BRUK!
Dua tubuh saling bertabrakan di koridor gedung serbaguna, tanpa diduga-duga Nerisha menabrak gadis seusia dengan dia. Gadis itu menyibakkan rambutnya yang sengaja diurai ke belakang telinga.
Beberapa benda milik Nerisha harus terjatuh ke lantai akibat tabrakan tak terduga di antara keduanya.
"Maaf, maafkan saya. Saya tidak sengaja. Astaga kenapa saya bisa ceroboh seperti ini…."
"Tidak apa-apa. Seharusnya saya juga yang minta maaf karena tidak memperhatikan jalan."
"Ini barang-barangmu. Maaf karena sudah menabrakmu, Kak."
Guna menebus rasa bersalahnya, gadis memakai jaket hitam, menutup wajahnya dengan masker hitam dan topi hitam sebagai pelindung kepala itu, secepat mungkin mengutarakan maaf pada Nerisha. Gadis seusianya yang tanpa sengaja ditabraknya tadi.
Nerisha tentu tidak lupa mengucapkan maaf. Jika bukan karena dirinya yang terburu-buru saat berjalan, kemungkinan dia tidak akan bertabrakan dengan orang lain seperti yang baru saja terjadi.
"Terima kasih." Nerisha mengatakannya dengan membentuk senyuman kecil di sudut bibirnya yang mungil.
"Sama-sama," balas gadis itu dengan senang hati. Tanpa menunjukan senyuman atau semacamnya.
Sudah selesai bermaafan, baik Nerisha maupun gadis yang memakai masker itu memilih melanjutkan jalan mereka masing-masing. Tanpa perlu berkenalan atau berbicara lebih lanjut. Hal yang tidak mungkin gadis itu lakukan sekarang. Pada akhirnya Nerisha pergi untuk masuk, sedangkan gadis berjaket hitam itu pergi untuk keluar ruangan.
Ini terjadi ketika malam hari, kota ini sedang kedatangan tamu spesial dari Boy Grup terkenal asal Korea. Mereka adalah TCN 721. Dengan khusus ke 9 pria-pria ganteng asal negeri Ginseng tersebut datang ke kota kelahiran Nerisha yang disebut surganya pasir putih. Memang kota yang luasnya tidak besar itu menyimpan keajaiban dunia yang tidak diketahui banyak orang. Termasuk para idola tampan itu.
Mengadakan konser di salah satu gedung serbaguna yang ada di kota C61. Seluruh lapisan masyarakat tumpah ruah ingin menyaksikan konser yang kesempatannya tidak mungkin akan datang untuk kedua kalinya.
Mereka berbondong-bondong memenuhi gedung serbaguna yang terletak di pesisir kota C61 hanya demi menemui idola mereka secara langsung. Bukan tanpa alasan para penggemar yang mayoritas para gadis ini menyukai TCN 721, karena Boy Grup asuhan MS Entertainment tersebut namanya sudah masuk dalam jajaran artis kancah internasional.
Nerisha dan gadis yang tadi berpapasan dengannya, termasuk Fans garis keras dari TCN 721. Namun, sedikit membingungkan. Mengapa gadis yang memakai masker hitam itu memilih keluar, sedangkan yang lain memilih masuk?
"Di mana, Orion dan kakak Natasha? Sejak tadi aku mencari-cari mereka, tetapi tidak sedikitpun aku melihat batang hidung mereka di sini?" gundahnya sembari melihat sekitar. Meski ramai, tetapi Nerisha tidak bisa menemukan seseorang di sana.
Tampaknya, gadis yang senang disapa Nerisha ini sedang menunggu seseorang. Di antara ribuan fans yang memenuhi gedung serbaguna ini Nerisha hanya mencari dua orang saja. Seakan-akan sedang mencari jarum ditumpukan jerami, Nerisha mencoba mencari kakaknya yang bernama Natasha, dan Orion, sahabat karipnya sejak SMP.
"Mereka mengatakan akan bertemu di sini, lalu di mana mereka berdua sekarang? Aku sudah pegal membawa barang-barang mereka … Ini sangat menyiksaku!" keluhnya demikian kesal. Sembari membawa Lightstick dan barang-barang yang dibutuhkan saat menonton konser kpop, membuat Nerisha mulai tak tenang.
Dia gelisah bukan karena Natasha dan Orion belum datang, tetapi barang yang dia bawa sangat berat dan membebani dirinya yang memiliki tubuh mungil.
Setelah menunggu hampir 15 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
"Nerisha!"
Orion berteriak, lalu disusul Natasha di belakangnya. Mereka tampak berlari bersama dari pintu masuk selatan. Sedangkan Nerisha sudah menunggu hampir 30 menit di pintu masuk utama.
"Membuat kesal saja! Dari mana saja kalian? Apa kalian tidak berpikir, barang-barang ini terlalu berat untuk orang sepertiku dan kakak juga! Kenapa harus datang terlambat? Bukankah tadi kita pergi bersama dari rumah. Lalu, kenapa kakak menghilang begitu saja seperti angin?"
"Uuu … Tidak usah kesal seperti itu, Adikku Sayang. Kakak tidak kemana-mana hanya pergi ke kamar kecil saja, tidak lebih dari itu." Sembari menggoda Nerisha, Natasha mengambil barang-barang yang sebenarnya milik mereka bersama.
Setidaknya dengan begitu Nerisha tidak mengeluh karena terlalu banyak membawa barang, pikir Natasha.
"Yasudah, sebaiknya kita segera masuk. Konsernya sudah pasti akan dimulai bukan?" Orion memecah keadaan menjadi ajakan yang berarti besar.
Tujuan mereka adalah untuk menonton konser, bukan berdebat merebutkan sesuatu yang tidak pasti di depan pintu. "Ah, iya. Ayo pasti semuanya juga sudah siap. Sebaiknya kita masuk, atau kesempatan emas ini akan hilang," sambung Natasha satu pemikiran dengan Orion. Pria mungil yang sejak 10 menit terakhir bersama dengan dirinya.
Natasha memang menyahut setuju. Lain dengan adiknya yang memakai sweater merah muda itu, dia masih memasang wajah jutek serta kesal. Walau begitu, Nerisha tetap membuka senyumannya dan pergi masuk dengan kakak serta Orion.
Apa yang terjadi di dalam? Tentunya sangat asyik bukan? Ada konser kpop di dalam gedung ini, dengan menampilkan penampilan spesial dari TCN 721. Siapa yang tidak akan melewatkan konser ini kecuali, mereka yang bukan kpopers.
*****
Dua jam berselang. Akhirnya konser yang dinanti selama 2 bulan itu telah selesai. Para penonton dan penggemar keluar dari dalam gedung dengan perasaan senang. Mereka merasa puas dengan penampilan apik dari para member TCN 721 yang begitu memanjakan mata mereka.
Beragam expresi dari para penonton yang keluar dari dalam gedung. Mereka yang mayoritas remaja itu merasa puas dengan apa yang mereka sudah bayar. Tidak percuma membeli tiket yang harganya mahal dan menunggu 2 bulan lamanya. Semua penantian panjang dibayar lunas dengan penampilan spektakuler dari TCN 721.
Nerisha keluar dari tempat konser seorang diri. Seperti biasa Orion sering menghilang begitu saja tanpa kabar, sedangkan Natasha memiliki kebiasaan pergi ke kamar kecil.
Sesaat setelah melangkahkan kaki keluar dari ruang, dengan keadaan di sekitar begitu ramai. Di mana orang-orang yang Nerisha sendiri tidak kenal berlalu-lalang melewati dirinya. Di saat bersamaan itu pula, tiba-tiba saja jantungnya, letak kehidupannya berdetak begitu cepat dan kencang yang mengakibatkan gadis belia 18 tahun ini merasakan sakit yang begitu luar biasa.
"Ais, kenapa harus sekarang!"
Terdengar bukan jeritan yang diungkapkan, melainkan kata-kata kesal yang kemungkinan membuat dia tidak nyaman.
Nerisha terus memegangi dadanya, untung saja barang-barang yang tadi dia bawa, sekarang sudah tidak berada di tangannya, melainkan ada bersama Orion.
"Di mana kakak? Aku harus cepat-cepat pergi dari sini dan mencarinya." Nerisha meninggalkan area sekitar, dia tak ingin yang lain mencurigai dirinya. Takut-takut pingsan Nerisha berusaha mencari Natasha di ke kamar kecil.
Sebelum Nerisha sampai di kamar kecil. "Nerisha!" Natasha ternyata sudah memanggilnya terlebih dahulu.
Gadis yang usianya terpaut 3 tahun dari Nerisha itu mencoba berlari kencang untuk bisa sampai pada adiknya yang tengah merasakan sakit yang teramat luar biasa di jantungnya. Sedangkan Nerisha sendiri masih merintih kesakitan, sambil memegangi bagian dadanya. Wajahnya juga sudah terlihat pucat.
"Kau baik-baik saja? Apa sangat sakit? Apa perlu aku memapahmu?" Nerisha bertanya cemas, lalu memegangi kedua bahu Nerisha agar tidak jatuh.
"Aku baik-baik saja, Kak. Kakak tidak perlu cemas berlebihan seperti itu … Lalu apa suratnya sudah datang?" Nerisha berbalik bertanya, dia menanyakan perihal lain tentang surat? Apa maksudnya? Sembari membungkuk menahan nyeri di dada.
"Tentu. Suratnya sudah ada di tanganku. Kau tidak usah gelisah seperti itu."
Bagaikan sihir dan kedipan mata, Nerisha menunjukan sebuah amplop surat berukuran kecil, berwarna putih sedikit kecoklatan, serta tertutup pita berwarna merah darah dan berlambangkan bunga mawar.
Setelah ditujukan kepada adik bungsunya, Natasha tanpa b**a basi langsung membuka amplop tersebut, dengan menahan rasa sakit yang kian mendera, Natasha menyimak setiap step amplopnya dibuka.
"Misi kali ini apa, Kak?"
"Entah, tapi gambarnya menunjukan seperti sebuah rumah yang berada di lantai dua, tampaknya?"
Mereka berkata demikian, sesaat setelah potongan gambar yang berupa foto dikeluarkan dari dalam amplop yang masih tersegel rapi.
"Menurut kakak ini di mana?"
"Mmm? Entah, sepertinya ini tidak jauh dari area sekitar sini? Tapi, di mana? Kakak sendiri baru pertama kali melihat rumah ini," pikir Natasha heran.
Rasa sakit yang tadi begitu mengguncang hebat, kini telah hilang. Berangsur-angsur Nerisha tak lagi mengeluh kesakitan dan memegangi dadanya. Dia sudah terlihat sehat terlihat mulai ada senyuman pula di bibi kecilnya.
"Coba lihat petunjuknya," pinta Nerisha demikian.
"Baiklah," balas Natasha setuju.
Natasha yang memegang potongan gambar itu mengangkat tinggi-tinggi fotonya. Dia mengarahkannya ke langit-langit, dalam waktu singkat di saat itu juga gambarnya berubah menjadi hologram. Cahaya orange yang menunjukan arah, layaknya GPS yang biasa tertera di layar ponsel.
Ini bukanlah sihir atau magic, yang terlihat itu nyata dan bukan mimpi. Gambarnya memang berubah menjadi petunjuk yang mengarah ke suatu tempat.
"Itu bukankah gedung ini, Kak?"
"Iya, kau benar. Penunjuk awalnya adalah geduni ini. Tapi, kenapa harus gedung ini?" balas Natasha, bertanya heran.
Mereka berdua sedang mengamati hologram itu. Ada jarum kecil berwarna merah yang seakan-akan sebagai alat penunjuk jalan. Tak berselang lama dari petunjuk awal. "Lihat, Kak. Petunjuknya pergi ke arah lain!" tunjuk Nerisha bersemangat.
Jarumnya bergerak ke sudut kanan, sejauh mata memandang. "Iya kau benar. Lihat petunjuknya berhenti di rumah itu! Persis seperti yang ada di foto tadi!"
Keduanya saling bertatapan, memberi aba-aba yang hanya bisa dipahami oleh keduanya saja. Tampaknya sekarang mereka sudah mengetahui akan melakukan apa dan harus pergi kemana?
Setelah selesai menunjukan arah, hologram yang muncul mendadak itu perlahan menghilang beserta dengan amplop yang tadi ada di tangan Natasha sebelumnya.
Tidak perlu berpikir panjang, Nerisha dan Nerisha segera pergi menuju tempat yang sudah ditunjukan hologram serta gambar berjalan tadi. Mereka diharuskan pergi kesana sekarang juga, tapi untuk apa?
Apa yang akan kakak beradik itu lakukan? Rumah siapa yang ingin mereka datangi? Kenapa harus rumah itu?
Penasaran?
Nerisha dan Natasha berlari membelah dunia yang telah berselimut gelap dan minimnya manusia yang masih terjaga. Matahari yang terik dikala siang kini telah berganti terangnya sinar bulan seolah menjadi teman kedua gadis itu. Lalu lintas di sekitar terpantau mulai sepi. Para penjual yang membuka pertokoan di sepanjang jalan terlihat mulai menutup toko mereka.Orang-orang yang biasa duduk santai di emperan pertokoan, sembari bercanda gurau dengan teman-teman kini terlihat mulai tidak ada. Bukan mereka yang menghilang, melainkan ini sudah waktunya beristirahat.Waktu menunjukan pukul 23.25 menit, tandanya sudah hampir tengah malam. Pantas saja jika jalan ini mulai sepi. Namun, itu tidak menyurutkan semangat Nerisha dan Natasha. Kedua gadis yang sama-sama kpopers itu berlari menuju tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.&nbs
"Baiklah. Jika tidak ada orang kami pulang saja, ya!"Karena ini tidak ada siapa-siapa dan sudah larut malam juga, Natasha dan Nerisha memutuskan untuk pulang saja. Biarpun mereka tidak menemukan petunjuk untuk misi kali ini, setidaknya kakak beradik ini bisa kembali besok serta memulai kembali pencarian ketika matahari telah terbit esok hari.Berjalan meninggalkan ruangan kamar, dengan keadaan gelap gulita dan minimnya cahaya, baik Nerisha dan Natasha saling bergandengan tangan agar tidak kehilangan satu sama lain. Hampir sampai ke pintu keluar. Namun sebelum langkah mereka sampai, Nerisha dikejutkan dengan jatuhnya benda besar di depan matanya.Tiba-tiba tanpa ada yang mendorong sebuah kardus besar terjatuh dari tempatnya secara mendadak. Nerisha da
Keesokan harinya. Karena hari ini weekend Nerisha dan Natasha juga libur dari kesibukan masing-masing, jadi keduanya memilih untuk kembali ke rumah itu. Rumah yang kemarin malam sempat mereka datangi. Namun, pencarian harus terhenti terhalang waktu yang telah larut.Di bawah terik sinar mentari yang mulai hangat, keduanya telah tiba di rumah tersebut. Sinar sang Surya yang telah menyorot, membuat seisi rumah menjadi terlihat semuanya.Keduanya masuk secara bersama-sama, sembari bergandengan tangan mereka menelusuri rumah ini yang ternyata sangat kacau. Jika malam kemarin keduanya tidak bisa melihat apa-apa, sedangkan sekarang mereka bisa melihat semuanya bahkan lubang semut pun sampai terlihat.Banyak pecahan kaca di mana-mana, dan barang-barangnya juga sangat berdebu. Nerisha dan Natasha mulai mencari barang yang bisa mereka jadikan petunjuk dari misi kali ini.Ya. Mereka harus menemukan petun
"Nerisha, lihat. Itu suratnya datang." Natasha langsung menangkap surat yang datang secara magic tersebut. Setibanya amplop itu, rasa sakit yang semula mengguncang secara mendadak menghilang. Nerisha tak lagi merasakan sakitnya dan terlihat sudah lebih sehat dari sebelumnya. "Cepat buka amplonya, Kak. Mungkin saja itu petunjuk selanjutnya dari misi kita ini, Kak." Nerisha begitu antusias untuk mengetahui isi dari amplop tersebut dan begitu juga dengan Natasha. Maka dari itu gadis itu segera membukanya dan apa yang mereka lihai. Dikeluarkan isinya, ternyata ada potongan gambar yang menunjukan seorang gadis muda, yang tampak seusia dengan mereka. "Siapa wanita ini?" tanya Natasha selepas isi amplopnya dikeluarkan. "Coba aku lihat, Kak." Nerisha segera mengambil potongan gambarnya. Dari raut dan tutur katanya. Sepertinya Ne
Sementara Nerisha dan Natasha sibuk dengan misi mereka, di sisi yang berbeda. Orion yang tengah berjalan sendiri selepas berbelanja di toko serbaguna, tiba-tiba dihadang oleh dua pria yang usianya lebih dewasa dari dirinya sendiri.Orion didorong ke sebuah gang sempit, yang diapit dua gedung bertingkat. Tidak ada yang bisa Orion lakukan, dia pasrah karena pastinya tidak ada satupun orang yang akan menolongnya."Hei, bocah! Berikan kami uang, atau kau tidak akan bisa keluar dari gang ini!" hadang keduanya pada Orion yang lugu itu."Maaf, Kak. Tapi saya tidak memiliki uang. Uang saya sudah habis untuk berbelanja," jelas Orion begitu ketakutan.Orion yang bertubuh tinggi itu merasa kecil k
Dari sudut lain, masih dihari yang sama. Nerisha dan Natasha masih berjuang untuk memecahkan satu persatu petunjuk dari misi mereka kali ini.Keduanya pergi bersama-sama ke sebuah gedung yang kemarin menjadi tempat diselenggarakannya konser besar dari TCN 721."Di mana kau bertemu dengan dia?"Natasha meminta Nerisha untuk mengingat kapan dan di mana dia berpapasan dengan gadis yang menjadi petunjuk kali ini.Dengan mengingat-ingat, Nerisha mencoba mengulang bagaimana kemarin dia bertemu dengan Bintang Kejora."Kemarin aku datang dari pintu barat itu, lalu aku sibuk bermain ponsel dan tentunya dengan barang-barang yang aku bawa membuatku sulit untuk melihat," ujar Nerisha menjelaskan kronologi kejadian beberapa saat lalu.
Keesokan harinya. Nerisha kembali sibuk dengan aktivitas sehari-harinya yaitu sekolah.Namun, ada yang berbeda dengan Nerisha hari ini. Di dalam kelasnya, gadis yang memang tidak suka bergaul itu tampak murung di tempat duduknya.Nerisha terlihat sedang banyak pikiran. Entah apa yang tengah mengganggu gadis berseragam SMA itu, sepertinya dia masih memikirkan kejadian kemarin.Tentu, waktu di mana foto Bintang, gadis yang menjadi misteri dalam kasus ini tiba-tiba bersinar ketika dia dan kakaknya hendak pulang.****Kemarin, di salah satu gang sempit yang terletak di sekitaran Distrik B04. Tanpa diketahui keduanya tiba-tiba
"Hei tunggu!"Natasha memanggil gadis yang hendak pergi jauh itu, sontak dia berjaket hitam menghentikan langkahnya, bersamaan dengan itu dia mengerutkan keningnya dan berbalik badan menatap Natasha serta Nerisha secara bersama-sama."Apa kau mengenal Bintang?" tanya Natasha diawal kalimatnya. Pertanyaan yang sempat Natasha utarakan beberapa saat lalu.Gadis berjaket hitam itu belum memberikan respon yang berarti apa-apa. Di waktu bersamaan dia membuka penutup kepalanya, menunjukan wajah asli di depan Nerisha dan Natasha secara langsung."Bintang?" Sebut serentak keduanya, sesaat setelah mendapati rupa gadis itu yang begitu mirip dengan Bintang. Meski sempat melihatnya tadi. Namun, Nerisha serta Natasha tidak bisa menutupi keterkejutannya.Tidak, itu memang Bintang, pikir keduanya yang membuka mulut lebar-lebar. Namun, tidak banyak kata yang dapat keluar."Lihat Kak, w
Berlanjut.Ruangan Sains-nya berhasil dibuka. Saat itu juga terdengar suara Nerisha yang menjerit. Hingga semua orang menjadi panik. Mereka berbondong-bondong untuk masuk, termasuk Orion yang berlari terlebih dahulu ke dalam."Nerisha!"Orion tiba terlebih dahulu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Nerisha duduk tersungkur di sana."Nerisha, kamu baik-baik saja?"Dia mendekap Nerisha yang tampak syok. Bagaimana dia tidak lemas? Di depan matanya terlihat seseorang yang tergeletak di atas lantai, dengan tubuhnya yang tengkurap disertai cairan berwarna merah yang tercecer di mana-mana."Ada apa? Mengapa kamu berteriak?" Guru Sains itu akhirnya tiba, belum sempat berkata lebih jauh dia sudah dikejutkan dengan sesosok tubuh yang tengkurap."Astaga, ada mayat. Bagaimana bisa terdapat mayat di ruangan ini?"Dia sama ikut terkejutnya dengan Nerisha yang sudah lebih dahulu
"Permisi. Permisi!"Nerisha menarik tangan Orion sampai keduanya hadir di tengah-tengah keributan yang ada.Gadis bertubuh mungil itu berdesakan dengan murid yang masih memadati area tersebut, kendati Nerisha tidak menyerah begitu saja dia tetap berjalan apa pun yang terjadi, sebelum akhirnya beberapa murid memberikan sedikit jalan pada gadis itu.Orion pun mengikutinya di belakang seperti bayi. Beberapa murid melihat kejadian tersebut dan berpikir bahwa terjalin suatu hubungan antara Nerisha dengan Orion. Namun, gadis itu menegaskan tidak ada hubungannya menarik tangan dengan perasaan, yang menurut sebagian orang mungkin bergejolak di dalam dada.Nana yang berada tidak jauh seketika mengepalkan kedua tangannya sambil membulatkan mata, meremas seragam sekolahnya sampai seseorang menegurnya."Kau cemburu dengan mereka?"Nana membalikan badan seketika itu juga aura kemarahannya terpancar jelas dari sorot mata. Murid yang tanpa seng
Sepuluh menit berselang, akhirnya Nerisha dan Orion berkumpul dengan murid lainnya. Nerisha mengerutkan dahinya saat mendapati ruangan Sains nyatanya terkunci.Guru yang bertugas berusaha menarik rantai yang melilit di daun pintu. Namun, rantai itu terpasang sebuah gembok yang sejak tadi tidak dapat dibuka. Orion ikut bertanya-tanya, bagaimanapun ruangan ini sudah lama tidak terpakai, tetapi gembok yang terpasang terlihat masih baru, seolah ada yang telah membukanya."Bagaimana, Pak? Apa bisa terbuka?" Salah satu murid bertanya sementara itu pria yang menjadi pengawas mereka berusaha untuk membuka gembok tersebut dengan segala cara. Nyatanya kunci yang dia bawa tidak cocok dengan gembok tersebut."Aku sedang berusaha. Kalian semua harap tenang. Jangan ada yang membuat keributan."Ada sekitar sepuluh anak kunci yang ada di tangannya. Namun, dari keseluruhan kunci yang ada, tidak ada yang berhasil melepaskan gembok itu dari sana.Nerisha yang b
Setelah diberi penjelasan serta pengertian pada akhirnya seluruh murid mau untuk belajar di ruang Sains seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kendatipun ada dari mereka yang merasa tidak nyaman.Para murid pun keluar dari kelas satu persatu, tanpa terkecuali Nerisha dan Nana, meskipun menjadi teman satu kelas. Akan tetapi, Nana kerap kali menyusahkan Nerisha tanpa alasan jelas. Termasuk yang terjadi sekarang.Nana, mendadak menghentikan langkahnya dan menghadang Nerisha di depannya."Hey, kamu! Gadis tidak tahu diri!"Nana menarik tangan Nerisha dengan kasar, mendorongnya cepat ke sisi tembok sontak membuat Nerisha membulatkan matanya."Nana!"Nerisha yang sedari tadi diam saja mendadak mengeluarkan suaranya, merasa kesal atas tindakan Nana yang sangat tidak sopan."Iya, memang kenapa jika aku membentakmu? Apa kamu ingin
Nerisha menyantap hidangan sarapan dengan lahap, sampai tidak ada satu butir nasi yang tersisa di piringnya. Dia menghapus noda makanan yang menempel di bagian tepi bibir dengan selembar tisu, setelah itu Nerisha meraih ransel yang ada di belakang kursi.Gadis berseragam SMA di salah satu sekolah elit itu berpamitan dengan kedua orang tuanya dan Natasha melakukan hal yang sama dengan adiknya.Natasha segera masuk mobil dan disusul Nerisha yang langsung duduk di tempatnya. Mesin mobil dinyalakan dan Natasha lah yang mengendalikan mobil tersebut.Perjalanan menuju sekolah Nerisha memakan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi jalan raya yang tidak macet.***"Dah, Kakak. Hati-hati di jalan, jangan mengebut," pesan Nerisha yang telah turun dari mobil."Baiklah. Kau juga, jaga dirimu baik-baik. Beritahu Kakak andai terjadi sesuatu. Mengerti?"Dari balik jendela mobil, Natasha melambaikan tangan dan hal sama dilakukan Nerisha.
"Tidak!"Nerisha berteriak dengan keras, wajahnya pucat pasif dan keringat bercucur deras membasalah seluruh tubuh. Napasnya terengah-engah. Dia baru saja terbangun dari mimpi buruk yang seolah nyata."Apa yang sedang terjadi tadi, yang aku lihat dalam mimpiku itu? Siapa gadis itu dan seseorang yang memakai topeng di sana? Mengapa dia membawa pisau dan gunting, untuk apa itu semua? Lalu, gadis itu ….""Kejadian seperti apa, yang aku lihat di dalam mimpi? Sebenarnya siapa gadis itu? Mengapa dia dan orang itu bisa hadir dalam mimpiku dalam waktu yang bersamaan? Dengan alasan apa seseorang ingin melukai gadis itu?"Nerisha meraih gelas berisi air yang ada di atas nakas, meneguknya sampai tak tersisa. Dia berusaha menjernihkan pikirannya yang kacau akibat mimpi yang tak pernah terjadi sebelumnya."Nerisha, apa kamu sudah bangun?"Ketika Nerisha yang masih berpikir. Natasha datang dari ruangan lain, membuka
! Ha! Ha!Seorang remaja putri berseragam SMA dan berlapis switer merah muda tampak tengah berlari di antara lorong-lorong sekolah yang gelap dan sunyi.Terlihat jelas wajah gadis memakai rompi sekolah itu yang begitu pucat dan ketakutan. Sesekali dia melihat ke belakang untuk memastikan apa orang aneh yang sama sekali tidak dikenalnya masih mengejar atau tidak di belakang."Ingin lari kemana, kau! Jangan coba-coba lari dariku, anak manis!"Suara itu terdengar begitu mengerikan di telinga ditambah dengan keadaan sekitar yang gelap gulita menambah kesan seram dan menakutkan bagi remaja cantik itu. Serta membuatnya kian frustasi karena harus terus berlari tanpa henti."Tolong, siapapun! Tolong selamatkan diriku dari dia! Orang itu ingin membunuhku, tolong!"Sekuat
Dua gadis manis dengan penuh harapan mencoba menelusuri setiap jalan yang ada di tempat konstruksi pembangunan tersebut. Tanpa peduli Bintang ada atau tidak keduanya tidak menyerah begitu saja, meski waktu terus berlalu dengan cepat."Bintang! Di mana kamu? Jika kamu mendengar suara ini, tolong beri isyarat pada kami!""Bintang! Aku tahu jika kamu ada di sini, tapi aku mohon tunjukan dirimu, Bintang!"Natasha dan Nerisha bergantian memanggil Bintang yang entah di mana keberadaannya? Tanpa terasa sudah hampir satu jam keduanya menghabiskan waktu untuk menjelajah area tersebut dan belum menemukan hasilnyaSementara keduanya sedang kebingungan mencari keberadaan Bintang yang kemungkinan besar tidak ada di sana. Namun, nyatanya memercayai firasat tidak buruk kemungkinan ada benarnya juga.Benar sekali, yang Nerisha rasakan tidak seutuhnya salah. Bintang memang ditahan di tempat Konstruksi ini. Mengapa juga Nerisha
Dari kisah yang diutarakan Bulan ketika pertemuan kemarin, membuat Nerisha tak berhenti memikirkannya. Bahkan saat sedang belajar, gadis yang masih duduk di bangku sekolah itu masih memikirkan bagaimana nasib Bintang yang jauh dan tanpa kabar rimbanya?Sampai sekarang dia dan Natasha belum dapat menemukan di mana keberadaan Bintang? Mereka hanya tahu, penculik itu mengatakan "Konstruksi Pembagunan" tetapi di mana itu?Negera ini luas dan letak kotanya juga begitu beragam, berarti ada banyak "Konstruksi Pembangunan" yang tersebar di setiap penjuru kotanya. Pertanyaannya Konstruksi Pembangunan yang mana?Hal itu terus mengganggu pikiran Nerisha. Sampai gadis yang memiliki IQ tinggi itu tidak dapat fokus di sekolahnya, hanya karena keberadaan Bintang yang belum diketahui secara pasti."Nerisha!" Orion datang untuk menegurnya. Pemuda yang sedari tadi memperhatikan Nerisha merasa ada hal aneh pada gadis itu