"Baiklah. Jika tidak ada orang kami pulang saja, ya!"
Karena ini tidak ada siapa-siapa dan sudah larut malam juga, Natasha dan Nerisha memutuskan untuk pulang saja. Biarpun mereka tidak menemukan petunjuk untuk misi kali ini, setidaknya kakak beradik ini bisa kembali besok serta memulai kembali pencarian ketika matahari telah terbit esok hari.
Berjalan meninggalkan ruangan kamar, dengan keadaan gelap gulita dan minimnya cahaya, baik Nerisha dan Natasha saling bergandengan tangan agar tidak kehilangan satu sama lain. Hampir sampai ke pintu keluar. Namun sebelum langkah mereka sampai, Nerisha dikejutkan dengan jatuhnya benda besar di depan matanya.
Tiba-tiba tanpa ada yang mendorong sebuah kardus besar terjatuh dari tempatnya secara mendadak. Nerisha dan Natasha dibuat terkejut.
"Kakak!"
Nerisha menjerit, respect dia meloncat kepada Natasha sebelum akhirnya Natasha pula memeluk adiknya dan mendekapnya begitu erat. Nerisha sangat ketakutan, sebab kardus yang besar itu jatuhnya tepat di depan dengan kondisi rumah yang tidak ditemoati oleh orang lain. Kecuali mereka yang baru saja datang.
Tanpa disengaja Nerisha menjatuhkan ponselnya, sebab dia yang meloncat tadi, serta kamera miliknya ikut terjatuh pula ke lantai. Nerisha tidak bisa menggambarkan situasi perasaannya sekarang. Natasha juga merasakan hal serupa dengan yang dialami Nerisha.
"Kakak, aku takut sekali! Aku tidak mau tertangkap oleh roh jahat! Kakak lindungi aku dari makhluk gaib! Sebaiknya kita pulang saja, Kak!"
Dia merengek, semuanya diungkapkan Nerisha ketika menenggelamkan wajahnya dala pelukan Natasha. Hal itu pula yang membuat Netasha tak memiliki kesempatan untuk berbicara. Gadis yang memakai kacamata minus itu harus berkata apa jika adiknya terus saja berisik.
Di waktu bersamaan. "Meong." Terdengar suara kucing mengeong yang sumbernya tidak terlalu jauh dari mereka. Telinga Nerisha dan Natasha dalat mendengar suara tersebut dengan jelas.
"Kakak, dengar suaranya bukan? Itu pasti roh jahat yang ingin menangkap kita! Aaaa, Ibu!"
Nerisha semakin ketakutan. Dia berteriak histeris seakan-akan rumah ini memang berhantu. Dia meracau mengatakan semua hal tanpa dia sadari itu hanyalah ilusi ketakutan yang dia ciptakan sendiri.
"Aaaa, Ibu!"
Bahkan gadis ini menangis memanggil nama Ibu yang tentu tidak akan bisa mendengar suaranya, meski dia berteriak memakai pengeras suara sekalipun. Natasha sendiri berusaha untuk tidak panik dna tetap tenang. Semuanya dia lakukan demi Nerisha agar kecemasan berlebihannya itu dapat hilang.
Hub … Suara seperti ada yang meloncat ikut terdengar setelah suara yang mengeong sebelumnya.
"Kakak!" Nerisha semakin menjerit ketakutan, membuat telinga yang mendengar ikut merasa sakit. Bukan merasa iba, Natasha berbalik merasa kesal. Nerisha hanya mengarang cerita dan tentu saja membuat kondisi ini semakin memburuk.
"Meong."
Ternyata itu bukanlah hantu atau roh jahat yang ditakuti Nerisha selama ini. Itu memanglah seekor kucing betina dewasa. Ketika ada sedikit kilat menyambar dari luar, saat itulah cahaya terang masuk ke dalam rumah dan memperlihatkan bahwa itu hanyalah seekor kucing betina yang masuk ke dalam rumah. Suara kucing itu kemungkinan tanda dia mengucap salam bagi Nerisha dan Natasha.
"Sudahlah. Kau tidak usah takut tak beralasan seperti ini. Tidak ada yang perlu ditakutkan, itu hanya kucing betina biasa saja."
Natasha mencoba menenangkan adiknya yang manja itu. Dia melepaskan pelukan Nerisha, serta memutar tubuh adiknya untuk melihat ke depan. Rasa takut Nerisha memang berlebihan ditambah pikiran jeleknya yang mengakibatkan situasi yang semula diam menjadi kacau.
"Coba buka matamu. Coba lihat yang ada di depan matamu sekarang," jelas Natasha yang terus meyakinkan Nerisha bahwa tidak ada roh jahat yang ingin menangkap mereka, melainkan hanya seekor kucing yang mungkin sedang mencari makan di sekitar area komplek ini.
"Tidak mau. Aku tidak mau membuka mataku. Kakak jangan bercanda," tolak Nerisha, sambil menutup mata dan enggan terbuka.
Dia sendiri takut untuk membuka mata, takut-takut ada roh jahat atau hantu yang siap menakutinya. Meski memang itu suara seekor kucing bisa saja roh itu berwujud kucing. Nerisha tidak ingin mengambil resiko untuk melihat hal yang menakutkan di depan matanya.
"Lihat saja. Itu bukan hantu, seperti yang kamu bayangkan …"
Natasha terus saja berusaha meyakinkan adiknya yang keras kepala itu. Sedangkan Nerisha juga tidak mau menuruti kakaknya meski sudah berulang kali dijelaskan sekali pun. Kucing betina itu mendekat pada kaki Nerisha, dengan sengaja dia bermanja-manja di kaki Nerisha seolah meminta belayan dari gadis itu.
"Ibu!"
Sontak itu memantik rasa takut Nerisha menjadi semakin besar. Dia berbalik badan dan ingin memeluk Natasha kembali. Namun, kakaknya itu menahan dia untuk tidak memeluk dan sebaliknya meminta Nerisha untuk membuang rasa takutnya yang berlebihan tersebut.
"Coba kau lihat dahulu! Tidak menakutkan, itu hanya seekor kucing betina yang malang saja."
Desakan Natasha membuat Nerisha memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan-lahan. Meski masih diselimuti rasa cemas, tetapi Nerisha menuruti perkataan Natasha dan berusaha membuang rasa takutnya jauh-jauh.
"Bagaimana kalau kucingnya adalah monster yang sedang menyamar seperti yang ada di film-film. Aku tidak mau!"
Kembali dia melontarkan perkataan oming kosong yang tidak masuk diakal. Natasha ikut bingung, bagaimana adiknya bisa membuat karangan cerita yang bagus seperti itu? Bulu kuduk Nerisha berdiri semua, dia tak mau melangkah dan malah semakin mundur seolah sesuatu telah menariknya.
"Itu hanya imajinasimu saja. Lihat dulu! Setelah kau melihatnya kau pasti langsung suka."
Natasha percaya diri, jika Nerisha akan langsung suka dengan kucing itu. Namun, Nerisha sungguh keras kepala. Di sekolah dia boleh saja dijuluki gadis pemberani, tetapi sekarang untuk membuka mata saja dia tidak bisa. Sebaliknya hanya membuat karangan cerita yang tidak pernah ada sama sekali di dunia nyata.
"Baiklah. Kalau ada apa-apa denganku, maka aku akan menyalahkan kakak," kata Raeni memastikan terlebih dahulu. Bahwa keselamatannya akan terjamin oleh Natasha. Jika pada akhirnya terjadi sesuatu pada dia, maka Nerisha akan sangat mudah menyalahkan Natasha.
"Iya," balas tegas Natasha yang sudah geram sejak 10 menit yang lalu.
"Sudah cepat!"
Hanya tinggal membuka mata saja, Nerisha masih saja ragu. Akan tetapi demi kakaknya, maka dia akan membuk mata. Lagi pula jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakan kakaknya siap bertanggung jawab.
Perlahan kedua mata mulai terbuka. "Cepat!" paksa Natasha kembali, sembari mendorong Nerisha untuk segera membuka mata yang sejak tadi hanya bisa dikatakan saja.
"Iya kakak, sabar sedikit."
Hanya tinggal membuka mata saja Nerisha masih saja mengelak. Di belakang dirinya, Natasha begitu memaksa dan sangat cerewet seperti kereta api. Sedangkan di depan "Meong" kucingnya yang mengeong membuat Raeni sedikit mengurungkan niatnya untuk yang kesekian kalinya.
"Ibu!"
"Cepat! Lihatlah!"
Karena sudah sangat geram akhirnya Natasha terbawa emosi juga sebab Nerisha terus mengulur waktu dan membuat situasi yang mudah menjadi sulit. Namun, setelah bersusah payah Natasha akhirnya berhasil memaksa adiknya untuk membuka mata, dan reaksi apa yang ditunjukkan Nerisha?
"Uuu, kucingnya manis sekali. Siapa namamu sayang?"
Nerisha langsung saja bercanda dan bermain dengan kucing yang sebelumnya dirinya menganggap sebagai roh jayat yang ingin menculik dirinya. Sekarang rasa takut itu sudah menghilang saat melihat kucing dengan 3 warna tersebut.
"Astaga, aku sudah bisa menebaknya. Hal memalulan ini akan terjadi."
Rihamna yang ada di belakang hanya bisa menepuk dahinya. Adiknya memang cantik, kulitnya mulus berwarna putih layaknya susu dan memiliki para yang cantik. Namun, jika sedang takut maka sifatnya berubah manja seolah yang dikatakan tadi itu tidak pernah terjadi.
"Sudah kakak katakan, jangan terlalu banyak menonton film hantu. Jadinya seperti ini, seekor kucing saja kau anggap roh jahat," kesal Natasha menasihati.
"Iya… Iya, kak. Maaf," kata Nerisha demikian sambil tangan kanannya mengelus helai demi helai bulu kucing tersebut.
Nerisha yang memiliki mata berwarna coklat tersebut segera menggendong kucingnya seperti bayi. Semula dia sunggub mengira kucing itu adalah ruh jahat, tetapi setelah dia membuka mata ternyata tidak terlalu buruk bagi Nerisha sekarang.
"Kakak, bisa tidak kita mengadopsi dia. Kasihan dia, pasti tidak ada yang mau merawatnya. Benar 'kan Sayang?"
Nerisha mengajak bercanda kucing tersebut layaknya seorang adik yang berbicara dan memahami dirinya. Nerisha tidak sedang gila, tetapi itu lah Nerisha yang cerita dan penuh kasih sayang. Sedangkan Natasha yang sedari tadi memandang Nerisha, sekanga mulai merasakan jika adiknya sudah tidak waras.
"Tidak untuk sekarang. Sebaiknya kita segera pulang! Ini sudah larut malam. Apa kau mau Ibu memarahi kita karena tidak pulang? Ayo cepat!"
Natasha menarik saja tangan adiknya itu dan sontak membuat Nerisha melepaskan kucing yang baru saja dia sayang. Meski sempat ada kesalahpahaman, tetapi Nerisha sudah merasa sayang pada kucing netina itu.
Benar yang Natasha katakan. Ini sudah larut malam orang tua pasti sudah menunggu kepulangan anak-anaknya ke rumah. Mau tidak mau Nerisha mengiuti keinginan Natasha guna menghindari kemarahan orang tua nantinya.
"Kakak!" Nerisha merasa kesal sebab Natasha terlalu memaksanya. Sebelum pergi tidak lupa ponsel dan kamera yang sempat terjatuh itu segera mereka ambil dan merapikannya.
Natasha sudah lelah mendengarkan keluhan Nerisha yang membuat gendang telinganya ingin pecah. Natasha menarik Nerisha untuk meninggalkan rumah yang selama 15 menit mereka singgahi.
"Sudah biarkan saja. Besok kita akan bertemu lagi dengan dia. Kamu tidak usah cemas seperti itu."
Sembari ditarik keluar oleh Natasha, Nerisha terlihat menatap sendu kucingnya itu. Dia tidak tega untuk melepaskan kucing malang yang tidak terurus di area komplek yang memang sepi dari aktivitas masyarakatnya.
"Aku akan datang ke sini lagi. Kamu hati-hati di sini, Sayangku!" teriak Nerisha yang sudah keluar dari rumah guna memberitahu kucingnya itu bahwa dia akan kembali. Meski Nerisha sadar betul kucing tidaklah mengerti bahasa manusia dan sebaliknya pula. Manusia tidak akan memahami bahasa hewan. Namun, apa salahnya jika dicoba?
"Meong."
Kucing itu memang tidak mengerti apa maksud dari Nerisha, tetapi kucing yang memancarkan sorot mata berwarna merah itu terlihat sangat menakutkan. Dia sepertinya bukan kucing biasa, ada kalung dengan tanda nama di lehernya. Tertulis namanya dengan angka yang tidak bisa dimengerti.
1,04,10,12,21,61,88,94,99. Tertulis dikalungnya. Ada arti apa di angka-angkanya?
Keesokan harinya. Karena hari ini weekend Nerisha dan Natasha juga libur dari kesibukan masing-masing, jadi keduanya memilih untuk kembali ke rumah itu. Rumah yang kemarin malam sempat mereka datangi. Namun, pencarian harus terhenti terhalang waktu yang telah larut.Di bawah terik sinar mentari yang mulai hangat, keduanya telah tiba di rumah tersebut. Sinar sang Surya yang telah menyorot, membuat seisi rumah menjadi terlihat semuanya.Keduanya masuk secara bersama-sama, sembari bergandengan tangan mereka menelusuri rumah ini yang ternyata sangat kacau. Jika malam kemarin keduanya tidak bisa melihat apa-apa, sedangkan sekarang mereka bisa melihat semuanya bahkan lubang semut pun sampai terlihat.Banyak pecahan kaca di mana-mana, dan barang-barangnya juga sangat berdebu. Nerisha dan Natasha mulai mencari barang yang bisa mereka jadikan petunjuk dari misi kali ini.Ya. Mereka harus menemukan petun
"Nerisha, lihat. Itu suratnya datang." Natasha langsung menangkap surat yang datang secara magic tersebut. Setibanya amplop itu, rasa sakit yang semula mengguncang secara mendadak menghilang. Nerisha tak lagi merasakan sakitnya dan terlihat sudah lebih sehat dari sebelumnya. "Cepat buka amplonya, Kak. Mungkin saja itu petunjuk selanjutnya dari misi kita ini, Kak." Nerisha begitu antusias untuk mengetahui isi dari amplop tersebut dan begitu juga dengan Natasha. Maka dari itu gadis itu segera membukanya dan apa yang mereka lihai. Dikeluarkan isinya, ternyata ada potongan gambar yang menunjukan seorang gadis muda, yang tampak seusia dengan mereka. "Siapa wanita ini?" tanya Natasha selepas isi amplopnya dikeluarkan. "Coba aku lihat, Kak." Nerisha segera mengambil potongan gambarnya. Dari raut dan tutur katanya. Sepertinya Ne
Sementara Nerisha dan Natasha sibuk dengan misi mereka, di sisi yang berbeda. Orion yang tengah berjalan sendiri selepas berbelanja di toko serbaguna, tiba-tiba dihadang oleh dua pria yang usianya lebih dewasa dari dirinya sendiri.Orion didorong ke sebuah gang sempit, yang diapit dua gedung bertingkat. Tidak ada yang bisa Orion lakukan, dia pasrah karena pastinya tidak ada satupun orang yang akan menolongnya."Hei, bocah! Berikan kami uang, atau kau tidak akan bisa keluar dari gang ini!" hadang keduanya pada Orion yang lugu itu."Maaf, Kak. Tapi saya tidak memiliki uang. Uang saya sudah habis untuk berbelanja," jelas Orion begitu ketakutan.Orion yang bertubuh tinggi itu merasa kecil k
Dari sudut lain, masih dihari yang sama. Nerisha dan Natasha masih berjuang untuk memecahkan satu persatu petunjuk dari misi mereka kali ini.Keduanya pergi bersama-sama ke sebuah gedung yang kemarin menjadi tempat diselenggarakannya konser besar dari TCN 721."Di mana kau bertemu dengan dia?"Natasha meminta Nerisha untuk mengingat kapan dan di mana dia berpapasan dengan gadis yang menjadi petunjuk kali ini.Dengan mengingat-ingat, Nerisha mencoba mengulang bagaimana kemarin dia bertemu dengan Bintang Kejora."Kemarin aku datang dari pintu barat itu, lalu aku sibuk bermain ponsel dan tentunya dengan barang-barang yang aku bawa membuatku sulit untuk melihat," ujar Nerisha menjelaskan kronologi kejadian beberapa saat lalu.
Keesokan harinya. Nerisha kembali sibuk dengan aktivitas sehari-harinya yaitu sekolah.Namun, ada yang berbeda dengan Nerisha hari ini. Di dalam kelasnya, gadis yang memang tidak suka bergaul itu tampak murung di tempat duduknya.Nerisha terlihat sedang banyak pikiran. Entah apa yang tengah mengganggu gadis berseragam SMA itu, sepertinya dia masih memikirkan kejadian kemarin.Tentu, waktu di mana foto Bintang, gadis yang menjadi misteri dalam kasus ini tiba-tiba bersinar ketika dia dan kakaknya hendak pulang.****Kemarin, di salah satu gang sempit yang terletak di sekitaran Distrik B04. Tanpa diketahui keduanya tiba-tiba
"Hei tunggu!"Natasha memanggil gadis yang hendak pergi jauh itu, sontak dia berjaket hitam menghentikan langkahnya, bersamaan dengan itu dia mengerutkan keningnya dan berbalik badan menatap Natasha serta Nerisha secara bersama-sama."Apa kau mengenal Bintang?" tanya Natasha diawal kalimatnya. Pertanyaan yang sempat Natasha utarakan beberapa saat lalu.Gadis berjaket hitam itu belum memberikan respon yang berarti apa-apa. Di waktu bersamaan dia membuka penutup kepalanya, menunjukan wajah asli di depan Nerisha dan Natasha secara langsung."Bintang?" Sebut serentak keduanya, sesaat setelah mendapati rupa gadis itu yang begitu mirip dengan Bintang. Meski sempat melihatnya tadi. Namun, Nerisha serta Natasha tidak bisa menutupi keterkejutannya.Tidak, itu memang Bintang, pikir keduanya yang membuka mulut lebar-lebar. Namun, tidak banyak kata yang dapat keluar."Lihat Kak, w
"Saat itu …."Bulan mulai membuka suara, menceritakan satu demi satu kejadian malam itu saat dia bersama dengan Bintang."Bulan! Ayo kita pulang!" teriak Bintang kala itu, sambil membawa tiket konser di tanganya.Bintang datang dengan terburu-buru sembari membawa tiket konsernya. Dia datang dari kejauhan dengan cara berlari. Hal itu sontak membuat Bulan yang tengah menunggu menjadi bertanya-tanya."Ada apa kakak? Kenapa kita harus pulang? Bukankah konsernya akan segera dimulai?" Bulan pun bertanya demikian saat itu juga kepada Bintang.Bintang menaikkan satu alisnya, mulutnya terbuka. Akan tetapi, tidak ada kata yang terucap darinya. Bintang sulit menyusun kata-katanya."Ketika itu aku bertanya padanya, kenapa kami harus p
Dari kisah yang diutarakan Bulan ketika pertemuan kemarin, membuat Nerisha tak berhenti memikirkannya. Bahkan saat sedang belajar, gadis yang masih duduk di bangku sekolah itu masih memikirkan bagaimana nasib Bintang yang jauh dan tanpa kabar rimbanya?Sampai sekarang dia dan Natasha belum dapat menemukan di mana keberadaan Bintang? Mereka hanya tahu, penculik itu mengatakan "Konstruksi Pembagunan" tetapi di mana itu?Negera ini luas dan letak kotanya juga begitu beragam, berarti ada banyak "Konstruksi Pembangunan" yang tersebar di setiap penjuru kotanya. Pertanyaannya Konstruksi Pembangunan yang mana?Hal itu terus mengganggu pikiran Nerisha. Sampai gadis yang memiliki IQ tinggi itu tidak dapat fokus di sekolahnya, hanya karena keberadaan Bintang yang belum diketahui secara pasti."Nerisha!" Orion datang untuk menegurnya. Pemuda yang sedari tadi memperhatikan Nerisha merasa ada hal aneh pada gadis itu
Berlanjut.Ruangan Sains-nya berhasil dibuka. Saat itu juga terdengar suara Nerisha yang menjerit. Hingga semua orang menjadi panik. Mereka berbondong-bondong untuk masuk, termasuk Orion yang berlari terlebih dahulu ke dalam."Nerisha!"Orion tiba terlebih dahulu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Nerisha duduk tersungkur di sana."Nerisha, kamu baik-baik saja?"Dia mendekap Nerisha yang tampak syok. Bagaimana dia tidak lemas? Di depan matanya terlihat seseorang yang tergeletak di atas lantai, dengan tubuhnya yang tengkurap disertai cairan berwarna merah yang tercecer di mana-mana."Ada apa? Mengapa kamu berteriak?" Guru Sains itu akhirnya tiba, belum sempat berkata lebih jauh dia sudah dikejutkan dengan sesosok tubuh yang tengkurap."Astaga, ada mayat. Bagaimana bisa terdapat mayat di ruangan ini?"Dia sama ikut terkejutnya dengan Nerisha yang sudah lebih dahulu
"Permisi. Permisi!"Nerisha menarik tangan Orion sampai keduanya hadir di tengah-tengah keributan yang ada.Gadis bertubuh mungil itu berdesakan dengan murid yang masih memadati area tersebut, kendati Nerisha tidak menyerah begitu saja dia tetap berjalan apa pun yang terjadi, sebelum akhirnya beberapa murid memberikan sedikit jalan pada gadis itu.Orion pun mengikutinya di belakang seperti bayi. Beberapa murid melihat kejadian tersebut dan berpikir bahwa terjalin suatu hubungan antara Nerisha dengan Orion. Namun, gadis itu menegaskan tidak ada hubungannya menarik tangan dengan perasaan, yang menurut sebagian orang mungkin bergejolak di dalam dada.Nana yang berada tidak jauh seketika mengepalkan kedua tangannya sambil membulatkan mata, meremas seragam sekolahnya sampai seseorang menegurnya."Kau cemburu dengan mereka?"Nana membalikan badan seketika itu juga aura kemarahannya terpancar jelas dari sorot mata. Murid yang tanpa seng
Sepuluh menit berselang, akhirnya Nerisha dan Orion berkumpul dengan murid lainnya. Nerisha mengerutkan dahinya saat mendapati ruangan Sains nyatanya terkunci.Guru yang bertugas berusaha menarik rantai yang melilit di daun pintu. Namun, rantai itu terpasang sebuah gembok yang sejak tadi tidak dapat dibuka. Orion ikut bertanya-tanya, bagaimanapun ruangan ini sudah lama tidak terpakai, tetapi gembok yang terpasang terlihat masih baru, seolah ada yang telah membukanya."Bagaimana, Pak? Apa bisa terbuka?" Salah satu murid bertanya sementara itu pria yang menjadi pengawas mereka berusaha untuk membuka gembok tersebut dengan segala cara. Nyatanya kunci yang dia bawa tidak cocok dengan gembok tersebut."Aku sedang berusaha. Kalian semua harap tenang. Jangan ada yang membuat keributan."Ada sekitar sepuluh anak kunci yang ada di tangannya. Namun, dari keseluruhan kunci yang ada, tidak ada yang berhasil melepaskan gembok itu dari sana.Nerisha yang b
Setelah diberi penjelasan serta pengertian pada akhirnya seluruh murid mau untuk belajar di ruang Sains seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kendatipun ada dari mereka yang merasa tidak nyaman.Para murid pun keluar dari kelas satu persatu, tanpa terkecuali Nerisha dan Nana, meskipun menjadi teman satu kelas. Akan tetapi, Nana kerap kali menyusahkan Nerisha tanpa alasan jelas. Termasuk yang terjadi sekarang.Nana, mendadak menghentikan langkahnya dan menghadang Nerisha di depannya."Hey, kamu! Gadis tidak tahu diri!"Nana menarik tangan Nerisha dengan kasar, mendorongnya cepat ke sisi tembok sontak membuat Nerisha membulatkan matanya."Nana!"Nerisha yang sedari tadi diam saja mendadak mengeluarkan suaranya, merasa kesal atas tindakan Nana yang sangat tidak sopan."Iya, memang kenapa jika aku membentakmu? Apa kamu ingin
Nerisha menyantap hidangan sarapan dengan lahap, sampai tidak ada satu butir nasi yang tersisa di piringnya. Dia menghapus noda makanan yang menempel di bagian tepi bibir dengan selembar tisu, setelah itu Nerisha meraih ransel yang ada di belakang kursi.Gadis berseragam SMA di salah satu sekolah elit itu berpamitan dengan kedua orang tuanya dan Natasha melakukan hal yang sama dengan adiknya.Natasha segera masuk mobil dan disusul Nerisha yang langsung duduk di tempatnya. Mesin mobil dinyalakan dan Natasha lah yang mengendalikan mobil tersebut.Perjalanan menuju sekolah Nerisha memakan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi jalan raya yang tidak macet.***"Dah, Kakak. Hati-hati di jalan, jangan mengebut," pesan Nerisha yang telah turun dari mobil."Baiklah. Kau juga, jaga dirimu baik-baik. Beritahu Kakak andai terjadi sesuatu. Mengerti?"Dari balik jendela mobil, Natasha melambaikan tangan dan hal sama dilakukan Nerisha.
"Tidak!"Nerisha berteriak dengan keras, wajahnya pucat pasif dan keringat bercucur deras membasalah seluruh tubuh. Napasnya terengah-engah. Dia baru saja terbangun dari mimpi buruk yang seolah nyata."Apa yang sedang terjadi tadi, yang aku lihat dalam mimpiku itu? Siapa gadis itu dan seseorang yang memakai topeng di sana? Mengapa dia membawa pisau dan gunting, untuk apa itu semua? Lalu, gadis itu ….""Kejadian seperti apa, yang aku lihat di dalam mimpi? Sebenarnya siapa gadis itu? Mengapa dia dan orang itu bisa hadir dalam mimpiku dalam waktu yang bersamaan? Dengan alasan apa seseorang ingin melukai gadis itu?"Nerisha meraih gelas berisi air yang ada di atas nakas, meneguknya sampai tak tersisa. Dia berusaha menjernihkan pikirannya yang kacau akibat mimpi yang tak pernah terjadi sebelumnya."Nerisha, apa kamu sudah bangun?"Ketika Nerisha yang masih berpikir. Natasha datang dari ruangan lain, membuka
! Ha! Ha!Seorang remaja putri berseragam SMA dan berlapis switer merah muda tampak tengah berlari di antara lorong-lorong sekolah yang gelap dan sunyi.Terlihat jelas wajah gadis memakai rompi sekolah itu yang begitu pucat dan ketakutan. Sesekali dia melihat ke belakang untuk memastikan apa orang aneh yang sama sekali tidak dikenalnya masih mengejar atau tidak di belakang."Ingin lari kemana, kau! Jangan coba-coba lari dariku, anak manis!"Suara itu terdengar begitu mengerikan di telinga ditambah dengan keadaan sekitar yang gelap gulita menambah kesan seram dan menakutkan bagi remaja cantik itu. Serta membuatnya kian frustasi karena harus terus berlari tanpa henti."Tolong, siapapun! Tolong selamatkan diriku dari dia! Orang itu ingin membunuhku, tolong!"Sekuat
Dua gadis manis dengan penuh harapan mencoba menelusuri setiap jalan yang ada di tempat konstruksi pembangunan tersebut. Tanpa peduli Bintang ada atau tidak keduanya tidak menyerah begitu saja, meski waktu terus berlalu dengan cepat."Bintang! Di mana kamu? Jika kamu mendengar suara ini, tolong beri isyarat pada kami!""Bintang! Aku tahu jika kamu ada di sini, tapi aku mohon tunjukan dirimu, Bintang!"Natasha dan Nerisha bergantian memanggil Bintang yang entah di mana keberadaannya? Tanpa terasa sudah hampir satu jam keduanya menghabiskan waktu untuk menjelajah area tersebut dan belum menemukan hasilnyaSementara keduanya sedang kebingungan mencari keberadaan Bintang yang kemungkinan besar tidak ada di sana. Namun, nyatanya memercayai firasat tidak buruk kemungkinan ada benarnya juga.Benar sekali, yang Nerisha rasakan tidak seutuhnya salah. Bintang memang ditahan di tempat Konstruksi ini. Mengapa juga Nerisha
Dari kisah yang diutarakan Bulan ketika pertemuan kemarin, membuat Nerisha tak berhenti memikirkannya. Bahkan saat sedang belajar, gadis yang masih duduk di bangku sekolah itu masih memikirkan bagaimana nasib Bintang yang jauh dan tanpa kabar rimbanya?Sampai sekarang dia dan Natasha belum dapat menemukan di mana keberadaan Bintang? Mereka hanya tahu, penculik itu mengatakan "Konstruksi Pembagunan" tetapi di mana itu?Negera ini luas dan letak kotanya juga begitu beragam, berarti ada banyak "Konstruksi Pembangunan" yang tersebar di setiap penjuru kotanya. Pertanyaannya Konstruksi Pembangunan yang mana?Hal itu terus mengganggu pikiran Nerisha. Sampai gadis yang memiliki IQ tinggi itu tidak dapat fokus di sekolahnya, hanya karena keberadaan Bintang yang belum diketahui secara pasti."Nerisha!" Orion datang untuk menegurnya. Pemuda yang sedari tadi memperhatikan Nerisha merasa ada hal aneh pada gadis itu