Home / Romansa / RANJANG (PANAS) ADIKKU / 4. barang pribadi

Share

4. barang pribadi

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-04-05 08:09:06

Keesokan harinya ketika semua orang telah pergi dan beraktivitas di kegiatan mereka masing-masing, aku memilih membereskan rumah ketika sudah selesai mencuci dan memasak.

Karena sudah lama tidak membersihkan lantai atas aku berinisiatif untuk mengambil sapu dan mengepel di atas sana.

Aku mulai menyapu bagian koridor depan dan tempat bermain anak-anakku membersihkan debu yang menempel di sofa dan TV lalu kemudian mengibar gorden jendela dan membukanya agar udara segar masuk ke dalam rumah kami.

Kemudian aku beralih ke kamar Rain untuk membersihkan dan mengambil baju baju kotor putraku itu.

Setelah 20 menit berkutat di kamar Rain, aku kemudian menuju kamar Adila untuk memeriksa keadaan di dalam sana jika ternyata masih bersih maka aku tidak perlu menyapu dan mengepelnya.

Namun ekspektasiku sepertinya gagal ketika membuka pintu karena kamar adikku masih sama tampilannya seperti malam tadi berantakan dan awut awutan, seprai terlepas sebagian dan bantal masih berserakan di lantai membuatku hanya mampu menggelengkan kepala.

"Ya Tuhan tidakkah dia mampu membersihkan ranjangnya saja."

Kusibak tirai jendela yang mungkin setelah lama tidak pernah dibukanya, lalu mulai membenahi ranjang adikku.

Seprai terlihat kotor dengan noda bercak kekuningan yang aku tak mengerti apa itu, dalam hati ini mulai was-was namun aku mencoba berpikir waras dan realistis tentang kemungkinan noda itu berasal dari mana, mungkin dari kopi moka yang sering dia buat ketika harus begadang mengerjakan tugas kuliah, atau noda bekas datang bulan yang tidak bersih di cuci, tapi ... Hanya terlalu terang jika itu adalah noda darah.

Mengobati rasa penasaran aku mencoba mengangkatnya dan membaui untuk memastikan apa itu, bau keringat adikku menempel di sana, tapi aroma yang lebih mendominasi adalah aroma ....

Ah, Astaghfirullah ....

Tidak mungkin! Selimut ini bekas sperma, terlalu dini jika aku menilai itu adalah sperma suamiku, sementara aku belum pernah mendapati mereka sedang berada di atas satu sama lain, meski aku sering mendapati mereka duduk dan tertawa bersama, tapi aku tidak bisa berasumsi sejauh itu.

Aku terduduk lesu sambil menggenggam erat selimut yang ada di tanganku kini, berbagai bayangan menari di kepala tentang adegan-adegan yang tidak tidak. Dan dari semua itu Aku tidak punya tersangka lain kecuali mereka berdua.

Arhggg ... Mengesalkan pikiran jahat ini.

Tak berhenti dari situ, aku kemudian membersihkan kolong ranjangnya dan lebih lebih terkejut lagi karena mendapati begitu banyak tisu bekas yang berserakan di tempat itu.

Apa-apaan ini? Bukankah tempat sampah tersedia di balik pintu mengapa ia harus membuangnya di sini. Apakah ketika aku sedang tidak berada di rumah dia mengajak kekasihnya dan mereka melakukan hubungan itu?

"Apakah sebegitu nekatnya adikku, demi menuruti hasratnya dia sampai merupakan kehormatan orang tua dan lupa pada norma dan adab apakah seperti itu aja adikku yang sesungguhnya?"

Semakin dipikirkan semakin frustasi diri ini membayangkan bahkan aku sampai memijit rekening karena rasa pusing dan mengacak-ngacak rambut sendiri karena tidak tahu kesimpulan apa yang harus aku ambil dan siapa yang harus aku curigai.

Ketika aku hendak meninggalkan kamar itu,tak lupa aku menutup jendela karena khawatir jika nanti cuaca hujan, air akan masuk ke kamar Adila. ketika aku hendak menutup jendela tiba-tiba mataku menangkap semua benda yang cukup familiar kulihat, dan karena penasaran, kutarik benda itu dengan gagang sapu yang kupegang.

Sedikit usaha keras dan berhati-hati karena aku takut terpeleset dan terjatuh sampai ke bawah tanah akhirnya dengan usaha keras aku bisa mendapatkan benda itu dan ketika kubuka ternyata itu adalah sebuah celana dalam pria.

"Sepertinya aku pernah melihatnya," gumamku, "namun bagaimana mungkin bisa di sini?"

Astaghfirullah, sapu dan benda itu terlepas dari tanganku aku menutup mulut dengan mata membeliak dan jantungku hampir berhenti tiba-tiba.

"Bukankah benda itu milik Mas Adam?"

Mana mungkin aku bisa berpikir jika benda itu diterbangkan angin dan menyangkut di jendela Adila sedangkan posisi tempat aku menjemur pakaian berada di halaman belakang dan jendela kamar Adila berhadapan langsung dengan halaman depan rumahku.

"Tuhan apa ini? maka ini adalah musibah atau sebuah petunjuk kepada musibah berikutnya?"

Aku tersungkur dan jatuh terduduk dalam keadaan syok, meski berkali-kali aku menggelengkan kepala tidak percaya kenyataan, tetap saja itu adalah kenyataan.

Rain tidak mungkin memainkan celana ayahnya lalu membawa ke kamar Adila dan membuangnya lewat jendela, anakku sudah besar dan mengerti sehingga mustahil dia melakukan perbuatan tidak berfaedah itu.

Tidak bisa juga menuduh Clara karena dia hanya bayi berumur 1 tahun lebih dan baru bisa berjalan, mustahil!

Ataukah sungguh firasatku saat ini. Jika benar, maka ....

Air mataku meleleh begitu saja.

Sepanjang hari aku tidak fokus mengerjakan pekerjaan rumah bahkan benda-benda yang kupegang hampir terlepas dari tangan, karena galau memikirkan sebenarnya apa yang sedang terjadi di antara Mas Adam dan adila.

Aku tidak boleh menundanya lagi aku harus membuktikan agar tidak ada lagi rasa penasaran dan takut di dalam jiwa ini.

Lagipula mana mungkin barang pribadi suamiku datang sendiri ke kamar Adila tanpa di bawa pemiliknya, Mas adam harus menjawab semua pertanyaanku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    5. mereka

    Mereka sampai di rumah, membuka pintu dan masih tetap bercanda tawa dan ceria seperti kemarin, tapi setelahnya mereka terkejut mendapatiku sudah duduk di sofa dan menatap mereka dengan nanar"Mas Adam, adila, kemari! Aku ingin bicara!" kataku menatap mereka dengan serius."Bicara apa, ini sudah malam dan kami lelah," balas Mas Adam.Lelah katanya, lelah darimana? Mas adam tak mengindahkan ucapanku, ia melengos dan berlalu namun aku tak mau tinggal diam."Aku bilang, aku ingin bicara!" Mereka kaget, mas Adam sejetika membalikkan badan dan menghampiriku di sofa, tentu dengan raut heran."Ada apa denganmu, sampai berteriak seperti itu, apa kamu waras?""Aku belum gila Mas, aku hanya ingin bertanya kepada kalian berdua!" "Kalau begitu tanyakan, silakan!" Ia tak kalah sengitnya, namun aku tahu ini hanya cara untuk menggertakku."Duduklah Mas," pintaku."Gak usah." Ia berdiri dan berkacak pinggang kepadaku, tidak menimbang perasaan atau memberiku sebuah penghargaan sepantasnya sebaga

    Last Updated : 2025-04-05
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    6

    Akhir-akhir ini kedekatan mereka menjadi terhalang oleh sikapku yang saat ini menjadi tegas dan kerap memperhatikan mereka. Aku tak lagi membiarkan Mas Adam sarapan semeja dengan Adila, begitupun ketika pulang dari kampusnya Aku meminta adikku untuk menaiki taksi online saja.Pernah dia meminta sekali agar Mas Adam bisa mengantarkannya ke suatu tempat di mana sebuah pesta sedang berlangsung yang tamunya adalah senior dan kakak angkatan Adila, namun aku dengan tegas menolak permintaan tersebut dan beralasan bahwa Mas Adam harus menjemput Rain dari tempat lesnya."Mbak terlalu curiga kepadaku," keluhnya sambil menyandarkan diri di dinding setelah aku menolak permintaan terakhir kalinya agar Mas Adam mau menjemputnya sore nanti."Aku tidak curiga,aku hanya menjaga segala sesuatu sesuai pada tempat dan batasannya.""Hubungan kami jadi kaku dan canggung gara-gara Mbak, padahal Mas Adam adalah pria dan kakak yang baik.""Aku ingin dia menjadi kakak yang baik sesuai pada tempatnya tidak berl

    Last Updated : 2025-04-08
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    7

    Kedengar suara pintu terbuka, aku yang sedang berada di mushallah mini rumah kami langsung bergegas untuk melihat siapa yang datang. Ternyata gadis itu yang datang, kulirik jam dinding telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, dan entah mengapa ia selalu telat pulang, setiap kali pulang wajahnya selalu terlihat amat lelah dan lesu.Tadinya aku akan berniat untuk seketika mengusirnya tanpa membuang lebih banyak waktu. Namun tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalaku untuk memberi mereka pelajaran yang amat besar sehingga mereka akan mengingatnya seumur hidup."Kamu dari mana aja, kok baru pulang jam segini?"Ada rapat BEM kak," jawabnya."Emang kamu anggota BEM.""Iya ... I-iya aku anggota juga," jawabnya gugup."Bisa kamu beri jawaban jujur Adila, kamu dari mana saja?" Tanyaku sambil bersedekap dan memicingkan mata."Kok Mbak jadi curigaan gitu sih, kayak polisi aja, kalo Mbak terus memata-matai aku lebih baik aku pindah aja," ancamnya."Sebenarnya aku tak keberatan, tapi sayangnya I

    Last Updated : 2025-04-09
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    8

    Untungnya aku masih ingat nomor terakhir yang sempat kulihat di ponsel Mas adam, maka setelah aku menggenggam kuat kertas itu di tangan, aku segera berusaha menjauhinya."Anu, tadi aku mau lihat jam di hape Mas," jawabku gugup."Tapi ada jam dinding kok," ujarnya sambil melirik dinding kamar."A-anu, aku lupa Mas," jawabku sambil tersenyum lalu menjauhinya. Semoga dia tidak membuka pesan wa, karena dengan mengetahui bahwa pesan tersebut sudah centang biru. Dia akan curiga bahwa aku telah membacanya, aku tidak. ingin dia tahu bahwa aku sudah mengetahui permainan jahat mereka. Aku menyusun sebuah rencana kejam saat ini, aku akan mempermalukan Mas Adam dengan sebuan drama yang akan membuatnya ternganga, begitu juga adila adikku yang manis, aku pikir dia akan menyayangi dan menghormatiku sebagai kakaknya, tapi sia-sia sudah.Sambil menuangkan kopi panas kedalam cangkir aku terus berdoa semoga Allah memberi kekuatan untuk bertahan semnsgara mengumpulkan bukti dan mengatur rencana. Aku j

    Last Updated : 2025-04-10
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    9

    Lama mereka saling berbincang dalam keadaan berbisik, aku tak tahu apa yang mereka carakan namun kini aku melihat Mas Adam menarik pinggang gadis itu dengan lembut lalu menjatuhkannya di pangkuannya. Gadis itu menjerit manja tapi melingkarkan tangannya di kedua leher suamiku dengan manja.Karena penasaran aku mendekat dan untungnya di dekatku ada lemari di mana aku meletakkan ponsel tadi. Kuraih benda pipih itu dan kunyalakan rekaman video dan berjingkat-jingkat untuk merekam aksi mesum mereka."Mas ... apa sih, geniit banget," ujarnya setengah pelan."Aku kangen ...," jawab Mas Adam dengan napas memburu sambil menciumi gadis itu.Dadaku sakit, melihat pemandangan itu, napasku seolah tersengal-sengal dan ingin kubunuh saja mereka saat ini juga.Namun aku menahannya, karena jika aku membuat keributan sekarang, maka kami akan bercerai dan aku tak jadi bisa mengekspos aib mereka, aku merugi sedang mereka menjalani hidup dengan tenang dan bahagia."Aku harus kendalikan diri," gumamku."M

    Last Updated : 2025-04-11
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    10

    Sementara mereka telah pergi, suami ke kantor dan Adila di tempat kuliahnya, aku segera pergi ke gerai yang menyediakan alat-alat canggih seperti ponsel, kamera pengawas, dan alat perekam.Berencana untuk memasang CCTV kecil di sudut kamar Adila untuk melihat apa saja yang dilakukan. Dan ya, aku akan membeli beberapa untuk dipasangkan di sudut rumah dan di mobil Mas Adam. Kurasa semakin banyak bukti semakin sulit mereka untuk berkelit lagi pula bagaimana akan berkelit jika aku akan mengirimkan bukti itu di media sosial dimana semua orang bisa melihatnya dan jejak digital itu tidak akan bisa hilang secepatnya.Itu adalah pelajaran yang akan menghancurkan harga diri dan muka mereka berkeping keping. Kuraih kunci motor dan kugendong Clara menggunakan gendongan depan lalu menuju toko yang aku maksud.Sekembalinya dari toko, aku segera membongkar belanjaan dan membaca buku petunjuk pemakaian lalu mengambil tangga kecil di garasi dan mulai mengutak-ngatik di mana aku akan meletakkan kamer

    Last Updated : 2025-04-12
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    11

    Pagi ini ini aku mendapatkan sebuah undangan dari keluarga jauh orang tuaku yang mengadakan jamuan makan malam untuk meresmikan pertunangan anaknya, dia adalah tante Ratih, adik sepupu ibuku.Dia telah menelepon dan memintaku untuk datang, bahwa aku harus menghadiri jamuan makan tersebut karena secara teknis hanya aku dan beberapa keluarga lain yang satu kota dengannya, orang tuaku dan sepupunya yang lain berada di kota seberang.Jika tidak ada halangan maka aku telah berjanji untuk menghadiri jamuan makan tersebut.*Sore hari, Entah kenapa adikku adila mengerjakan tugas kuliahnya di ruang tv sementara biasanya di jam-jam sore begini kami sekeluarga berkumpul dan bercengkrama bersama.Tentu saja melihat keberadaanku dan adila Mas Adam dan kedua anak kami bergabung lalu mengobrol sambil menonton TV."Mas nanti malam ada acara tidak?""Tidak ada," jawabnya sambil menatapku."Kamu Adila? Kamu ada agenda malam ini?""Gak ada, Mbak," jawabnya singkat."Kebetulan, Tante Ratih mengundang u

    Last Updated : 2025-04-15
  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    12

    Untuk mengurai kecanggungan yang ada, aku segera mengambil alih situasi dan mengatakan mungkin viona salah lihat. Kebetulan Tante Ratih juga sudah memanggil dan mempersilakan kami untuk bergabung di meja makan."Senang rasanya bisa menyatukan keluarga dalam satu meja," ujarnya."Oh ya, Tante, kenapa tidak dirayakan dengan meriah di hotel?" tanya salah seorang sepupuku."Aku ingin lebih dekat dengan keluarga, lagipula kalo mengundang banyak orang di luar keluarga inti, aku akan kekurangan waktu untuk menyapa dan melayani kalian dengan baik sebagai tuan rumah." Wanita kaya itu tersenyum dan pesona kecantikan serta jiwa keibuannya terpancar sempurna."Oh, ya, Adam, kamu masih kerja di perusahaan yag dulu?""Iya, Tante," jawab suamiku."Kamu sudah dipromosikan, kalo bekun gabung sama om saja, kebetulan om kamu managernya, jadi dia akan menolongmu," tawarnya ramah."Oh, terima kasih sebelumnya Tante, posisi saya Alhamdulillah sudah bagus, sayang ditinggalkan takut nanti tidak cocok dengan

    Last Updated : 2025-04-16

Latest chapter

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    12

    Untuk mengurai kecanggungan yang ada, aku segera mengambil alih situasi dan mengatakan mungkin viona salah lihat. Kebetulan Tante Ratih juga sudah memanggil dan mempersilakan kami untuk bergabung di meja makan."Senang rasanya bisa menyatukan keluarga dalam satu meja," ujarnya."Oh ya, Tante, kenapa tidak dirayakan dengan meriah di hotel?" tanya salah seorang sepupuku."Aku ingin lebih dekat dengan keluarga, lagipula kalo mengundang banyak orang di luar keluarga inti, aku akan kekurangan waktu untuk menyapa dan melayani kalian dengan baik sebagai tuan rumah." Wanita kaya itu tersenyum dan pesona kecantikan serta jiwa keibuannya terpancar sempurna."Oh, ya, Adam, kamu masih kerja di perusahaan yag dulu?""Iya, Tante," jawab suamiku."Kamu sudah dipromosikan, kalo bekun gabung sama om saja, kebetulan om kamu managernya, jadi dia akan menolongmu," tawarnya ramah."Oh, terima kasih sebelumnya Tante, posisi saya Alhamdulillah sudah bagus, sayang ditinggalkan takut nanti tidak cocok dengan

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    11

    Pagi ini ini aku mendapatkan sebuah undangan dari keluarga jauh orang tuaku yang mengadakan jamuan makan malam untuk meresmikan pertunangan anaknya, dia adalah tante Ratih, adik sepupu ibuku.Dia telah menelepon dan memintaku untuk datang, bahwa aku harus menghadiri jamuan makan tersebut karena secara teknis hanya aku dan beberapa keluarga lain yang satu kota dengannya, orang tuaku dan sepupunya yang lain berada di kota seberang.Jika tidak ada halangan maka aku telah berjanji untuk menghadiri jamuan makan tersebut.*Sore hari, Entah kenapa adikku adila mengerjakan tugas kuliahnya di ruang tv sementara biasanya di jam-jam sore begini kami sekeluarga berkumpul dan bercengkrama bersama.Tentu saja melihat keberadaanku dan adila Mas Adam dan kedua anak kami bergabung lalu mengobrol sambil menonton TV."Mas nanti malam ada acara tidak?""Tidak ada," jawabnya sambil menatapku."Kamu Adila? Kamu ada agenda malam ini?""Gak ada, Mbak," jawabnya singkat."Kebetulan, Tante Ratih mengundang u

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    10

    Sementara mereka telah pergi, suami ke kantor dan Adila di tempat kuliahnya, aku segera pergi ke gerai yang menyediakan alat-alat canggih seperti ponsel, kamera pengawas, dan alat perekam.Berencana untuk memasang CCTV kecil di sudut kamar Adila untuk melihat apa saja yang dilakukan. Dan ya, aku akan membeli beberapa untuk dipasangkan di sudut rumah dan di mobil Mas Adam. Kurasa semakin banyak bukti semakin sulit mereka untuk berkelit lagi pula bagaimana akan berkelit jika aku akan mengirimkan bukti itu di media sosial dimana semua orang bisa melihatnya dan jejak digital itu tidak akan bisa hilang secepatnya.Itu adalah pelajaran yang akan menghancurkan harga diri dan muka mereka berkeping keping. Kuraih kunci motor dan kugendong Clara menggunakan gendongan depan lalu menuju toko yang aku maksud.Sekembalinya dari toko, aku segera membongkar belanjaan dan membaca buku petunjuk pemakaian lalu mengambil tangga kecil di garasi dan mulai mengutak-ngatik di mana aku akan meletakkan kamer

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    9

    Lama mereka saling berbincang dalam keadaan berbisik, aku tak tahu apa yang mereka carakan namun kini aku melihat Mas Adam menarik pinggang gadis itu dengan lembut lalu menjatuhkannya di pangkuannya. Gadis itu menjerit manja tapi melingkarkan tangannya di kedua leher suamiku dengan manja.Karena penasaran aku mendekat dan untungnya di dekatku ada lemari di mana aku meletakkan ponsel tadi. Kuraih benda pipih itu dan kunyalakan rekaman video dan berjingkat-jingkat untuk merekam aksi mesum mereka."Mas ... apa sih, geniit banget," ujarnya setengah pelan."Aku kangen ...," jawab Mas Adam dengan napas memburu sambil menciumi gadis itu.Dadaku sakit, melihat pemandangan itu, napasku seolah tersengal-sengal dan ingin kubunuh saja mereka saat ini juga.Namun aku menahannya, karena jika aku membuat keributan sekarang, maka kami akan bercerai dan aku tak jadi bisa mengekspos aib mereka, aku merugi sedang mereka menjalani hidup dengan tenang dan bahagia."Aku harus kendalikan diri," gumamku."M

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    8

    Untungnya aku masih ingat nomor terakhir yang sempat kulihat di ponsel Mas adam, maka setelah aku menggenggam kuat kertas itu di tangan, aku segera berusaha menjauhinya."Anu, tadi aku mau lihat jam di hape Mas," jawabku gugup."Tapi ada jam dinding kok," ujarnya sambil melirik dinding kamar."A-anu, aku lupa Mas," jawabku sambil tersenyum lalu menjauhinya. Semoga dia tidak membuka pesan wa, karena dengan mengetahui bahwa pesan tersebut sudah centang biru. Dia akan curiga bahwa aku telah membacanya, aku tidak. ingin dia tahu bahwa aku sudah mengetahui permainan jahat mereka. Aku menyusun sebuah rencana kejam saat ini, aku akan mempermalukan Mas Adam dengan sebuan drama yang akan membuatnya ternganga, begitu juga adila adikku yang manis, aku pikir dia akan menyayangi dan menghormatiku sebagai kakaknya, tapi sia-sia sudah.Sambil menuangkan kopi panas kedalam cangkir aku terus berdoa semoga Allah memberi kekuatan untuk bertahan semnsgara mengumpulkan bukti dan mengatur rencana. Aku j

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    7

    Kedengar suara pintu terbuka, aku yang sedang berada di mushallah mini rumah kami langsung bergegas untuk melihat siapa yang datang. Ternyata gadis itu yang datang, kulirik jam dinding telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, dan entah mengapa ia selalu telat pulang, setiap kali pulang wajahnya selalu terlihat amat lelah dan lesu.Tadinya aku akan berniat untuk seketika mengusirnya tanpa membuang lebih banyak waktu. Namun tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalaku untuk memberi mereka pelajaran yang amat besar sehingga mereka akan mengingatnya seumur hidup."Kamu dari mana aja, kok baru pulang jam segini?"Ada rapat BEM kak," jawabnya."Emang kamu anggota BEM.""Iya ... I-iya aku anggota juga," jawabnya gugup."Bisa kamu beri jawaban jujur Adila, kamu dari mana saja?" Tanyaku sambil bersedekap dan memicingkan mata."Kok Mbak jadi curigaan gitu sih, kayak polisi aja, kalo Mbak terus memata-matai aku lebih baik aku pindah aja," ancamnya."Sebenarnya aku tak keberatan, tapi sayangnya I

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    6

    Akhir-akhir ini kedekatan mereka menjadi terhalang oleh sikapku yang saat ini menjadi tegas dan kerap memperhatikan mereka. Aku tak lagi membiarkan Mas Adam sarapan semeja dengan Adila, begitupun ketika pulang dari kampusnya Aku meminta adikku untuk menaiki taksi online saja.Pernah dia meminta sekali agar Mas Adam bisa mengantarkannya ke suatu tempat di mana sebuah pesta sedang berlangsung yang tamunya adalah senior dan kakak angkatan Adila, namun aku dengan tegas menolak permintaan tersebut dan beralasan bahwa Mas Adam harus menjemput Rain dari tempat lesnya."Mbak terlalu curiga kepadaku," keluhnya sambil menyandarkan diri di dinding setelah aku menolak permintaan terakhir kalinya agar Mas Adam mau menjemputnya sore nanti."Aku tidak curiga,aku hanya menjaga segala sesuatu sesuai pada tempat dan batasannya.""Hubungan kami jadi kaku dan canggung gara-gara Mbak, padahal Mas Adam adalah pria dan kakak yang baik.""Aku ingin dia menjadi kakak yang baik sesuai pada tempatnya tidak berl

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    5. mereka

    Mereka sampai di rumah, membuka pintu dan masih tetap bercanda tawa dan ceria seperti kemarin, tapi setelahnya mereka terkejut mendapatiku sudah duduk di sofa dan menatap mereka dengan nanar"Mas Adam, adila, kemari! Aku ingin bicara!" kataku menatap mereka dengan serius."Bicara apa, ini sudah malam dan kami lelah," balas Mas Adam.Lelah katanya, lelah darimana? Mas adam tak mengindahkan ucapanku, ia melengos dan berlalu namun aku tak mau tinggal diam."Aku bilang, aku ingin bicara!" Mereka kaget, mas Adam sejetika membalikkan badan dan menghampiriku di sofa, tentu dengan raut heran."Ada apa denganmu, sampai berteriak seperti itu, apa kamu waras?""Aku belum gila Mas, aku hanya ingin bertanya kepada kalian berdua!" "Kalau begitu tanyakan, silakan!" Ia tak kalah sengitnya, namun aku tahu ini hanya cara untuk menggertakku."Duduklah Mas," pintaku."Gak usah." Ia berdiri dan berkacak pinggang kepadaku, tidak menimbang perasaan atau memberiku sebuah penghargaan sepantasnya sebaga

  • RANJANG (PANAS) ADIKKU    4. barang pribadi

    Keesokan harinya ketika semua orang telah pergi dan beraktivitas di kegiatan mereka masing-masing, aku memilih membereskan rumah ketika sudah selesai mencuci dan memasak. Karena sudah lama tidak membersihkan lantai atas aku berinisiatif untuk mengambil sapu dan mengepel di atas sana.Aku mulai menyapu bagian koridor depan dan tempat bermain anak-anakku membersihkan debu yang menempel di sofa dan TV lalu kemudian mengibar gorden jendela dan membukanya agar udara segar masuk ke dalam rumah kami.Kemudian aku beralih ke kamar Rain untuk membersihkan dan mengambil baju baju kotor putraku itu.Setelah 20 menit berkutat di kamar Rain, aku kemudian menuju kamar Adila untuk memeriksa keadaan di dalam sana jika ternyata masih bersih maka aku tidak perlu menyapu dan mengepelnya.Namun ekspektasiku sepertinya gagal ketika membuka pintu karena kamar adikku masih sama tampilannya seperti malam tadi berantakan dan awut awutan, seprai terlepas sebagian dan bantal masih berserakan di lantai membuatk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status