Dari sudut lain, masih dihari yang sama. Nerisha dan Natasha masih berjuang untuk memecahkan satu persatu petunjuk dari misi mereka kali ini.
Keduanya pergi bersama-sama ke sebuah gedung yang kemarin menjadi tempat diselenggarakannya konser besar dari TCN 721.
"Di mana kau bertemu dengan dia?"
Natasha meminta Nerisha untuk mengingat kapan dan di mana dia berpapasan dengan gadis yang menjadi petunjuk kali ini.
Dengan mengingat-ingat, Nerisha mencoba mengulang bagaimana kemarin dia bertemu dengan Bintang Kejora.
"Kemarin aku datang dari pintu barat itu, lalu aku sibuk bermain ponsel dan tentunya dengan barang-barang yang aku bawa membuatku sulit untuk melihat," ujar Nerisha menjelaskan kronologi kejadian beberapa saat lalu.
"Lalu?"
"Lalu, tanpa sengaja kami berpapasan di sini. Ya, tepat di titik ini… Aku ingat dengan jelas, Kak," tunjuk Nerisha dengan yakin.
"Apa kau benar-benar yakin jika tepat di titik ini kau berpapasan dengannya?" lagi dan lagi Natasha mempertanyakan guna memastikan bahwa Nerisha tidak sedang membuat karangan cerita.
Gadis yang memang suka dengan hal-hal kecil itu merasa perlu bertanya lebih dalam lagi, tentang kebenaran jika Nerisha memang benar bertemu dengan Bintang Kejora tanpa sengaja.
"Tentu, aku sangat ingat… Kakak tahu bukan IQ diriku itu berapa? Sudah pasti untuk mengingat semua itu adalah hal mudah bagiku," tutur Nerisha menyombongkan diri.
Memang tidak dapat diragukan lagi. Jika Nerisha memang memiliki IQ diatas rata-rata manusia biasa. Terkadang Berushaa juga dijuluki manusia jenius karena IQ-nya yang 150.
"Iya, baiklah. Lalu, setelah itu apa kau melihat wajahnya? Maksudnya kau melihat ciri-ciri dia seperti apa?"
Sembari Nerisha menjelaskan, Natasha dengan buku catatan kecilnya, dia mencatat semua yang diungkapkan adiknya tersebut.
Gadis yang senang disapa Tasya ini tak pernah tertinggal satu kata pun yang diungkapkan berusaha.
"Sudah pasti aku melihatnya, Kak. Namun, aku hanya melihat dia memakai jaket hitam dan menutupi kepalanya. Lalu, setelah itu dia pergi begitu saja ke pintu selatan sana."
Berusaha menunjukan kemana Bintang pergi setelah berpapasan dengannya. Dengan keterangan yang ada membuat Natasha mengambil kesimpulan.
Dalam bayangannya, Natasha melihat Nerisha yang saat itu sedang repot membawa barang. Adiknya itu masuk dari pintu timur sekitar pukul 21.00 lebih 3 menit 28 detik. Setelah beberapa meter berjalan.
SEmua reka adegan yang terjadi malam itu seolah terulang kembali dan Natasha dapat melihat setiap detailnya.
Lalu Natasha melihat bahwa adiknya berpapasan dengan Bintang sekitar pukul 21.00 lebih 8 menit. Mereka tak sengaja bertabrakan di sini. Seperti keterangan Nerisha sebelumnya. Bintanglah yang terlebih dahulu meminta maaf. Lalu disusul Nerisha yang juga meminta maaf.
Setelah itu, Bintang berlari ke arah pintu selatan menuju keluar gedung. Pertanyaannya kemana Bintang pergi?
"CCTV!" Natasha mengatakannya dengan begitu cepat. Pikirannya langsung mengarah pada rekaman CCTV yang biasanya terpasang di setiap sudut gedung.
"Kakak, benar. Pasti di sini terpasang CCTV, bukan?" Nerisha memikirkan hal serupa dengan Kakaknya.
Keduanya mendongak ke atas untuk mencari apakah gedung ini memiliki kamera CCTV, yang biasa merekam setiap kegiatan pengunjung.
"Di sana, Kak!" Nerisha menunjuk begitu cepat ke arah sudut tertinggi dari ruangan ini, karena disitulah CCTV terpasang.
Memiliki pikiran yang sama, keduanya bergegas pergi menuju ruangan pengawas CCTV. Tentu mereka harus mendatangi ruangan itu, jika memang kakak beradik ini mau misi ini cepat selesai.
****
Sampai di ruangannya, ternyata ini sudah masuk jam istirahat dan untung saja masih ada petugas yang menjaga. Jika tidak kemungkinan Nerisha dan Natasha akan kesulitan untuk memasuki ruangan tersebut.
"Permisi Paman," sapa Nerisha pertama kali saat dirinya mendapati bahwa ada petugas yang masih berjaga.
"Siapa kalian? Bagaimana kalian bisa masuk keruangan ini? Ruangan ini terlarang untuk orang luar."
Petuasnya bertanya demikian. Dia yang heran karena ada dua gadis yang memasuki ruangannya di hari libur seperti sekarang ini.
"Paman, kami ingin meminta bantuan Paman," minta Natasha yang memberanikan diri untuk bertatap langsung dengan penjaga tersebut.
"Membantu kalian?" tanya heran Petugasnya sambil menaikan salah satu alisnya.
"Iya Paman. Apakah Paman bisa memutar rekaman CCTV tepat kejadian saat konser kemarin malam?" sambung Nerisha dari ungkapan Natasha sebelumya.
"Rekaman saat konser? Aku tidak mengerti maksud kalian, apa? Sebaiknya kalian pergi saja. Ruangan ini tidak bisa dimasuki oleh semarangan orang, selain petugas di sini!"
Pria yang tingginya sekitar 180 cm itu meminta dengan tegas agar Nerisha serta Natasha mau pergi dari sana. Tentunya kedua kakak beradik itu tidak akan pergi dengan semudah itu, sebelum rasa penasaran mereka terjawab.
"Paman aku mohon, jangan minta kami pergi dari sini. Paman, tolong bantu kami untuk memutar rekaman CCTV kemarin. Kami ingin mencari gadis ini."
Jurus terakhir dikeluarkan agar tidak dikeluarkan. Natasha menunjukan foto dari Bintang. Gadis yang sedang mereka cari itu kepada petugasnya. Untuk sesaat petugas yang bernama Ardian itu tertegun ketika memperlihatkan foto yang ditujukan kepadanya.
"Sepertinya aku mengenal gadis ini? Akan tetapi siapa gadis ini? Bagaimana bisa kalian memiliki fotonya?"
Ardian bertanya kepada Natasha dan Nerisha secara bersamaan. Pertanyaan itu menguatkan fakta bahwa Bintang memang berada di gedung ini kemarin malam. Setidaknya itu yang dipikirkan kedua gadis tersebut
"Sungguh Paman? Jadi Paman mengenal Bintang, maksudku gadis yang ada di foto ini? Apa Paman pernah berjumpa dengannya? Di mana Paman pernah melihatnya?"
Natasha bertanya dengan begitu detail. Dia ingin petugas tersebut bisa benar-benar mengingat kapan, dan di mana ia pernah berjumpa dengan Bintang?
Sembari melihat-lihat, Andrian mencoba mengingat kapan dia melihat gadis yang ada di foto itu dan di mana letaknya tersebut? Sedangkan Nerisha dan kakaknya menunggu jawaban tersebut.
"Iya, sekarang aku mengingatnya… Kemarin saat membeli tiket konser."
Ungkapan Andrian membuka tabir misteri baru dari keberadaan Bintang yang membuat Nerisha menaikan satu alisnya.
"Jadi, benar Paman pernah bertemu dengan gadis ini?"
Di sela-sela pertanyaan Nerisha, gadis yang memakai kacamata minus itu berpikir dengan serius. Natasha mencoba untuk mengulang semua kejadiannya.
"Apa Paman bisa memutar rekaman CCTV yang ada di loket tiket itu?" pinta Natasnya satu kali lagi, mungkin setelah ini misteri Bintang akan terpecahkan.
"Tentu."
Tidak seperti sebelumnya, kali ini Andrian bersedia untuk memutar ulang rekaman CCTV-nya.
Sepertinya mereka sangat memerlukan ini, pikir Andrian demikian. Namun, tidak menutup kemungkinan Andrian memerlukan informasi tersebut.
Dia bergegas pergi menuju pengatur CCTV. Andrian mencoba memutar ulang rekaman CCTV yang diminta Nerisha dan Natasha guna mengetahui kronologi kejadian kemarin malam.
Diputarnya rekaman yang ada di loket tiket seperti keterangan yang ada. Ternyata memang benar, Bintang berada di sana. Rekaman itu menunjukan jelas setiap gerak gerik Bintang.
Natasha dan Nerisha menyaksikannya bersama-sama. Selama rekaman itu diputar, Natasha mencatat waktu kejadiannya tanpa ada satu pun yang terlewat
"Kejadiannya pukul 20.45 menit. Sedangkan itu setelah menerima telepon Bintang segera pergi dari sana. Akan tetapi, kenapa dia tidak masuk ke dalam gedung konsernya, dan melainkan pergi menuju ke tempat lain?"
Natasha mencoba mengambil kesimpulannya. "Lalu apa Paman bertemu dengan dia, setelah kejadian di loket itu?" Natasha ingin mencari tahu kebenaran ini lebih jauh lagi.
"Sepertinya hanya di sana aku bertemu dengan gadis itu. Setelahnya aku pergi ke ruangan ini dan berada di sini selama konser berlangsung."
Keterangan Andrian sudah cukup menurut Natasha. "Jadi, dia pergi dari loket itu sekitar pukul 20.50, dan berpapasan dengan Nerisha di pukul 21.08. Itu berarti dia memiliki waktu sekitar 18 menit sebelum bertemu dengan Nerisha. Lalu selama 18 menit itu, kemana Bintang pergi?
Analisa Natasha membuat Andrian bingung. Dia pun tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Memang kalian ini siapa? Kenapa juga kalian mencari gadis itu? Siapa gadis yang bernama Bintang ini sebenarnya?"
"Kami bukan siapa-siapa dari dia Paman. Akan tetapi, kemungkinan nyawa gadis itu dalam bahaya," ungkap Nerisha terbuka tanpa adanya kebohongan.
"Nerisha!" Natasha segera menegurnya, karena takut Andrian akan curiga.
"Nyawanya dalam bahaya? Apa maksudnya?" Andrian bertanya-tanya tentunya. Dia baru tahu jika gadis yang ada di foto tadi sedang dalam bahaya.
"Bukan itu maksudnya Paman. Adikku yang ini memang asal bicara. Kami adalah tetangga dengan Bintang, gadis yang di foto ini. Benar bukan, Nerisha?"
Natasha mencoba merangkul adiknya yang selalu berkata sembarangan itu. Dia melakukan ini agar Petugasnya tidak curiga dengan mereka berdua.
Andrian mengelua dagunya dan berpikir bahwa kedua gadis yang sekarang ada di depannya sedang berbohong.
"Iya, benar Paman. Kami tinggal bertetangga. Ibunya mengatakan Bintang tidak pulang sejak kemarin malam. Jadi Ibunya meminta kami untuk mencari keberadaannya, Paman."
Kali ini Nerisha yang mencoba untuk membuat Andrian tidak curiga dengan mereka. Semoga alasan ini bisa meyakinkan Andrian. Harap keduanya demikian.
"Oh, jadi kalian bertetangga. Aku kira memang benar gadis itu dalam bahaya."
Andrian percaya begitu saja. Dia memang tidak tahu apa-apa, jadi menurutnya itu mungkin saja benar.
"Baik Paman. Terima kasih karena sudah membantu kami. Kami mohon pergi dari sini, Paman."
Natasha ingin segera pergi dari sana, dengan masih merangkul adiknya. Natasha menarik Raeni untuk ikut bergegas pergi. Dia tidak ingin Nerisha banyak berkata dan membongkar semua rahasia mereka.
"Iya, baiklah. Sama-sama. Semoga kalian cepat-cepat bertemu dengan teman kalian itu," pesan Andrian.
"Tentu Paman. Terima kasih…."
"Ayo!"
Seperti yang terlihat Natasha segera membawa Nerisha meninggalkan ruangan tersebut. Natasha berpikir jika mereka berlama-lama di sana kemungkinan misi akan ketahuan orang lain dan itu tidak boleh terjadi.
"Lalu Kak, setelah ini kita harus kemana?"
Tentunya Nerisha bertanya, pertanyaan tersebut kepada kakaknya sembari berjalan keluar dari lobi gedung.
"Menurutmu kita harus pergi kemana lagi untuk menyelesaikan misi ini?" Natasha bertanya balik pada Nerisha, sudah pasti dia tidak akan memiliki jawaban itu.
"Entah… Aku juga tidak tahu harus pergi kemana lagi. Lagi pula kenapa si misi kali ini begitu rumit? Kenapa tidak langsung pada intinya saja?" keluh Nerisha yang mulai merasa bosan serta lelah, selama satu hari ini dia dipaksa berpikir keras guna memecahkan misteri kali ini.
"Seperti misi pertama, kedua dan ketiga. Kita langsung diberi petunjuk jelas kemana kita harus pergi… Tidak seperti sekarang misinya begitu rumit. Aku saja sampai pusing memikirkannya," lanjutnya menggerutu.
"Sabar. Kita hanya perlu sabar untuk membuka teka-teki ini. Nikmati saja misinya, karena tidak ada batas waktunya juga, bukan? Setidaknya kita tidak memiliki batas waktu untuk menemukan Bintang, 'kan?"
Seperti katanya. Kuncinya harus sabar. Jadi, Nerisha mencoba untuk bersabar untuk beberapa waktu kedepan.
"Kakak, benar. Selagi kita tidak memiliki batas waktu, itu berarti Bintang masih berada di suatu tempat yang aman. Setidaknya nyawanya tidak dalam bahaya."
Keduanya sama-sama menyepelekan ini sepertinya. Namun, tampaknya mereka tidak akan bersantai dalam waktu singkat ini.
Sembari berjalan berdua, saat itu juga foto Bintang mengeluarkan cahaya. Fotonya terlepas dari tangan Nerisha dan terbang ke udara.
Keduanya panik karena foto itu mengeluarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata. Sedangkan area sekitar sedang sepi. Jadi tidak ada yang melihat foto terbang sendiri itu.
"Kakak, lihat fotonya! Ada apa dengan fotonya?"
Ada apa dengan fotonya? Mungkinkah ada petunjuk baru dari misi keempat ini? Apa yang akan mereka temukan setelah ini?
Penasaran?
Keesokan harinya. Nerisha kembali sibuk dengan aktivitas sehari-harinya yaitu sekolah.Namun, ada yang berbeda dengan Nerisha hari ini. Di dalam kelasnya, gadis yang memang tidak suka bergaul itu tampak murung di tempat duduknya.Nerisha terlihat sedang banyak pikiran. Entah apa yang tengah mengganggu gadis berseragam SMA itu, sepertinya dia masih memikirkan kejadian kemarin.Tentu, waktu di mana foto Bintang, gadis yang menjadi misteri dalam kasus ini tiba-tiba bersinar ketika dia dan kakaknya hendak pulang.****Kemarin, di salah satu gang sempit yang terletak di sekitaran Distrik B04. Tanpa diketahui keduanya tiba-tiba
"Hei tunggu!"Natasha memanggil gadis yang hendak pergi jauh itu, sontak dia berjaket hitam menghentikan langkahnya, bersamaan dengan itu dia mengerutkan keningnya dan berbalik badan menatap Natasha serta Nerisha secara bersama-sama."Apa kau mengenal Bintang?" tanya Natasha diawal kalimatnya. Pertanyaan yang sempat Natasha utarakan beberapa saat lalu.Gadis berjaket hitam itu belum memberikan respon yang berarti apa-apa. Di waktu bersamaan dia membuka penutup kepalanya, menunjukan wajah asli di depan Nerisha dan Natasha secara langsung."Bintang?" Sebut serentak keduanya, sesaat setelah mendapati rupa gadis itu yang begitu mirip dengan Bintang. Meski sempat melihatnya tadi. Namun, Nerisha serta Natasha tidak bisa menutupi keterkejutannya.Tidak, itu memang Bintang, pikir keduanya yang membuka mulut lebar-lebar. Namun, tidak banyak kata yang dapat keluar."Lihat Kak, w
"Saat itu …."Bulan mulai membuka suara, menceritakan satu demi satu kejadian malam itu saat dia bersama dengan Bintang."Bulan! Ayo kita pulang!" teriak Bintang kala itu, sambil membawa tiket konser di tanganya.Bintang datang dengan terburu-buru sembari membawa tiket konsernya. Dia datang dari kejauhan dengan cara berlari. Hal itu sontak membuat Bulan yang tengah menunggu menjadi bertanya-tanya."Ada apa kakak? Kenapa kita harus pulang? Bukankah konsernya akan segera dimulai?" Bulan pun bertanya demikian saat itu juga kepada Bintang.Bintang menaikkan satu alisnya, mulutnya terbuka. Akan tetapi, tidak ada kata yang terucap darinya. Bintang sulit menyusun kata-katanya."Ketika itu aku bertanya padanya, kenapa kami harus p
Dari kisah yang diutarakan Bulan ketika pertemuan kemarin, membuat Nerisha tak berhenti memikirkannya. Bahkan saat sedang belajar, gadis yang masih duduk di bangku sekolah itu masih memikirkan bagaimana nasib Bintang yang jauh dan tanpa kabar rimbanya?Sampai sekarang dia dan Natasha belum dapat menemukan di mana keberadaan Bintang? Mereka hanya tahu, penculik itu mengatakan "Konstruksi Pembagunan" tetapi di mana itu?Negera ini luas dan letak kotanya juga begitu beragam, berarti ada banyak "Konstruksi Pembangunan" yang tersebar di setiap penjuru kotanya. Pertanyaannya Konstruksi Pembangunan yang mana?Hal itu terus mengganggu pikiran Nerisha. Sampai gadis yang memiliki IQ tinggi itu tidak dapat fokus di sekolahnya, hanya karena keberadaan Bintang yang belum diketahui secara pasti."Nerisha!" Orion datang untuk menegurnya. Pemuda yang sedari tadi memperhatikan Nerisha merasa ada hal aneh pada gadis itu
Dua gadis manis dengan penuh harapan mencoba menelusuri setiap jalan yang ada di tempat konstruksi pembangunan tersebut. Tanpa peduli Bintang ada atau tidak keduanya tidak menyerah begitu saja, meski waktu terus berlalu dengan cepat."Bintang! Di mana kamu? Jika kamu mendengar suara ini, tolong beri isyarat pada kami!""Bintang! Aku tahu jika kamu ada di sini, tapi aku mohon tunjukan dirimu, Bintang!"Natasha dan Nerisha bergantian memanggil Bintang yang entah di mana keberadaannya? Tanpa terasa sudah hampir satu jam keduanya menghabiskan waktu untuk menjelajah area tersebut dan belum menemukan hasilnyaSementara keduanya sedang kebingungan mencari keberadaan Bintang yang kemungkinan besar tidak ada di sana. Namun, nyatanya memercayai firasat tidak buruk kemungkinan ada benarnya juga.Benar sekali, yang Nerisha rasakan tidak seutuhnya salah. Bintang memang ditahan di tempat Konstruksi ini. Mengapa juga Nerisha
! Ha! Ha!Seorang remaja putri berseragam SMA dan berlapis switer merah muda tampak tengah berlari di antara lorong-lorong sekolah yang gelap dan sunyi.Terlihat jelas wajah gadis memakai rompi sekolah itu yang begitu pucat dan ketakutan. Sesekali dia melihat ke belakang untuk memastikan apa orang aneh yang sama sekali tidak dikenalnya masih mengejar atau tidak di belakang."Ingin lari kemana, kau! Jangan coba-coba lari dariku, anak manis!"Suara itu terdengar begitu mengerikan di telinga ditambah dengan keadaan sekitar yang gelap gulita menambah kesan seram dan menakutkan bagi remaja cantik itu. Serta membuatnya kian frustasi karena harus terus berlari tanpa henti."Tolong, siapapun! Tolong selamatkan diriku dari dia! Orang itu ingin membunuhku, tolong!"Sekuat
"Tidak!"Nerisha berteriak dengan keras, wajahnya pucat pasif dan keringat bercucur deras membasalah seluruh tubuh. Napasnya terengah-engah. Dia baru saja terbangun dari mimpi buruk yang seolah nyata."Apa yang sedang terjadi tadi, yang aku lihat dalam mimpiku itu? Siapa gadis itu dan seseorang yang memakai topeng di sana? Mengapa dia membawa pisau dan gunting, untuk apa itu semua? Lalu, gadis itu ….""Kejadian seperti apa, yang aku lihat di dalam mimpi? Sebenarnya siapa gadis itu? Mengapa dia dan orang itu bisa hadir dalam mimpiku dalam waktu yang bersamaan? Dengan alasan apa seseorang ingin melukai gadis itu?"Nerisha meraih gelas berisi air yang ada di atas nakas, meneguknya sampai tak tersisa. Dia berusaha menjernihkan pikirannya yang kacau akibat mimpi yang tak pernah terjadi sebelumnya."Nerisha, apa kamu sudah bangun?"Ketika Nerisha yang masih berpikir. Natasha datang dari ruangan lain, membuka
Nerisha menyantap hidangan sarapan dengan lahap, sampai tidak ada satu butir nasi yang tersisa di piringnya. Dia menghapus noda makanan yang menempel di bagian tepi bibir dengan selembar tisu, setelah itu Nerisha meraih ransel yang ada di belakang kursi.Gadis berseragam SMA di salah satu sekolah elit itu berpamitan dengan kedua orang tuanya dan Natasha melakukan hal yang sama dengan adiknya.Natasha segera masuk mobil dan disusul Nerisha yang langsung duduk di tempatnya. Mesin mobil dinyalakan dan Natasha lah yang mengendalikan mobil tersebut.Perjalanan menuju sekolah Nerisha memakan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi jalan raya yang tidak macet.***"Dah, Kakak. Hati-hati di jalan, jangan mengebut," pesan Nerisha yang telah turun dari mobil."Baiklah. Kau juga, jaga dirimu baik-baik. Beritahu Kakak andai terjadi sesuatu. Mengerti?"Dari balik jendela mobil, Natasha melambaikan tangan dan hal sama dilakukan Nerisha.
Berlanjut.Ruangan Sains-nya berhasil dibuka. Saat itu juga terdengar suara Nerisha yang menjerit. Hingga semua orang menjadi panik. Mereka berbondong-bondong untuk masuk, termasuk Orion yang berlari terlebih dahulu ke dalam."Nerisha!"Orion tiba terlebih dahulu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Nerisha duduk tersungkur di sana."Nerisha, kamu baik-baik saja?"Dia mendekap Nerisha yang tampak syok. Bagaimana dia tidak lemas? Di depan matanya terlihat seseorang yang tergeletak di atas lantai, dengan tubuhnya yang tengkurap disertai cairan berwarna merah yang tercecer di mana-mana."Ada apa? Mengapa kamu berteriak?" Guru Sains itu akhirnya tiba, belum sempat berkata lebih jauh dia sudah dikejutkan dengan sesosok tubuh yang tengkurap."Astaga, ada mayat. Bagaimana bisa terdapat mayat di ruangan ini?"Dia sama ikut terkejutnya dengan Nerisha yang sudah lebih dahulu
"Permisi. Permisi!"Nerisha menarik tangan Orion sampai keduanya hadir di tengah-tengah keributan yang ada.Gadis bertubuh mungil itu berdesakan dengan murid yang masih memadati area tersebut, kendati Nerisha tidak menyerah begitu saja dia tetap berjalan apa pun yang terjadi, sebelum akhirnya beberapa murid memberikan sedikit jalan pada gadis itu.Orion pun mengikutinya di belakang seperti bayi. Beberapa murid melihat kejadian tersebut dan berpikir bahwa terjalin suatu hubungan antara Nerisha dengan Orion. Namun, gadis itu menegaskan tidak ada hubungannya menarik tangan dengan perasaan, yang menurut sebagian orang mungkin bergejolak di dalam dada.Nana yang berada tidak jauh seketika mengepalkan kedua tangannya sambil membulatkan mata, meremas seragam sekolahnya sampai seseorang menegurnya."Kau cemburu dengan mereka?"Nana membalikan badan seketika itu juga aura kemarahannya terpancar jelas dari sorot mata. Murid yang tanpa seng
Sepuluh menit berselang, akhirnya Nerisha dan Orion berkumpul dengan murid lainnya. Nerisha mengerutkan dahinya saat mendapati ruangan Sains nyatanya terkunci.Guru yang bertugas berusaha menarik rantai yang melilit di daun pintu. Namun, rantai itu terpasang sebuah gembok yang sejak tadi tidak dapat dibuka. Orion ikut bertanya-tanya, bagaimanapun ruangan ini sudah lama tidak terpakai, tetapi gembok yang terpasang terlihat masih baru, seolah ada yang telah membukanya."Bagaimana, Pak? Apa bisa terbuka?" Salah satu murid bertanya sementara itu pria yang menjadi pengawas mereka berusaha untuk membuka gembok tersebut dengan segala cara. Nyatanya kunci yang dia bawa tidak cocok dengan gembok tersebut."Aku sedang berusaha. Kalian semua harap tenang. Jangan ada yang membuat keributan."Ada sekitar sepuluh anak kunci yang ada di tangannya. Namun, dari keseluruhan kunci yang ada, tidak ada yang berhasil melepaskan gembok itu dari sana.Nerisha yang b
Setelah diberi penjelasan serta pengertian pada akhirnya seluruh murid mau untuk belajar di ruang Sains seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kendatipun ada dari mereka yang merasa tidak nyaman.Para murid pun keluar dari kelas satu persatu, tanpa terkecuali Nerisha dan Nana, meskipun menjadi teman satu kelas. Akan tetapi, Nana kerap kali menyusahkan Nerisha tanpa alasan jelas. Termasuk yang terjadi sekarang.Nana, mendadak menghentikan langkahnya dan menghadang Nerisha di depannya."Hey, kamu! Gadis tidak tahu diri!"Nana menarik tangan Nerisha dengan kasar, mendorongnya cepat ke sisi tembok sontak membuat Nerisha membulatkan matanya."Nana!"Nerisha yang sedari tadi diam saja mendadak mengeluarkan suaranya, merasa kesal atas tindakan Nana yang sangat tidak sopan."Iya, memang kenapa jika aku membentakmu? Apa kamu ingin
Nerisha menyantap hidangan sarapan dengan lahap, sampai tidak ada satu butir nasi yang tersisa di piringnya. Dia menghapus noda makanan yang menempel di bagian tepi bibir dengan selembar tisu, setelah itu Nerisha meraih ransel yang ada di belakang kursi.Gadis berseragam SMA di salah satu sekolah elit itu berpamitan dengan kedua orang tuanya dan Natasha melakukan hal yang sama dengan adiknya.Natasha segera masuk mobil dan disusul Nerisha yang langsung duduk di tempatnya. Mesin mobil dinyalakan dan Natasha lah yang mengendalikan mobil tersebut.Perjalanan menuju sekolah Nerisha memakan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi jalan raya yang tidak macet.***"Dah, Kakak. Hati-hati di jalan, jangan mengebut," pesan Nerisha yang telah turun dari mobil."Baiklah. Kau juga, jaga dirimu baik-baik. Beritahu Kakak andai terjadi sesuatu. Mengerti?"Dari balik jendela mobil, Natasha melambaikan tangan dan hal sama dilakukan Nerisha.
"Tidak!"Nerisha berteriak dengan keras, wajahnya pucat pasif dan keringat bercucur deras membasalah seluruh tubuh. Napasnya terengah-engah. Dia baru saja terbangun dari mimpi buruk yang seolah nyata."Apa yang sedang terjadi tadi, yang aku lihat dalam mimpiku itu? Siapa gadis itu dan seseorang yang memakai topeng di sana? Mengapa dia membawa pisau dan gunting, untuk apa itu semua? Lalu, gadis itu ….""Kejadian seperti apa, yang aku lihat di dalam mimpi? Sebenarnya siapa gadis itu? Mengapa dia dan orang itu bisa hadir dalam mimpiku dalam waktu yang bersamaan? Dengan alasan apa seseorang ingin melukai gadis itu?"Nerisha meraih gelas berisi air yang ada di atas nakas, meneguknya sampai tak tersisa. Dia berusaha menjernihkan pikirannya yang kacau akibat mimpi yang tak pernah terjadi sebelumnya."Nerisha, apa kamu sudah bangun?"Ketika Nerisha yang masih berpikir. Natasha datang dari ruangan lain, membuka
! Ha! Ha!Seorang remaja putri berseragam SMA dan berlapis switer merah muda tampak tengah berlari di antara lorong-lorong sekolah yang gelap dan sunyi.Terlihat jelas wajah gadis memakai rompi sekolah itu yang begitu pucat dan ketakutan. Sesekali dia melihat ke belakang untuk memastikan apa orang aneh yang sama sekali tidak dikenalnya masih mengejar atau tidak di belakang."Ingin lari kemana, kau! Jangan coba-coba lari dariku, anak manis!"Suara itu terdengar begitu mengerikan di telinga ditambah dengan keadaan sekitar yang gelap gulita menambah kesan seram dan menakutkan bagi remaja cantik itu. Serta membuatnya kian frustasi karena harus terus berlari tanpa henti."Tolong, siapapun! Tolong selamatkan diriku dari dia! Orang itu ingin membunuhku, tolong!"Sekuat
Dua gadis manis dengan penuh harapan mencoba menelusuri setiap jalan yang ada di tempat konstruksi pembangunan tersebut. Tanpa peduli Bintang ada atau tidak keduanya tidak menyerah begitu saja, meski waktu terus berlalu dengan cepat."Bintang! Di mana kamu? Jika kamu mendengar suara ini, tolong beri isyarat pada kami!""Bintang! Aku tahu jika kamu ada di sini, tapi aku mohon tunjukan dirimu, Bintang!"Natasha dan Nerisha bergantian memanggil Bintang yang entah di mana keberadaannya? Tanpa terasa sudah hampir satu jam keduanya menghabiskan waktu untuk menjelajah area tersebut dan belum menemukan hasilnyaSementara keduanya sedang kebingungan mencari keberadaan Bintang yang kemungkinan besar tidak ada di sana. Namun, nyatanya memercayai firasat tidak buruk kemungkinan ada benarnya juga.Benar sekali, yang Nerisha rasakan tidak seutuhnya salah. Bintang memang ditahan di tempat Konstruksi ini. Mengapa juga Nerisha
Dari kisah yang diutarakan Bulan ketika pertemuan kemarin, membuat Nerisha tak berhenti memikirkannya. Bahkan saat sedang belajar, gadis yang masih duduk di bangku sekolah itu masih memikirkan bagaimana nasib Bintang yang jauh dan tanpa kabar rimbanya?Sampai sekarang dia dan Natasha belum dapat menemukan di mana keberadaan Bintang? Mereka hanya tahu, penculik itu mengatakan "Konstruksi Pembagunan" tetapi di mana itu?Negera ini luas dan letak kotanya juga begitu beragam, berarti ada banyak "Konstruksi Pembangunan" yang tersebar di setiap penjuru kotanya. Pertanyaannya Konstruksi Pembangunan yang mana?Hal itu terus mengganggu pikiran Nerisha. Sampai gadis yang memiliki IQ tinggi itu tidak dapat fokus di sekolahnya, hanya karena keberadaan Bintang yang belum diketahui secara pasti."Nerisha!" Orion datang untuk menegurnya. Pemuda yang sedari tadi memperhatikan Nerisha merasa ada hal aneh pada gadis itu