."Kok Mbak jadi curigaan gitu sih, kayak polisi aja, kalo Mbak terus memata-matai aku lebih baik aku pindah aja," ancamnya."Sebenarnya aku tak keberatan, tapi sayangnya I

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    6

    Akhir-akhir ini kedekatan mereka menjadi terhalang oleh sikapku yang saat ini menjadi tegas dan kerap memperhatikan mereka. Aku tak lagi membiarkan Mas Adam sarapan semeja dengan Adila, begitupun ketika pulang dari kampusnya Aku meminta adikku untuk menaiki taksi online saja.Pernah dia meminta sekali agar Mas Adam bisa mengantarkannya ke suatu tempat di mana sebuah pesta sedang berlangsung yang tamunya adalah senior dan kakak angkatan Adila, namun aku dengan tegas menolak permintaan tersebut dan beralasan bahwa Mas Adam harus menjemput Rain dari tempat lesnya."Mbak terlalu curiga kepadaku," keluhnya sambil menyandarkan diri di dinding setelah aku menolak permintaan terakhir kalinya agar Mas Adam mau menjemputnya sore nanti."Aku tidak curiga,aku hanya menjaga segala sesuatu sesuai pada tempat dan batasannya.""Hubungan kami jadi kaku dan canggung gara-gara Mbak, padahal Mas Adam adalah pria dan kakak yang baik.""Aku ingin dia menjadi kakak yang baik sesuai pada tempatnya tidak berl

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    5. mereka

    Mereka sampai di rumah, membuka pintu dan masih tetap bercanda tawa dan ceria seperti kemarin, tapi setelahnya mereka terkejut mendapatiku sudah duduk di sofa dan menatap mereka dengan nanar"Mas Adam, adila, kemari! Aku ingin bicara!" kataku menatap mereka dengan serius."Bicara apa, ini sudah malam dan kami lelah," balas Mas Adam.Lelah katanya, lelah darimana? Mas adam tak mengindahkan ucapanku, ia melengos dan berlalu namun aku tak mau tinggal diam."Aku bilang, aku ingin bicara!" Mereka kaget, mas Adam sejetika membalikkan badan dan menghampiriku di sofa, tentu dengan raut heran."Ada apa denganmu, sampai berteriak seperti itu, apa kamu waras?""Aku belum gila Mas, aku hanya ingin bertanya kepada kalian berdua!" "Kalau begitu tanyakan, silakan!" Ia tak kalah sengitnya, namun aku tahu ini hanya cara untuk menggertakku."Duduklah Mas," pintaku."Gak usah." Ia berdiri dan berkacak pinggang kepadaku, tidak menimbang perasaan atau memberiku sebuah penghargaan sepantasnya sebaga

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    4. barang pribadi

    Keesokan harinya ketika semua orang telah pergi dan beraktivitas di kegiatan mereka masing-masing, aku memilih membereskan rumah ketika sudah selesai mencuci dan memasak. Karena sudah lama tidak membersihkan lantai atas aku berinisiatif untuk mengambil sapu dan mengepel di atas sana.Aku mulai menyapu bagian koridor depan dan tempat bermain anak-anakku membersihkan debu yang menempel di sofa dan TV lalu kemudian mengibar gorden jendela dan membukanya agar udara segar masuk ke dalam rumah kami.Kemudian aku beralih ke kamar Rain untuk membersihkan dan mengambil baju baju kotor putraku itu.Setelah 20 menit berkutat di kamar Rain, aku kemudian menuju kamar Adila untuk memeriksa keadaan di dalam sana jika ternyata masih bersih maka aku tidak perlu menyapu dan mengepelnya.Namun ekspektasiku sepertinya gagal ketika membuka pintu karena kamar adikku masih sama tampilannya seperti malam tadi berantakan dan awut awutan, seprai terlepas sebagian dan bantal masih berserakan di lantai membuatk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status