RAHASIA TIGA HATI - Sangat Berharga Suasana benar-benar tegang malam itu. Belum berhenti Bu Rika mengamuk pada Ferry, Pak Wawan dan istrinya datang ke rumah mereka. Setengah jam yang lalu, Agatha telepon dan memberitahu kedua orang tuanya tentang gugatan cerai dari Bre. Agatha sudah yakin kalau Bre tidak bakal mencabut gugatannya.Di tengah kemarahan Bu Rika pada Ferry, besannya tiba-tiba datang dan langsung murka. Malam itu kian mencekam."Mana, Bre?" teriak Pak Wawan dengan tatapan menyala.Bu Rika yang kaget. Dia langsung menduga kalau sang besan pasti sudah tahu permasalahan anaknya."Silakan duduk dulu, Pak Wawan. Jeng, duduk dulu." Bu Rika mempersilakan."Saya ingin membawa anak saya pulang. Mana Agatha," jawab Bu Wawan dengan tatapan penuh amarah. Dia memandang ke arah tangga, mencari putrinya."Sabar dulu. Kita bisa bicarakan hal ini lagi.""Apa yang perlu dibicarakan, saya sudah tahu semuanya. Saya nggak nyangka Bre memperlakukan Agatha seperti perempuan tak berharga."Mend
"Saya akan mengungkapkan hal ini di depan majlis hakim. Biar tidak ada penetapan masa iddah bagi Agatha. Supaya dia segera bisa melanjutkan langkahnya tanpa beban menunggu masa iddah selesai." "Nggak perlu. Itu memalukan bagiku," jawab Agatha."Nggak ada yang memalukan. Semua sudah terlanjur dibicarakan. Kita sedang mencari penyelesaian terbaik. Masa iddah tiga bulan lamanya. Banyak yang bisa kamu lakukan sepanjang waktu itu. Jika kamu menemukan orang lain yang tepat. Kamu bisa menikah segera tanpa menunggu waktu selama itu."Bre ganti memandang pada Pak Wawan dan istrinya. "Maafkan saya, Pak Wawan dan Ibu. Saya bukan menantu yang baik selama ini. Maafkan saya."Lelaki berkacamata itu langsung berdiri dan meraih koper anaknya. "Ayo kita pulang."Bu Wawan meraih tangan Agatha kemudian diajak pergi tanpa pamit. Air mata Bu Rika berderai. Keluarganya benar-benar hancur. Tidak lama lagi bisnisnya juga kolap karena kehilangan investor. Ibu dan dua anak lelakinya menunduk diam di sofa. Fe
"Livia." Mendengar namanya dipanggil dan pundaknya di sentuh, Livia menoleh."Mbak Kenny." Livia kaget karena Kenny duduk tepat di belakangnya. Mereka sama-sama mengantri di sebuah bank. Kenny pindah duduk di bangku kosong sebelah Livia."Apa kabar, Mbak?"Kenny tersenyum. Tidak bisa menyembunyikan duka di wajahnya. "Kabar nggak baik, Liv. Hmm, sudah besar ya perutmu." Kenny mengusap perut Livia."Alhamdulillah. Jalan empat bulan, Mbak.""Alhamdulillah. Semoga lancar sampai lahiran.""Aamiin. Mbak Kenny, ngurus apa di sini?""Ada kendala di ATM-ku. Mungkin harus diperbarui. Kamu sendiri ada keperluan apa?""Biasalah. Staf keuangan sering berurusan dengan bank.""Sekretaris pribadi, bukan staf keuangan." Kenny meluruskan.Livia tersenyum. "Aku tetap di bagian keuangan, Mbak. Sama seperti dulu. Aku kan nggak bisa terjun langsung di dunia kerja Mas Alan. Bukan bidangku, sih. Mas Alan punya asisten sendiri.""Cewek?""Cowok.""Hati-hati kalau cewek."Livia memperhatikan ujung bibir Kenny.
RAHASIA TIGA HATI - Cemas"Kalian makan saja!" ucap Alan pada para stafnya. Ia mengambil dua kotak nasi, menggamit tangan Livia dan mengajaknya pergi dari sana.Livia masih tak percaya, penampilan suaminya sudah berubah. Padahal dia bilang hendak potong rambut setelah anak mereka lahir. Sekarang sudah terlihat sangat rapi."Kenapa melanggar apa yang mas larang?" Belum sempat bertanya, Alan sudah menegur lebih dulu. Mereka duduk berhadapan di meja kerja Livia."Maaf, aku harus menyelesaikan urusan bank hari ini, Mas. Besok kita sudah pulang ke Sarangan.""Harusnya ngasih tahu mas, kan. Kita bisa ke luar bersama. Kenapa nggak nunggu Kribo?" Benar, kan. Alan marah. Sebab sudah beberapa kali diperingatkan supaya dia tidak membawa kendaraan sendiri."Iya, maaf. Kribo sibuk tadi dan aku harus nunggu. Daripada ngrepotin dia, akhirnya aku berangkat sendiri. Terus, kenapa Mas potong rambut sekarang? Katanya setelah aku lahiran. Padahal aku masih ingin melihat Mas berambut panjang." Tatapan ma
Jujur saja Alan khawatir bukan hanya karena sang istri nyetir mobil dalam kondisi hamil. Tapi bagaimana kalau ada yang berniat jahat. Alan tetap mewaspadai Bu Rika dan besannya. Terlebih sekarang bisnis Alan sedang meroket. Ia tidak ingin Livia menjadi target mereka untuk menjatuhkannya.Bukan tanpa sebab, karena Alan dulu yang serius menyelidiki kecelakaan yang menimpa calon istri dan calon ibu mertuanya. Juga mencari tahu siapa yang berusaha menumbangkan bisnis Pak Rosyam. Alan berhenti karena Livia menjadi bagian dari keluarga Hutama. Bagi mereka, sebenarnya Alan ini sebuah ancaman.Kalau sekarang Alan lebih banyak diam, bahkan justru menghindar, supaya mereka tidak mengusik hidup istri dan mertuanya. Biarkan hukum alam yang bekerja."Mas.""Ya.""Mbak Ella itu masih mengharapkanmu. Walaupun Mas sudah punya istri. Feeling istri itu jarang yang meleset loh. Caranya mendekati sama persis seperti Agatha mendekati Bre dulu." Akhirnya Livia mengungkapkan apa yang selama ini mengganjal d
Beberapa hari tidak bertemu membuatnya kangen pada dua bocah yang selalu menyambutnya pulang kerja. Tergiang bagaimana mereka terkekeh riang, rebutan minta perhatian dan minta peluk. Ingat bagaimana Leo menatapnya penuh kebencian dan Lena menatap bingung sebelum mereka berpisah.Buru-buru Ferry membenahi bajunya. "Mau ke mana, Mas?" Irma yang terguling dari sofa kini bangkit."Aku pengen bertemu anak-anak." Ferry menyambar ponsel dan kunci mobilnya lantas bergegas keluar. Meninggalkan Irma yang mengumpat kecewa. Mobil melaju kencang supaya masih sempat bertemu Leo. Tepat mobil berhenti, anak-anak keluar dari pintu gerbang sebuah Sekolah Internasional. Netranya menyapu puluhan anak kelas dua yang keluar dari sana. Namun sampai anak-anak keluar semua dan pintu gerbang hendak ditutup oleh satpam, Ferry cemas karena tidak melihat putranya."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya satpam dari dalam balik gerbang yang tertutup."Saya menunggu anak saya, Pak. Tapi sepertinya dia tidak masuk
RAHASIA TIGA HATI - Trending Topik Para wartawan pada kasak kusuk saat Kenny masuk ruang sidang. Kebetulan jadwalnya lebih awal hari itu, baru jadwal sang influencer.Sedangkan Bu Rika, Ferry, dan pengacara mereka lewat pintu samping.Kenny tidak peduli dengan wajah muram dan penuh kekhawatiran dari mertua dan suaminya. Ketika lelaki itu begitu tega mengkhianati pernikahan mereka, Kenny pun harus tega juga.Kalau dulu Livia tidak banyak bertindak, karena dia masih muda dan belum berpengalaman. Livia juga harus menjaga supaya ayahnya tidak depresi lagi memikirkan perceraiannya.Tapi Kenny, sebagai ibu dua anak yang lebih berpengalaman, ia lebih berani bertindak karena tidak ada hati yang harus dijaga. Dia juga mesti tegas memperjuangkan hak asuh anak. Orang tuanya baik-baik saja dan memberikan support."Ujung bibir Kenny masih lebam. Sekeras itu kamu menamparnya?" tanya Bu Rika lirih.Ferry tidak menjawab. Tentu saja keras karena Kenny sampai tersungkur. Padahal Kenny juga tidak maks
"Kamu malah jadi pusat perhatian daripada influencer itu," kata Nina sambil memakai seat belt. Dia yang pegang kemudi. "Kita bersikap tenang saja, jika media mengungkap bukti perselingkuhan Ferry, bukan kita pelakunya. Jadi aman buatmu dan anak-anak.""Aku ingin mempercepat proses ini.""Sidangmu mungkin hanya dua kali saja. Pihak Ferry nggak mungkin bisa membela diri. Namun akan semakin ribet jika pihak tergugat menangkis atau membantah walaupun kita sudah memberikan bukti yang kuat. Tapi jangan khawatir, semoga tiga kali proses sudah selesai."Ponsel di tas Kenny berdering. Ada panggilan masuk dari nomer mertuanya. "Mertuaku nelepon, Nin.""Angkat dan rekam," jawab Nina sambil nyetir. Sekarang harus benar-benar jaga diri.""Oke."Kenny mengangkat telepon. "Halo, Ma.""Kamu di mana? Kami tunggu di Restoran Mulia.""Maaf, saya nggak bisa karena langsung kembali ke kantor. Maaf banget," jawab Kenny menolak ajakan mertuanya untuk makan siang bersama. Kemudian kembali memasukkan ponsel k