Enam bulan kemudian ....Alan Future Brand Creatif (AFBC) mengalami perkembangan pesat meski tergolong perusahaan yang baru berdiri. Memiliki kolega dari beberapa kalangan, mulai dari tingkat bawah hingga perusahaan-perusahaan besar. Timnya Alan sangat profesional dalam bekerja.Tentu saja hal ini mengusik ketenangan Ferry dan mamanya. Walaupun jelas saja mereka tidak bekerja dalam bidang yang sama. Namun kesusksesan orang yang sempat diwaspadai selama ini, tentu saja tidak membuat mereka tenang. Mereka kenal siapa Alan? Orang yang getol ingin menyelidiki apa yang terjadi dalam keluarga Pak Rosyam.Apalagi sekarang Pak Rosyam sudah bisa dikatakan kembali pulih dari depresinya. Lelaki yang pernah berpengalaman dalam dunia bisnis itu banyak membantu AFBC. Bukan ikut bekerja secara langsung, tapi memberikan nasehat atau masukkan ketika Alan mengalami kendala atau bimbang dalam membuat keputusan. "Kenapa kamu, Liv?" tanya Pak Rosyam menghampiri meja kerja putrinya. Sejak tadi ia melihat
RAHASIA TIGA HATI- Cemburu 2 "Kenapa nggak turun?" tanya Alan setelah berdiri di depan Livia.Untuk menutupi gugup, Livia tersenyum. Supaya Alan tidak bisa menebak apa yang ia sembunyikan. "Aku beresin kerjaan tinggal dikit lagi, Mas. Nanggung kalau ditinggal.""Waktu aku masuk, kamu nggak sedang bekerja tapi melamun.""Iyalah, aku break sedetik terus tiba-tiba Mas Alan masuk." Alasan Livia kemudian kembali sibuk dengan keyboard. Entah apa-apa saja ditulisnya biar terlihat sibuk. Nanti bisa diteliti dan dibenahi lagi."Stop dulu, Livi. Kita makan siang. Jangan sampai maag kamu kambuh gara-gara telat makan.""Mas, duluan saja. Nanti kususul.""Nggak. Kalau nggak kubarengi kamu nggak bakalan turun.""Beneran, nanti kususul. Tinggal dikit lagi ini." Livia terus mengelak dengan menampilkan wajah seolah tidak ada apa-apa. Alan tidak boleh tahu apa yang mengusik jiwanya. Sungguh amat memalukan kalau bosnya itu sampai tahu.Kalau boleh memilih, Livia tidak ingin jatuh hati karena sikap bai
Pak Rosyam lebih mendekat dan mengusap rambut putrinya. Kemudian melangkah keluar ruangan. Setelah ayahnya pergi, Livia bernapas lega. Kemudian menarik kursinya hingga mendekati jendela kaca.Kalau dokter Pasha dari kalangan high class, bukankah Alan sekarang juga telah berada di posisi itu. Jadi salah besar kalau ia menempatkan rasa. Alan merintis usahanya sendiri dari nol. Mulai dari karyawan sebuah perusahaan, dosen, guru les privat di sela waktu luangnya, dan sekarang bisa seperti ini. Semuanya tidak mudah, butuh waktu, proses, dan perjuangan. Dan Alan berhak memberikan award pada dirinya sendiri dalam memilih calon pendamping terbaik misalnya. Banyak yang tersihir oleh pesonanya. Dulu saja ketika Alan masih menjadi design grafis di sebuah perusahaan sudah banyak yang suka. Belum lagi mahasiswinya yang terang-terangan mengejarnya. Apalagi sekarang setelah dia seperti ini, wuih pasti lebih digilai lagi. Dia tipe idaman banget. Mulai dari posturnya sampai pembawaannya yang terlihat
RAHASIA TIGA HATI- Suara HatiMotor melaju dengan kecepatan sedang di sore yang cerah. Warna jingga merona di langit barat. Semilir angin terasa antara panas dan segar meski jelas saja bercampur pekatnya polusi dari asap knalpot dan debu jalanan.Livia berpegangan pada kedua sisi jaket kulit yang dipakai Alan. Tasnya di taruh di antara dirinya dan Alan sebagai pembatas. Ketika traffic light menyala merah, motor berhenti di antara kendaraan lainnya. Tanpa mereka sadari, dari salah satu mobil yang berhenti. Ada Bre di dalamnya. Tangan pria itu mencengkram kuat steering mobil saat mengenal dengan jelas siapa yang berboncengan di sampingnya. Bahkan sampai rahangnya mengeras dan giginya gemertak. Alan lelaki yang paling dibenci dan dicemburuinya selama ini. Selama enam bulan ini, Bre diam-diam terus mengikuti kegiatan Livia tanpa sepengetahuan mantan istrinya. Bahkan ia tahu kapan Livia berangkat kerja dan jam berapa pulangnya.Dia lebih banyak tahu tentang aktivitas Livia daripada keg
Bre menikmati rokoknya di balkon kamar. Sendirian sambil menatap langit malam. Sedangkan Agatha sudah berselimut di atas pembaringan setelah menelan satu pil tidur. Kalau pikirannya sedang kalut, Agatha akan mengonsumsi obat tidur supaya bisa terlelap tanpa memikirkan suaminya, memikirkan keinginannya sebagai wanita dewasa yang butuh s*ntuhan dan b*laian suami. Pada kenyataannya ia tetap belum tersentuh. Menyedihkan sekali. Agatha ingin tahu, sampai sejauh mana Bre bisa bertahan. Makanya untuk menghibur diri, ia memanjakan diri di salon, shopping, jalan-jalan dengan gengnya. Yang penting waktunya pulang ia pulang agar mama mertuanya tidak curiga."Tha, kamu dan Bre nggak ada rencana untuk program hamil ke dokter?" tanya Bu Rika suatu pagi."Belum, Ma," jawabnya singkat. Progam hamil apanya, disentuh saja belum.Terkadang Agatha berharap Bre pulang malam dalam keadaan mabuk dan mereka melakukannya. Tidak mengapa bercinta dalam kondisi setengah siuman. Siapa tahu sekali saja melakukan
RAHASIA TIGA HATI- Kejutan Setelah menutup laptopnya, Livia masih diam di tempat. Antara lega dan heran. Event sebesar itu, kenapa Alan mempercayakan pada rekannya. Tapi juga lega karena Alan tidak pergi bersama Ella.Duh, makin mengadi-ngadi kamu, Liv.Livia menarik napas panjang, kemudian berdiri dan melangkah keluar. Di depan pintu ruangan Alan, Livia kembali mematung untuk menata ekspresi wajahnya. Baru mengetuk pintu ruangan bosnya yang tertutup rapat. "Masuk!""Kupikir Mas Alan sudah berangkat. Aku kaget waktu Rasty ngasih tahu tadi." Livia berkata sambil duduk di kursi depan lelaki yang tengah menatap layar laptopnya. Ekspresi wajahnya dibuat datar-datar saja."Adi yang pergi," jawab Alan."Keputusan dadakan ya, Mas?" Pokoknya Livia bersikap sebiasa mungkin. Pura-pura tidak tahu. Malu sebagai perempuan menunjukkan perasaannya duluan. Dikira janda yang kegatelan dan tidak tahu diri. Iya kalau terbalas, bagaimana kalau tidak? Malunya seumur hidup.Alan belum menjawab, ia menye
Terkadang cinta sejati tercipta karena sama-sama pernah patah hati dengan pasangan sebelumnya? Jadi apapun bisa saja menjadi alasan cinta itu tumbuh di hati.Livia menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh semangat dan rasa haru. Bagaimana tidak, untuk mempersunting seorang janda seperti dirinya, Alan masih mempersiapkan diri dan finansialnya. Tidak mau sembarangan menikah tanpa persiapan. Segitunya Alan menghargai Livia.Hal ini seperti yang dilakukan Alan sewaktu melamar kakaknya dulu. Kala itu Alan sudah punya pekerjaan dan penghasilan yang menjanjikan. Kalau sekarang, dia baru keluar dari pekerjaannya dan baru memulai membangun bisnisnya. Makanya butuh persiapan lagi meski usianya sekarang lebih matang. Livia harus bersyukur, dia mendapatkan Alan dengan versi terbaiknya ketika ini. ***L***Sore itu langit secerah hati Livia. Setelah berhari-hari dengan perasaan melow, sekarang berseri-seri.Wanita itu memasuki minimarket untuk berbelanja. Sepulang dari kantor langsung mampir untuk
RAHASIA TIGA HATI- Lamaran Seharian ini Livia sibuk menyelesaikan laporan keuangannya. Sambil memantau Pak Tamin yang tadi belanja buah-buahan untuk menyambut tamu nanti malam. Ah, lelaki itu sudah seperti ibu rumah tangga saja. Pokoknya di tangan Pak Tamin, dijamin semuanya beres.Keadaan yang membuatnya menjadi serba bisa. Sopir, memasak, membereskan rumah. Kalau soal pakaian kotor, semua masuk laundry. Namun untuk menu acara nanti malam, Alan sudah memesan makanan di katering langganan. Jadi Livia tidak kerepotan mengurusi hidangan. Hingga selesai istirahat siang, Livia belum sempat bertemu dan ngobrol dengan Alan. Dia pun sibuk memantau event di Jakarta sambil menyelesaikan pekerjaannya di sini.Para karyawan tidak ada satu pun yang tahu kalau malam nanti bos mereka akan lamaran. Selama ini kedekatan Alan dan Livia sudah dianggap hal biasa bagi para staf. Sebab sejak awal mulai bekerja, mereka sudah terbiasa melihat Alan memang seperhatian itu pada Livia.Ponsel di sebelah lap