Jujur saja Alan khawatir bukan hanya karena sang istri nyetir mobil dalam kondisi hamil. Tapi bagaimana kalau ada yang berniat jahat. Alan tetap mewaspadai Bu Rika dan besannya. Terlebih sekarang bisnis Alan sedang meroket. Ia tidak ingin Livia menjadi target mereka untuk menjatuhkannya.Bukan tanpa sebab, karena Alan dulu yang serius menyelidiki kecelakaan yang menimpa calon istri dan calon ibu mertuanya. Juga mencari tahu siapa yang berusaha menumbangkan bisnis Pak Rosyam. Alan berhenti karena Livia menjadi bagian dari keluarga Hutama. Bagi mereka, sebenarnya Alan ini sebuah ancaman.Kalau sekarang Alan lebih banyak diam, bahkan justru menghindar, supaya mereka tidak mengusik hidup istri dan mertuanya. Biarkan hukum alam yang bekerja."Mas.""Ya.""Mbak Ella itu masih mengharapkanmu. Walaupun Mas sudah punya istri. Feeling istri itu jarang yang meleset loh. Caranya mendekati sama persis seperti Agatha mendekati Bre dulu." Akhirnya Livia mengungkapkan apa yang selama ini mengganjal d
Beberapa hari tidak bertemu membuatnya kangen pada dua bocah yang selalu menyambutnya pulang kerja. Tergiang bagaimana mereka terkekeh riang, rebutan minta perhatian dan minta peluk. Ingat bagaimana Leo menatapnya penuh kebencian dan Lena menatap bingung sebelum mereka berpisah.Buru-buru Ferry membenahi bajunya. "Mau ke mana, Mas?" Irma yang terguling dari sofa kini bangkit."Aku pengen bertemu anak-anak." Ferry menyambar ponsel dan kunci mobilnya lantas bergegas keluar. Meninggalkan Irma yang mengumpat kecewa. Mobil melaju kencang supaya masih sempat bertemu Leo. Tepat mobil berhenti, anak-anak keluar dari pintu gerbang sebuah Sekolah Internasional. Netranya menyapu puluhan anak kelas dua yang keluar dari sana. Namun sampai anak-anak keluar semua dan pintu gerbang hendak ditutup oleh satpam, Ferry cemas karena tidak melihat putranya."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya satpam dari dalam balik gerbang yang tertutup."Saya menunggu anak saya, Pak. Tapi sepertinya dia tidak masuk
RAHASIA TIGA HATI - Trending Topik Para wartawan pada kasak kusuk saat Kenny masuk ruang sidang. Kebetulan jadwalnya lebih awal hari itu, baru jadwal sang influencer.Sedangkan Bu Rika, Ferry, dan pengacara mereka lewat pintu samping.Kenny tidak peduli dengan wajah muram dan penuh kekhawatiran dari mertua dan suaminya. Ketika lelaki itu begitu tega mengkhianati pernikahan mereka, Kenny pun harus tega juga.Kalau dulu Livia tidak banyak bertindak, karena dia masih muda dan belum berpengalaman. Livia juga harus menjaga supaya ayahnya tidak depresi lagi memikirkan perceraiannya.Tapi Kenny, sebagai ibu dua anak yang lebih berpengalaman, ia lebih berani bertindak karena tidak ada hati yang harus dijaga. Dia juga mesti tegas memperjuangkan hak asuh anak. Orang tuanya baik-baik saja dan memberikan support."Ujung bibir Kenny masih lebam. Sekeras itu kamu menamparnya?" tanya Bu Rika lirih.Ferry tidak menjawab. Tentu saja keras karena Kenny sampai tersungkur. Padahal Kenny juga tidak maks
"Kamu malah jadi pusat perhatian daripada influencer itu," kata Nina sambil memakai seat belt. Dia yang pegang kemudi. "Kita bersikap tenang saja, jika media mengungkap bukti perselingkuhan Ferry, bukan kita pelakunya. Jadi aman buatmu dan anak-anak.""Aku ingin mempercepat proses ini.""Sidangmu mungkin hanya dua kali saja. Pihak Ferry nggak mungkin bisa membela diri. Namun akan semakin ribet jika pihak tergugat menangkis atau membantah walaupun kita sudah memberikan bukti yang kuat. Tapi jangan khawatir, semoga tiga kali proses sudah selesai."Ponsel di tas Kenny berdering. Ada panggilan masuk dari nomer mertuanya. "Mertuaku nelepon, Nin.""Angkat dan rekam," jawab Nina sambil nyetir. Sekarang harus benar-benar jaga diri.""Oke."Kenny mengangkat telepon. "Halo, Ma.""Kamu di mana? Kami tunggu di Restoran Mulia.""Maaf, saya nggak bisa karena langsung kembali ke kantor. Maaf banget," jawab Kenny menolak ajakan mertuanya untuk makan siang bersama. Kemudian kembali memasukkan ponsel k
"Nggak bisa lagi kita bungkam mereka, Mbak. Sebanyak apapun uang yang kita keluarkan, mereka nggak mungkin mau men-take down berita itu. Lagian sudah menyebar sekarang." Pak Rinto bicara pada Bu Rika seraya memperhatikan layar ponsel. Kabar rencana perceraian Ferry-Kenny sudah naik di portal berita online sore itu. Bahkan perceraian Bre dengan Livia dan Agatha turut di ulas juga. Padahal sidang perceraian Bre- Agatha yang berjalan beberapa hari yang lalu, sebenarnya aman dari media. Namun sekarang turut dibahas di berita perceraian kakaknya.Komentar netizen bermacam-macam.[Red flag banget sih kakak beradik ini.][Satu tukang kawin cerai, satunya lagi tukang selingkuh.][Dua pangeran Hutama Jaya di ujung tanduk.][Nggak usah nikah woi, Bang. Jajan aja di luar. Bisa gonta-ganti sesuai selera.]Dan masih beberapa lagi komentar yang membuat panas mata dan hati. Bu Rika yang lemas di sofa tidak berdaya."Mbak, lihat berita di Radar Timur, ada foto-foto Ferry dan Irma." Pak Rinto menunju
RAHASIA TIGA HATI - Sebelum Ikrar TalakFerry tak punya muka lagi keluar dari ruang persidangan. Di dampingi pengacaranya ia melangkah tanpa menoleh menuju ke arah mobilnya.Bu Rika yang lemas berusaha tetap kuat berjalan dan harus tetap terlihat baik-baik saja di hadapan awak media. Wanita itu melangkah di dampingi Pak Rinto. "Mbak, pulang dengan mobilku saja. Lelaki itu berbisik lirih.Sementara Kenny bersama pengacaranya lewat pintu samping dan terus masuk mobil. Hanya tersenyum pada beberapa wartawan yang mengejarnya. Bre pun sama. Berjalan cepat tanpa menanggapi pertanyaan-pertanyaan bak dengungan suara lebah."Sekarang bagi pemburu berita, mereka tidak menargetkan orang terkenal saja. Tapi kasus yang bisa di viralkan. Seperti kasusmu. Sangat empuk diolah jadi trending topik," kata Nina sambil nyetir meninggalkan halaman pengadilan.Kenny terduduk diam hanya mendengarkan. Jujur saja, ia masih gemetaran usai keluar dari ruang sidang. Hal yang seharusnya privasi, jadi konsumsi pub
Kenny tersenyum. "Livia memang pantas mendapatkan semua itu setelah mengalami banyak peristiwa dalam hidupnya. Sekarang diratukan oleh pasangannya.""Bre belum bisa move on kayaknya.""Ya. Dia masih sangat mencintai Livia. Tapi mau gimana lagi, sudah terlambat untuk berjuang. Padahal mereka berdua dulu pasangan yang sepadan."Ketika tengah asyik berbincang. Ponsel Kenny berpendar. Ada pesan masuk dari Bre.[Mbak, sore nanti aku ingin bertemu Leo dan Lena. Boleh?][Datang saja ke rumah. Nanti kukasih tahu ke mama. Sepertinya aku bakalan pulang malam hari ini. Pekerjaanku menumpuk."[Oke.]"Siapa?" tanya Nina."Bre. Ingin bertemu keponakannya.""Mereka sangat akrab?""Lumayan dekat. Sebelum cerai dengan Livia, bolak-balik aku bilang ke dia agar jangan cerai. Tapi akhirnya cerai juga. Sekarang nyesel. Dia sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Makanya nggak segan aku kasih masukan."Mobil berhenti di depan kantornya Kenny. Wanita itu turun dan Nina langsung meluncur pergi.***L***Kehami
"Iya." Livia kembali bersandar dan merangkul lengan sang suami. Namun tetap memperhatikan Irma yang melangkah ke tempat pendaftaran. Wanita itu tidak menyadari kalau di barisan pasien ada Livia bersama Alan.Irma tampak tegang dan tidak nyaman. Wanita itu tidak memandang ke mana-mana. Berjalan lurus mengambil tempat duduk terpisah di pojok bagian belakang. Di ujung barat, jauh dari tempat Livia berada. Di sana ia memakai masker kemudian sibuk dengan ponselnya.Baru saja kembali duduk setelah menunaikan salat Maghrib, perawat yang berjaga memanggil Livia. Gegas mereka masuk ruang pemeriksaan.Dokter langganan tersenyum ramah seperti biasanya. Karena tidak ada keluhan yang harus ditangani, Livia dibimbing oleh Alan naik ke atas ranjang pemeriksaan. Dokter dibantu seorang perawat melakukan USG. Hasil pemeriksaan semuanya normal. Alan dan Livia pun lega. Walaupun tiap hari tetap bekerja, nyatanya si janin baik-baik saja. "Bayi saya cowok apa cewek, Dok?" Livia tidak sabar untuk segera t