“Akh! Lepas! Sakit, tolong lepas!” bentak Zevanya mencoba melepas cengkraman dileher dari pria paruh baya yang makin terasa erat.
“Makin kamu berontak, makin erat cengkramanku ini!” terasa hembusan napas penuh nafsu dari pria tua Bangka itu.
“A-Ayah, Ibu, akh, tolong!” tangannya terulur mencoba meraih kaki Ayah dan Ibunya yang saat ini pun terkungkung oleh anak buah dari pria tua bangka yang sedang mencekiknya saat ini.
“Kalau kamu tidak sanggup membayar hutangmu, anak gadismu ini akan kunikahi!” ancam pria tua lintah darat dengan bringas.
Zevanya gadis cantik bermata coklat tua itu menangis dengan menahan sakit. Rupanya Ayahnya terlilit hutang. Memang Hudson-AyahZevanya ini merupakan pejudi yang tak kenal kapok. Berbagai hutang sana-sini sudah tertumpuk bak gunung. Tapi tak disangka sampai ada orang yang menagih dengan cara seperti ini. Juga mengancam dengan cara harus menjadi istrinya jika hutang tidak terbayarkan.
“Minggir, tolong lepaskan anakku! Aku akan bayar tapi jangan kau sakiti anakku,” kata Hudson memelas.
Tak ada yang menghiraukan permohonan Hudson. Tiba-tiba terdengar suara benturan keras.
DUGH!!
Hudson jatuh tersungkur akibat terdorong salah satu anak buah pria tua tak punya hati itu. Ia tergeletak dilantai sembari meringis kesakitan dan memegang dadanya. Tak butuh waktu lama, Hudson pingsan.
Gerombolan pria tua dan anak buahnya pergi setelah melihat kondisi Hudson yang sudah tergeletak. Zevanya langsung merogoh sakunya dan menekan nomor panggilan darurat.
Zevanya menyeka buliran air yang mengalir deras dikulit halusnya. Tak henti-henti memukul dada yang terasa sesak. Tak disangka hal buruk benar-benar seakan menjadi kutukan yang datang secepat kilat. Dia berlari mendorong brankar dari UGD menuju sampai depan pintu ruang operasi.
Badan lemas, kaki bergetar sampai jatuh dipelukan Lidya-ibu Zevanya. Dari tangisan dengan suara keras sampai melemah kedua wanita itu masih tak kunjung melepas pelukan. Menunggu di depan ruang operasi dengan tatapan nanar. Mata sembab dan merah. Berharap hal buruk tak terjadi.
Beberapa jam berlalu seketika pintu ruang operasi terbuka. Zevanya dan Lidya tersadar dari lamunan dan langsung berdiri dengan tertatih menghampiri Dokter.
“Operasi berhasil, tinggal menunggu pasien sadar.”
“Terima kasih banyak Dokter, terima kasih,” tutur Lidya.
Zevanya dan Lidya saling bertukar pandang dan saling memelukku dengan erat. Rasa lega terlihat dari raut wajah kedua wanita itu ketika mendengar ucapan Dokter. Setelah itu salah satu perawat menghampiri.
“Pasien akan segera dipindah ke ruang inap. Mohon melengkapi berkas administrasi terlebih dahulu.”
“Baik, terima kasih Suster,” sahut gadis bermata coklat tua yang sudah terlihat agak tenang.
Zevanya membagi tugas dengan Lidya. Dia mengurus administrasi rawat inap sedangkan Lidya menemani Hudson.
“Ini biaya yang harus dilunasi,” petugas menyodorkan kertas dengan rincian pembayaran.
Netra Zevanya terperangah melihat nominal yang tertera di kertas, 200 juta . Karena tak akan sanggup membayar dengan nominal sebesar itu.
“Maaf, apa saya boleh menyicil?” tanyanya lirih.
“Maaf nona, tidak bisa.”
“Bolehkah saya meminta waktu?” memelas meminta keringanan.
“Nona hanya punya waktu maksimal 2 hari.”
Zevanya melangkah dengan gontai. Satu pukulan lagi menghantam dada. Benar-benar rasanya ingin bunuh diri saja. Tak sanggup, ia putuskan pulang.
Setibanya di rumah gadis itu mencari benda berharga yang bisa dijual untuk mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membayar biaya rumah sakit Hudson.
“200 juta, dari mana aku mendapat uang sebanyak itu,” lirih Zevanya meringkuk di lantai. Dia tak menyangka diusianya yang ke-23 tahun ini mengalami hal pahit. Memiliki ayah pejudi yang berhutang pada banyak orang dan sekarang harus berada dalam perawatan pasca operasi jantung. Ibunya hanya penjual roti keliling dan dia bisa kuliah dengan beasiswa.
Tak tahu harus bagaimana. Melihat sekeliling rumah tak ada yang bisa dijual. Satu persatu barang sudah habis dijual Hudson untuk membayar hutang judinya.
Zevanya memutuskan untuk lekas pergi mencari kerja serabutan meski tak mungkin mendapat 200 juta dalam waktu singkat.
Waktu terus berlalu, matahari sudah tak ada dalam peredaran langit. Keluar masuk toko untuk mencari pekerjaan. Tak ada satu pun yang menerima dengan alasan tak membuka lowongan pekerjaan.
***
Pintu kokoh terdobrak hingga menimbulkan suara keras.
“Mama apa-apan, sih!?”
“Kamu benar-benar buta atau bodoh Alejandro Ricardo!” bentak Bianca.
Tak menghiraukan pria tampan dengan penuh kharisma itu kembali membaca berkas yang ada ditanganku. Seketika Bianca melempar amplop coklat ke meja kerjanya.
“Lihat dan buka mata kamu!”
Alejandro langsung menuruti perintah wanita yang melahirkannya itu. Ia mendapati foto-foto mesra. Bukan fotonya yang terpampang melainkan istri yang dinikahinya 3 tahun lalu dan seorang pria asing.
“Mungkin saja ini rekan kerjanya, Ma. Tessa memang sedang ada proyek di Itali selama 2 minggu kedepan,” jelasnya sambil mengalihkan pandangan.
“Kamu masih bisa santai? Dengar, mama tidak mau reputasi mama tercoreng lagi karna rumor dari istrimu yang memilih berkerja seperti jalang itu. Sudah berkali-kali mama dipermalukan di depan istri-istri rekan bisnis Papamu. Kalian sudah menikah selama 3 tahun, sudah sepantasnya memiliki keturunan. Mama dan Papa butuh penerus dari kamu Alejandro!”
Lagi-lagi hal ini yang Alejandro dengar. Pria tampan itu mulai muak dengan pembahasan yang sama dan tak kunjung usai.
“Tessa hanya model, bukan jalang. Dan tolong, aku bosan mendengar keluhan Mama tentang hal yang sama,” Alejandro melempar foto-foto itu dan melangkah mendekati kaca sudut ruang yang menyuguhkan pemandangan kota.
Bianca membuntuti putra kesayangannya, “Pokoknya, minggu depan kamu dan Tessa harus program ke Dokter yang mama tunjuk. Kalau tidak, kamu harus ceraikan jalang itu. Kali ini Mama tidak main-main!” Wanita paruh baya itu pergi meninggalkan ancaman yang sukses membuat terperangah. Mendengar apa yang diucapkan itu, rahang Alejandro mulai mengeras.
Tak lama selepas kepergian Bianca, Alejandro merogoh saku mengambil benda pipih. Menekan tombol panggil pada nama yang tertera dilayar.
“Tessa, kontrakmu berapa lama lagi?” tanyanya tanpa basa-basi.
“Honey, ada apa? Tidak biasanya kamu membahas ini,” sahut wanita disebrang sana.
“Jawab cepat!” seru pria gagah itu.
“Masih 1 tahun lagi, Honey. Asal kamu tahu, aku baru saja menandatangani kontrak dengan James. Dia menawariku untuk film terbarunya.”
“Sial! Kenapa kamu memutuskan tanpa memberitahuku! Batalkan! Besok kamu harus pulang dan kita harus rencanakan untuk memiliki anak.” bentaknya, tangannya mulai mengendurkan dasi yang melekat dilehernya.
“Honey, aku sudah tanda tangan kontrak. Apa kataku? Anak? Kita sudah sepakat untuk menundanya setelah kontrakku habis,” rengek Tessa manja.
Tak tahan dengan alasan Tessa dan berani-beraninya istrinya memutuskan menandatangani kontrak tanpa berdiskusi dengannya. Kepalan tangan Alejandro sudah mulai mengeras.
“Atau kita bisa pakai Ibu pengganti, semacam menyewa Rahim kalau kamu benar-benar menginginkan anak. Aku tidak bisa memutuskan kontrak secara sepihak, Ale.”
Alejandro memutuskan panggilan telepon. Tak habis pikir dengan ide gila yang baru saja kudengar dari istriku sendiri untuk menggunakan Rahim sewaan. Selama 3 tahun aku telah mengalah pada Tessa. Sebenarnya tanpa Bianca suruh, Alejandro pun juga menginginkan keturunan.
“Sialan!” dilemparnya foto yang ada di meja kerja.
Alejandro mengambil gagang telepon dan segera menyambungkan pada Lian asistennya, “Segera siapkan ruangan untukku seperti biasa dan kali ini siapkan juga wanitanya.”
Kaki jenjang gadis cantik itu menyusuri jalan, nampak rambut yang tergerai berayun mengikuti arah angina berhembus. Tangannya memukuli kaki yang mulai terasa pegal. Namun tak menyurutkan tekad dan semangat untuk terus mencari kerja. Di tengah perjalanan ada benda yang bergetar dalam tas. Zevanya mengambil benda pipih tersebut dan menerima panggilan masuk.“Halo, Ana?” sapanya.“Zeva, kamu seharian ini nggak ikut satu mata kuliah ke mana aja?” tanya Anastasia.“Hari ini Ayahku masuk rumah sakit dan harus operasi jantung. Sekarang aku di jalan cari pekerjaan karena harus membayar biaya rumah sak…” jelasnya terhenti karena pandangan tertuju pada bangunan ramai di sebrang jalan.“Zeva?”“Ana, maaf nanti aku kabari lagi.”Berjalan sambil mematikan sambungan telpon. Zevanya berlari menuju gedung tersebut karena di sana tertera lowongan pekerjaan untuk pelayan. Gadis polos itu memasuki tempat ramai tersebut dan melihat sekeliling. Dia Nampak asing dengan tempat itu. Baru pertama kali menjeja
Bak ditimpa musibah berkali-kali, Zevanya benar-benar muak dengan kehidupannya. Ingin sekali mengakhiri hidup dengan cara tragis sekali pun. Tapi tak ingin melihat Ibunya sendiri menanggung semua yang sudah diperbuat Hudson-Ayah selama ini.“Lepaskan tangan saya, Tuan, sakit,” pekik Zevanya.Alejandro membuka pintu mobil dan mendorongnya masuk. Dengan segera menutup pintu mobil. Lalu mobil melaju menjauh meninggalkan club malam. Entah akan dibawa ke mana oleh pria asing yang tak dikenalnya sebelumnya.“Tuan mau bawa saya ke mana. Tolong turunkan saya. Saya harus pulang.”“Katanya kau butuh uang, jadi lebih baik diam dan turuti semua perintahku. Atau aku bawa kamu ke tempat laki-laki yang berusaha menidurimu tadi,” gertaknya.Seketika tak terdengar ocehan yang keluar dari mulut Zevanya. Meski dia kerja di club malam, bukan sebagai jalang yang dimaksud. Zevanya rela bekerja dengan mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya tetapi tidak dengan melepas keperawanan. Ia benar-benar takut s
Membaca semua berkas yang diberikan Alejandro. Isinya membuat Zevanya terbelalak. Kontrak itu adalah selama setahun Zevanya akan menjadi istri kontrak dengan status sah. Semua kebutuhannya akan dipenuhi, termasuk biaya rumah sakit dan hutang-hutang Ayah akan dilunasi. Selama menjadi istri kontraknya keluarganya akan diberi rumah, dan Zevanya juga akan tinggal di apartemen lengkap dengan pelayan. Selama itu dia tidak boleh ikut campur urusan rumah tangganya dengan istri pertama. Begitu juga Alejandro tidak akan ikut campur dengan urusan pribadi Zevanya. Sementara juga gadis manis itu harus cuti kuliah karena harus fokus dengan kontrak yang mengharuskan dia hamil anak mereka.“Kamu tahu dari mana semua informasi tentang aku?” kata Zevanya memicingkan mata. “Ah, kamu bisa menyuruh orang lain untuk menyelidiki,” imbuhnya.Alejandro hanya tersenyum samar. Seakan memberi tahu bahwa semua bisa ia lakukan.“Ini kartu untuk kebutuhan keluargamu dan tulis nomor handphonemu di sini,” ujar Aleja
“Zeva? Hey, kamu gak papa kan?” tanya Ana karena pertanyaannya tak dijawab karena Zevanya hanya melamun.“Eh, enggak, gak papa kok,” kilahnya.“Zeva, pertanyaanku belum dijawab, loh.”Ana membuat gelagapan dengan pertannyaannya. Haruskah gadis manis ini jujur? “Ana, sebenarnya semalam aku hampir diperkosa oleh teman dari tamu yang kulayani,” Zevanya jujur.“APA! Terus kamu?” tanyanya prihatin.“Enggak kok, aku gak papa karena aku berhasil kabu dari sana. Tapi ….”Ekspresi Ana makin penasaran, ada rasa kesal dan marah terpampang diwajahnya. Zevanya ragu untuk melanjutkan cerita. Namun untung saja dia terselamatkan karena kedatangan salah satu dosen, Jorge menghampiri kami.“Zeva, Ana, sedang apa?”“Saya sedang mengajukan cuti, pak,” ucapnya sambil membungkukkan kepala tanda salam.“Cuti? Kenapa cuti? Tiba-tiba sekali,” Jorge tampak bingung.“Ada hal yang mengharuskan saya cuti, pak,” jelasnya.“Sayang sekali,” celetuk Jorge dengan suara pelan.Kedua gadis itu pamit pergi karena ada ya
Malam kian larut, Hudson dan Lidya sudah memasuki dunia mimpi yang jalani dalam alam bawah sadar masing-masing. Sudah pukul sembilan malam, Zevanya harus pulang untuk istirahat. Sudah waktunya untuk mengguyur badan dengan air. Karena ibarat bunga, malam ini dia hampir layu. Saat hendak keluar kamar inap Zevanya mengendap-endap agar tak menimbulkan suara yang bisa membangunkan Ayah dan Ibunya. Beruntung dia telah menutup pintu dengan pelan karena tak lama handphoneku berdering. “Temui aku di bawah!” titah pemilik suara diseberang sana. “Oh, iya tunggu sebentar,” sahut Zevanya. Gadis itu bergegas turun untuk segera menemui Alejandro. Apa yang akan diperintahkan padanya malam-malam begini. Apa tak bisa besok saja? seperti tak ada hari lain saja. Dia bos dari perusahaan besar, seharusnya banyak sekali pekerjaan yang harus dia lakukan. Apalagi ini sudah malam, bukannya istirahat itu hal yang penting untuk menjaga stamina? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dibenak Zevanya. Dia ingin
Pintu kamar terbuka. Zevanya yang hanya mengenakan bathrobe seketika panik. Namun saat mendapati Alejandro yang berdiri di depan pintu kamar, matanya tertuju pada darah yang menetes dari tangan kekar pria itu. “Ale, darah!” Zevanya menghamburkan pandangan mencari apapun untuk menghentikan darah yang menetes hingga lantai. Tak menemukan tissue atau kain bersih. Ia tarik handuk yang menutupi kepala dan menuntun pelan Alejandro sampai duduk disisi tempat tidur. Terdapat pecahan kaca yang menempel ditangan kekarnya. Jari-jarinya pun terkena aliran darah segar. “Dimana kotak P3Knya?” tanya Zevanya panik. “Di depan, samping pintu kamarmu ada meja kecil,” jelasnya. Setelah menemukan kotak yang berisi peralatan P3K, gadis itu dengan telaten membersihkan serpihan kaca yang menempel pada tangan Alejandro. Dengan teliti dan perlahan secara lembut dia membersihkan sampai luka itu dibalut dengan perban. “Sudah selesai. Jangan terkena air dulu. Besok aku ganti dengan perban baru.” Melihat Al
Zevanya mengerjapkan mata secara perlahan. Objek pertama kali yang kulihat adalah Alejandro yang duduk di samping tempat tidur. “Kamu sudah sadar? Tadi kamu pingsan,” terangnya mengingatkan kejadian bagaimana Zevanya bisa sampai di tempat tidur. Sayup mengingat dan benar saja Zevanya jadi langsung bergidik. Mengingat teman Alejandro yang baru saja datang itu. Tepatnya pria yang mau menelanjanginya malam itu. “Temanmu itu, aku takut. Aku ingat kejadian di club waktu itu,” desisnya mencoba menjelaskan pada Alejandro. Seakan mengerti Alejandro mencoba menenangkannya, “Victor, biar aku yang mengurusnya. Tak perlu takut, kamu di kamar saja. aku masih ada perlu dengan mereka.” Alejandro medekati pintu kamar kemudian balik badan, “Aku akan ganti sandi apartemen ini agar mereka tak seenaknya masuk. Dan juga Lian sudah menyuruh anak buahku untuk bergantian menjaga Ayahmu. Mereka juga sudah tau kalau kamu sedang bersamaku. Kenakan baju yang ada di paper bag itu. Nanti malam Lian akan meng
Mata Alejandro tertuju pada gadis cantik dan anggun yang baru saja datang bersamaan dengannya namun dengan mobil yang berbeda. Gaun yang dikenakan sangat pas, membentuk lekuk tubuh yang selama ini disembunyikan. Gaya elegan nampak berkelas, siapa yang menyangka itik akan menjadi angsa yang anggun. “Honey, kenapa nggak jawab, sih?” rengek wanita disampingku, Tessa. Alejandro menanggapi dengan gelagapan karena yang ditatap sedari tadi bukanlah istrinya melainkan wanita lain, Zevanya. Gadis itu sungguh menawan. Saat menyadari teguran Tessa, dia segera menyingkirkan perasaan kagum pada Zevanyanya. Ingat bahwa hubungan mereka hanya kontrak, tak lebih dari itu. “Lian, bawa dia ke sini!” pintanya. Lian mempersilakan Zevanya untuk mendekat pada Alejandro dan wanita disampingnya yang sedang memeluk tangan Alejandro dengan mesra. “Ini dia wanita yang akan menjadi ibu pengganti sesuai dengan idemu,” katanya memperkenalkan Zevanya datar. “Hai, aku Tessa. Istri satu-satunya Alejandro. Terim
Hari yang ditunggu kedua pasangan yang paling bahagia hari ini pun akhirnya datang juga. Ini adalah hari di mana Lian dan Anastasia mengikrarkan janji suci dalam ikatan pernikahan.Wanita cantik itu dibalut gaun putih dan wedding veil menjuntai, terlihat sangat elegan. Dia berjalan dengan anggun menuju altar. Sedangkan Lian menunggu dengan haru melihat kecantikan wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya.Mereka berudua pun akhirnya mengucap janji suci yang mengandung makna sangat dalam. Lian menyematkan cincin dijari manis Anastasia dan begitu pula sebaliknya.“Silakan kedua mempelai berciuman sebagai tanda bahwa pernikahan kalian telah resmi menjadi seasang suami istri.”Lian membuka veil yang menutup wajah istrinya. Menatap keindahan Anastasia dengan penuh haru. Akhirnya Lian mengecup mesra sang istri. Anastasia menyambut lumatan lembut Lian. sorak riuh keluarga, sahabat dan para tamu menjadikan kebahagiaan kedua pasangan itu menjadi lengkap.“Selamat Ana!” pelukan hangat dari Zev
Zevanya senang, karena dia mendapat jawaban sebelum bertanya lebih jauh ada wanita yang ada di depannya saat ini. Mungkin karena mereka sama-sama wanita. Zevanya tahu banyak dan mengerti gelagat dari Valerie saat dia menyebut nama pria yang menjadi sahabat karib suaminya.Karena ini baru pertama kali bertemu. Seperti biasa, layaknya orang-orang pada umumnya untuk menanyakan hal-hal ringan untuk berbasa-basi.Itu juga tujuan Zevanya gar bisa lebih dekat dengan Valerie. Bisa jadi mereka akan menjadi sahabat. Smaa seperti hubungannya dengan Anastasia.Tanpa sungkan, Zevanya to the point. “Val, apa kau ada pria yang disuka? Atau sekarang sedang menjalin hubungan dengan pria?”Valerie mengangguk pelan. Tetapi dengan wajah sedih.“Ooh, maaf aku terlalu ikut campur ya dan blak-blakan ya. kalau kau tak nyaman tak perlu kau jawab juga tak apa, Val.” Semenjak kehamilan yang kedua ini memang Zevanya lebih atraktif dan blak-blakan. Tapi dia akan segera menyesali setelahnya.“Tak masalah, Zevanya.
Dua bulan berlalu dengan kisah senang dan bahagia. Namun ini ujian bagi kedua pasangan aling romantis dan bucin. Siapa lagi kalau bukan Alejandro dan Zevanya. Mengapa begitu? Karena sudah hampir 3 bulan ini pria itu tersiksa.“Uweck! Uweck! Haah …” wajah pucat pasi Alejandro mengenaskan.Bukan karena sakit, tapi inilah masa-masa morning sickness yang bisa menyerang kapan saja. Zevanya yang sedang menikmati makanan, mendengar suaminya muntah-muntah jadi lari menghampiri Alejandro.“Astaga, sayang! Ya ampun. Kau tak apa?” Zevanya memeluk suaminya yang sedang dalam kondisi lemas di lantai. Dia kehabisan tenaga karena selalu mual dan muntah.Ya, tebakan kalian benar. Bukan Zevanya yang diserang morning sickness, tetapi Alejandro. Pria itu hampir kehilangan berat badan hingga 10 kilo dalam 3 bulan ini.“Sudah mulai reda. Hanya tinggal mualnya saja.” sahut Alejandro dengan nada suara yang sangat pelan.“Kita duduk dulu ya. Aku buatkan teh chamomile dengan madu.” Zevanya membantu suaminya h
Tubuh wanita yang lemah dan ringkih yang ada didekapan Victor ini sedari tadi gemetar. Seperti menggigil, namun bukan kedinginan. Melainkan terlalu takut. Victor membobong tubuh kecil Valerie dan membawanya ke ranjang. Tak lupa dia memastikan keamanan daerah sekitar sebelum menutup rapat pintu dan jendela.Setelah menutup rapat pintu dan jendela ia kembali ke kamar tempat di mana Valerie berada. Ketika mendekat dan tidur di sampingnya. Wanita itu masih saja diam membisu sembari menggigit kukunya.Victor dengan secara perlahan memegang tangan dan menurunkan agar tak digigit karena sudah ada beberaa luka di sana.“Kau masih shock?” tanya Victor lirih.Mengerti akan apa yang dirasakan wanita itu. Jadi Victor tak memperpanjang pertanyaannya.“Tidurlah. Aku akan berada di sini menemanimu,” pria itu meraih tubuh mungil Valerie agar mendekat dan berada dalam pelukannya. Hal ini agar Valerie merasa aman dan nyaman.Tak butuh waktu lama. Wanita itu sudah tidur nyenyak. Pandangan Victor meneraw
“Uweck! Uweck!” suara Zevanya menggema memenuhi kamar mandi. Wanita itu memegangi perutnya yang sangat tak nyaman sekali. Rasa mualnya tak bisa ia tahan.“Sayang! Kau kenapa? Kau tak enak badan? Hm?” Alejandro masuk ke kamar mandi dengan napas yang terburu-buru. Pria itu khawatir dan panik jika Zevanya sampai sakit.Wanita itu lemas dan untungnya Alejandro dengan sigap memeluk sang istri.“Kita ke dokter ya,” usul pria tersebut.Zevanya mengangguk lemah. “Tak perlu, aku mungkin sedang magh.”“Dari beberapa hari lalu memang nafsu makanmu tak seperti biasanya. Kenapa kau tak bilang padaku? Kalau aku tahu akan begini, kau tak akan kuperbolehkan untuk ikut andil dalam menyiapkan hari ini.” Pungkas Alejandro yang membelai pipi sang istri.Wanita itu segera menggeleng agar menenangkan sang suami yang daritadi panik. “Sayang, aku juga ingin menyiapkan kejutan untuk anak kita. Aku tak apa. mungkin besok sudah baik-baik saja. Kita keluar, mereka sudah menunggu.” Ajak Zevanya.“Kalau kau masih
Seperti pasangan pada umumnya yang sedang dimabuk cinta. Lian sampai enggan tak mau pulang saat Anastasia menyuruhnya. Alhasil pria itu menginap di apartemen Anastasia. Entah sejak resmi menjalin hubungan, Lian jadi sangat manja. Meski jahilnya tetap ada.“Hey! Bangun!” Anastasia taka da mesra-mesranya saat membangunkan Lian.Pria yang sedang nyenyak dan asyik menikmati mimpi indahnya itu terganggu. Bagaimana tidak? Siapa yang akan baik-baik saja dengan erangan singa dipagi hari.Bukannya membangunkan dengan mesra, dengan kecupan manis. Eh, ini seperti singa mengamuk saja. tak manusiawi.“Kau kapan akan menjadi wanita anggun? Ck! Suaramu itu sudah seperti singa betina yang sedang PMS!” Lian menggerutu kesal. Rambut acak-acakan dan wajahnya masih wajah bantal.“Kemarin kerbau, sekarang singa. Besok kau mau ternak apa lagi?” wanita itu berang sekali karena selalu disamakan dengan hewan yang tak ada cantik-cantiknya.Lian malah memeluk inggang raming Anastasia yang sedang duduk dipinggir
Wanita yang hampir setiap hari mengenakan pakaian pasien dengan wajah khas pucatnya. Kini berubah mengenakan pakaian dress cantik dengan tubuh yang mulai berisi dan rona wajah yang mulai berwarna.Wanita itu telah selesai membereskan semua barang-barang untuk dibawa pulang. namun pandangannya teralih pada sosok yang baru saja membuka pintu dan masuk menemuinya.“Kau sudah siap?” pria itu celingukan melihat barang sudah rapi dikemas dan mencari apa yang belum terjangkau namun ternyata nihil. “Kau merapikan semua? Kenapa tak bilang padaku? Aku bisa membantumu.”Dengan tegas wanita itu menggelengkan kepalanya. “Tak perlu, tubuhku sudah segar. Aku juga terlalu lama terbaring di ranjang itu. Jadi inilah yang harus kulakukan untuk melemaskan otot dan menggerakkan sendi-sendi tulang agar tak kaku.”“Apa aku sudah boleh meinggalkan ruangan ini sekarang? Karena semua sudah beres.” Valerie bertanya untuk memastikan pada Victor yang masih menatapnya dengan tatapan tak percaya.“Victor? Apa aku s
Hari-hari makin jadi menyenangkan. Tak lagi seperti biasa, kehidupan menjadi lebih lengkap semenjak hari itu. Ya, hari di mana pria ini kalut dan gelisah karena ia pikir akan kehilangan apa yang belum pernah ia dapatkan.Jelasnya, Lian takut akan kehilangan Anastasia yang belum pernah ia dapatkan seutuhnya. Ia tak akan sanggup menjalani hidup yang pernah dijalani Alejandro sebelum bertemu dengan Zevanya kembali. Bagaimana ia akan semampu dan seberani itu.Maka dari itu beruntung Alejandro membantunya saat itu untuk mendapatkan wanita yang ia cintai sebelum ia kehilangannya.“Aku sudah sampai kantor. Kau sudah bangun?” tanya Lian yang menempelkan benda pipih pada telinganya. Berjalan menyusuri koridor dengan senyum khas orang kasmaran pada umumnya.“Aku baru saja bangun saat kau telpon,” suara wanita dibalik benda pipih yang Lian pegang itu terdengar tertawa kecil.“Wah, apa tidurmu senyenyak itu? Apa tidurmu seperti kerbau?” ejek Lian. Jika dengan Anastasia memang pria ini suka sekali
Alejandro heran karena hampir setiap telpon selalu dia yang mematikan duluan. Namun kali ini berbeda.“Kenaa dia menutup telpon? Padahal aku belum selesai bicara. Dasar anak tak punya adab.” Gerutu Alejandro yang masih memandangi ponselnya heran.Zevanya yang melihat suaminya agi-pagi buta begini sudah marah-marah tak jelas pada ponselnya langsung segera menghampiri. Wanita itu masih berbalut bathrobe habis mandi.“Kenapa pagi-pagi begini kenapa sudah marah-marah? Hm?” tanya Zevanya yang langsung duduk dipangkuan sang suami.Alejandro memeluk pinggang ramping sang istri. “Aku telpon Victor. sudah beberapa hari dia tak menampakkan batang hidungnya. Makanya tadi sambil menunggumu mandi aku video call dia. Ternyata dia ada di rumah sakit bersama wanita.” Jelas Alejandro sambil menatap wajah cantik Zevanya.“Victor sakit? Kenapa kau malah marah? Harusnya kita jenguk dia. Ayo siap-siap,” Zevanya yang tak mendengar kelanjutan cerita suaminya un langsung beranjak dari pangkuan Alejandro. Kem