Mereka sudah pergi dari desa dan sedang menuju ke tujuan mereka yaitu sekte Tebasan Mengalir. Xie Xie terus saja menempel dengan Liu Heng. Itu membuat Zu Yong sangat kesal. Kalau saja tidak ada Zie Du, pasti akan ada pertarungan di sana.
Ziu De tahu akan hal itu, tetapi dia diam saja. Dia tidak ingin ada keributan sama sekali. Dia masih sangat menyayangkan Liu Heng tidak bisa berkultivasi padahal dia sangat berbakat dalam ilmu berpedang.
“Berhenti!” teriak seseorang dari luar kereta kuda.
Ziu De mengerutkan keningnya. Dia ingin turun, tetapi Zu Yong berdiri lebih dulu.
“Biarkan aku saja!” ucap Zu Yong dengan tegas. Dia melirik ke arah Xie Xie.
“Apa kau yakin?” tanya Ziu De. Dia tidak ingin membiarkan calon muridnya dalam masalah hanya karena urusan cinta.
“Jangan cemas, Guru. Aku pasti akan mengalahkan mereka.”
“Baiklah kalau begitu,” ucap Ziu De menyetujui keputusan Zu Yong.
Zu Yong langsung melompat turun, dia juga langsung menarik pedangnya dengan penuh amarah. Ketika dia melihat ke arah para bandit. Zu Yong langsung kaget, wajahnya sedikit memucat. Ada sepuluh bandit di depannya. Wajah mereka sangat mengerikan dan brutal.
“Kau yakin?” tanya Zie Du sekali lagi.
Dia juga ikut turun dari kereta kuda. Dia tidak mungkin membiarkan muridnya dalam masalah. Liu Heng juga ikut turun bersama dengan Xie Xie. Mereka hanya akan melihat saja. Tidak ada niat di hati Liu Heng untuk membantu Zu Yong.
‘Aku yakin!” teriak Zu Yong. Di melihat kalau Xie Xie sedang menatap ke arah dirinya. Itu membuatnya bersemangat. Dia tidak ingin kalah.
Zu Yong sudah bersiap dengan pedangnya di tangannya. Para Bandit hanya saling melirik satu sama lain. Tidak ada yang ingin maju melawan Zu Yong. Bukan karena takut, tetapi itu tidak menantang sama sekali.
“Kau majulah!” pinta salah satu dari mereka. Dia adalah ketua bandit itu. Dia memiliki wajah yang lebih tenang dan lebih enak dipandang bila dibandingkan dengan yang lainnya. Kalau masalah tampan tentu saja tidak.
Bandit yang ditunjuk itu pun maju dua langka. Dia berdecak kesal.
“Majulah kalian semua!” teriak Zu Yong. “Aku akan mengalahkan kalian semua.”
“Kau terlalu percaya diri bocah. Kau hanya di tahap penempaan tulang ke 2. Itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan karena waktu seumur denganmu aku sudah berada di tahap penempaan tulang ke 3. Jadi, jangan bangga dengan bakat jelek itu,” hina ketua bandit.
“Jangan banyak omong!” teriak Zu Yong. Dia langsung menyerang ingin menyerang ketua bandit itu, tetapi bandit yang tadi langsung menghadangnya. Serangan Zu Yong dengan mudah dia tangkis.
“Lawanmu adalah aku bocah,” ucap bandit itu. Dia berada di tahap penempaan tulang ke 4 sama seperti Xie Xie.
Setiap kali Zu Yong menyerang. Bandit itu bisa menangkisnya dan bahkan bisa menyerang balik yang dapat membuat Zu Yong tersudut. Zu Yong bukan hanya kalah dalam hal tingkat kultivasi, tetapi dia juga kalah dalam hal pengalaman.
“Menurut mu apa yang salah dari gerakan Zu Yong?” tanya Ziu De.
Liu Heng menoleh sebentar sebelum akhirnya dia memperhatikan pertarungan Zu Yong dan bandit itu. Liu Heng baru ingin berbicara, tetapi Xie Xie lebih dulu memberikan pendapatnya.
“Gerakannya masih kacau. Masih banyak yang harus diperbaiki mulai dari kuda-kuda, cara menangkis, cara mengayunkan pedang dan masih banyak lagi. Dasar ilmu pedang milik Zu Yong masih belum sempurna,” ungkap Xi Xie. Zie De kaget. “Itu yang kak Liu Heng katakan padaku.”
Zie De kagum. Dia tersenyum karena apa yang Xie Xie katakan itu benar. Bisa dikatakan kalau ilmu pedang Zu Yong masih sangat berantakan. Gerakannya hanya seperti gerakan asal-asalan saja. Itulah yang membuatnya bisa dikalahkan oleh Liu Heng.
“Apa Heng’’er yang mengajarimu?” tanya Zie Du.
Liu Heng kaget dengan penyebutan namanya, tetapi dia senang karena dia diakui.
“Kak Heng yang mengajari ku. Setiap hari dia selalu mengajariku. Dia mengatakan kalau wanita tidak boleh lemah karena kalau kau lemah, maka kau akan diperlakukan dengan tidak adil,” jawab Xie Xie.
“Bukankah kau lebih tua daripada Heng’er, tetapi kenapa kau memanggilnya kakak?” tanya Zie Du. Dia penasaran dengan hal itu. Dia sangat yakin kalau Liu Heng lebih mudah satu tahun daripada Xie Xie. Sebenarnya Zie Du tidak yakin kalau Liu Heng masih berumur sembilan tahun.
Wajah Xie Xie memerah, “Aku memang lebih mudah, tetapi dari segi apa pun kak Heng lebih hebat. Dia lebih pintar, dia lebih berpengetahuan, dia lebih dewasa, dia lebih hebat bela diri dan banyak lagi. Aku merasa tidak pantas memanggilnya dengan sebutan adik. Apalagi dia mengajari aku banyak hal mulai dari bela diri, ilmu pedang, cara berbicara sopan atau cara membuat orang kesal,” jawab Xie Xie.
Zie Du merasa yang dikatakan Xie Xie di akhir kalimatnya, itu tidak terlalu penting.
“Kau menyukai Heng’er?” tanya Zie Du. Xie Xie mengangguk tanpa ragu sama sekali. “Dia tidak bisa mencapai puncak kultivasi. Apa kau masih ingin bersama dengannya?” tanya Zie Du lagi.
“Kak Heng pasti akan mencapai puncak. Aku yakin dia akan menjadi cultivator terkuat di dunia.” Xie Xie tidak ragu mengatakannya.
“Di sekte banyak yang lebih berbakat daripada Liu Heng dan mereka juga lebih kaya dan keluarga mereka juga sangat berpengaruh. Aku yakin dengan bakat mu serta wajah cantik mu. Itu pasti akan membuat banyak anak di sekte akan menyukaimu,” ucap Zie Du. Apa yang dia katakan itu benar.
“Aku tidak akan berpaling,” jawab Xie Xie dengan wajah yang penuh keyakinan.
Jawaban itu membuat wajah Liu Heng memerah.
Zie Du tersenyum, tetapi di lubuk hatinya dia tidak yakin itu akan terjadi. bukan karena Xie Xie yang berpaling, tetapi pasti ada anak yang memaksa Xie Xie untuk menjadi miliknya denga cara apa pun termasuk mengandalkan pengaruh orang tuanya. Apalagi Xie Xie hanya anak gadis biasa yang tidak memiliki latar belakang.
“Aku harap begitu,” batin Zie Du.
Zu Yong yang sedang bertarung, dia sudah terluka di beberapa bagian tubuhnya. Dia sudah kelelahan. Dengan cepat Zie Du menghentikan Zu Yong. Dia yang akan turun tangan langsung. Zu Yong tidak terima, tetapi dengan satu totokkan Zu Yong langsung pingsan. Feng Xi langsung membawa Zu Yong menjauh.
“Kau akhirnya turun juga!” ucap ketua bandit itu. Dia sudah menanggu sejak awal.
“Siapa yang menyuruh mu? Jangan pura-pura tidak tahu. Kau pasti diutus oleh seseorang untuk mencelakakan ku. Katakan siapa orang itu!” bentak Zie De.
“Ternyata kau cukup cerdas.” Ketua bandit itu tersenyum. “Aku akan memberitahunya kalau kau berhasil mengalahkan ku,” tantangnya.
“Kau bukan lawanku,” ucap Zie Du. Dia sudah berada pada tahap alam surga ke satu. Itu tidak terlalu bisa dibanggakan karena Zie Du tidak bisa dibilang jenius yang luar biasa. Dia hanya di atas rata-rata sedikit. Jabatannya juga hanyalah guru murid luar. Sedangkan, musuhnya sekarang ada pada tahap alam bumi tahap akhir. Tidak lama lagi dia akan masuk ke dalam alam langit. Perbedaan yang cukup jauh. Jurus tetesan air tenang Benar saja beberapa menit kemudian ketua bandit itu mendapat tebasan di bagian bahunya. Tebasan itu cukup dalam. Membuatnya kesakitan. Dia mencoba sekali lagi, tetapi berakhir sama. Merasa tidak bisa mengalahkan Zie Du sendirian, dia pun memerintahkan bawahannya untuk membantu. Jurus tetesan air tenang memiliki tiga bentuk perubahan dan yang dilakukan oleh Zie Du sekarang adalah bentuk pertama yaitu Air Membela Batu. Gerakannya lembut, tetapi pada bagian tertentu sangat kasar dan mematikan. “Aku terlalu meremehkan dirinya,” keluh ketua bandit itu. Permainan peda
“Apa yang kalian lakukan di sini?” bentak Zou Cheng.Dia sangat marah karena hampir semua murid wanita sedang berkumpul di depan pintu masuk. Tidak ada yang berani masuk karena mereka takut dengan Jue Die. Mereka hanya menunggu di sana sambil berharap kalau rumor tentang pria berwajah giok itu benar-benar muncul. Informasi itu menyebar sangat cepat seperti lalat.Para murid wanita yang ada di baris belakang hanya menatap Zou Chang sebentar, tetapi beberapa detik kemudian mereka langsung memalingkan pandangannya. Mereka kembali fokus dengan pintu masuk dapur.Zou Cheng marah, tetapi harga dirinya tidak bisa membuatnya memukul seorang perempuan. Dia kemudian menoleh ke arah bawahannya. Zou Cheng memiliki beberapa bawahan yang selalu mengikuti dirinya. Mereka sebenarnya tidak begitu suka dengan Zou Cheng, tetapi mereka butuh. Zou Cheng adalah anak dari tetua murid dalam, tetapi karena dia tidak terlalu berbakat. Dia tidak bisa masuk ke dalam sekte bagian dalam. Dia hanya bisa menjadi mur
Semua orang langsung menoleh ke asal suara dan terlihat seoarang gadis yang memiliki tubuh yang kecil sedang berjalan ke arah Liu Heng. Wajah gadis itu sangat memerah. Dia sangat marah sampai mengepalkan tangannya.“Ah, Xie’er apa ada yang salah?” tanya salah satu murid yang menyiksa Liu Heng.Sudah satu minggu dia berlatih di bawah bimbingan Ziu Du dan sekarang dia sudah berada di tahap penempaan tulang 5. Sebentar lagi dia akan masuk ke tahap fondasi qi. Perkembangannya terbilang cepat.“Jangan ganggu kak Liu Heng lagi!” ucap Xie Xie. Dia membantu Liu Heng membersihkan pakaian kotor miliknya. “Jangan sok akrab denganku!” tambah Xie Xie. Dia tidak suka ada yang memanggilnya dengan Xie’er.“Apa bagusnya bocah cacad seperti dirinya? Dia tidak memiliki masa depan sama sekali. Paling-paling dia akan menjadi tukang kuda atau petani. Tidak akan lebih baik dari itu,” hina mereka. Mereka tertawa.
Jue Die kemudian meminta Liu Heng untuk mempraktikkan kembali jurusnya. Sekali lagi Jue Die terkagum-kagum dengan apa yang Liu Heng gerakkan. Ilmu berpedang Liu Heng sudah setara dengan Ahli pedang. Sangat halus dan tajam, tetapi sayangnya Liu Heng tidak akan bisa naik ke tahap ilmu pedang yang selanjutnya yaitu tahap jiwa pedang.Untuk mencapai tahap jiwa pedang. Seseorang harus bisa berkultivasi karena pada tahap jiwa pedang harus menggunakan qi. Pada tahap ini pengguna pedang bisa mengubah apa pun menjadi pedang termasuk kayu atau ketiadaan. Itu adalah tahap yang sulit dicapai. Masih ada dua tahap lagi di atas tahap jiwa pedang, tetapi itu hanya bisa dikuasai oleh pendekar pedang dengan kultivasi yang tinggi. Sesuatu yang tidak mungkin bisa Liu Heng capai.Untuk anak seusia dirinya, tidak ada yang pernah mencapai tahap ahli pedang bahkan di sekte besar sekalipun. Biasanya anak seusia Liu Heng mereka hanya akan belajar dasar ilmu pedang saja. Itu pun belum sempurna.
Setelah mendapatkan buku dasar Alchemy, dia langsung kembali ke dapur. Dia melakukan tugas harian seperti biasanya. Dia membuat makanannya untuk makan siang. Setelah semua tugas telah selesai. Dia pun langsung ingin pergi ke hutan di dekat sekte.Beberapa hari belakangan dia menemukan tempa yang tidak terjaga dan bisa digunakan sebagai tempat untuk keluar dari sekte tanpa ketahuan. Tepat ketika Liu Heng ingin pergi, Jue Die memegang bahunya.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Jue Die.“Aku ingin belajar Alchemy,” jawab Liu Heng dengan santai.“Kau belajar Alchemy? Apa kau tidak tahu kalau untuk memahami Alchemy membutuhkan otak yang cerdas dan juga kau harus memiliki kultivasi yang cukup tinggi serta kau harus memiliki roh api untuk mempermudah segalanya,” ucap Jue Die. Dia meragukan Liu Heng.Dengan kemampuan Liu Heng yang sekarang, yang bahkan belum belajar kultivasi untuk belajar alchemy adalah kemustahilan. U
“Apa yang kau lakukan dengan buku alchemy itu?” tanya Bai Linjue. Bai Linjue sedang duduk di depan Liu Heng. Dia seperti anak kecil yang penuh dengan rasa penasaran. Wajahnya terlihat sangat imut, tetapi Liu Heng tidak sadar akan hal itu. Dia terlalu sibuk dengan buku yang dia baca.“Kau buta atau apa? Kau bisa lihat sendiri apa yang aku lakukan. Masih saja bertanya,” keluh Liu Heng. Dia sebenarnya masih agak kesal kepada Bai Linjue yang menghentikan dirinya ketika dia ingin mencoba obat yang dia buat. “Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau seharusnya berlatih?”“Kenapa kau marah denganku?” protes Bai Linjue.“Aku tidak marah. Aku hanya mempertanyakan fungsi mata yang kau miliki,” ketus Liu Heng.Mereka saling menatap satu sama lain. Mereka sama-sama keras kepala, tetapi pada akhirnya Bai Linjue yang mengalah. Dia tidak bisa terlalu lama menatap wajah Liu Heng. Itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Bai Linjue menarik napas dan menghembuskannya
Keesokan harinya Liu Heng datang ke tempat yang sama. Dia kembali ingin mencoba meracik obat yang lainnya. Sebelum dia mulai mencari, Liu Heng melirik ke kiri dan ke kanan. Dia berharap kalau Bai Linjue tidak kembali lagi. “Apa yang terjadi dengan tanganmu?” Liu Heng langsung menghela napas berat. Dari nada dan cara bicara. Dia tahu siapa yang baru saja bertanya dengannya. Dia pun membalik badan dan ternyata apa yang dia duga benar. Itu adalah Bai Liunjue. “Jangan bilang kau membakar tanganmu sendiri?” Bai Linjue langsung memegang tangan Liu Heng yang sudah dibalut dengan kain. “Aku tidak menyangka ada orang gila seperti ini. Apa kau tidak merasa sakit?” Liu Heng kemudian melepaskan kain yang membalut tangannya. Terlihat kalau luka bakar itu sudah mengering. Lebih tepatnya sudah sembuh. Yang tersisa hanyalah bekas luka bakarnya saja. Liu Heng kemudian mengoleskan obat pemutih kulit yang dia buat. “Ini akan baik-baik saja,” jawab Liu Heng. “Kau tahu sendiri kalau aku tidak mencoba
Pria itu ingin menyerang Liu Heng, tetapi dengan sedikit gerakan. Dia berhasil menghindar dan langsung memotong tangan pria itu. Tidak hanya itu, dia juga langsung menusuk perut pria itu lagi. Itu membuat pria itu terjatuh dan tidak sadarkan diri lagi. Dia tewas di tangan Liu Heng. Liu Heng tidak puas hanya sampai di sana. Dia kemudian memotong leher pria itu sampai putus. "Kau terlalu kejam," keluh kakek yang tadi. Dia melihat apa yang Liu Heng lakukan. Memotong kepala orang yang sudah tewas itu terlalu berlebihan. "Tidak ada yang bisa menjamin kalau dia benar-benar sudah tewas," jawab Liu Heng. "Kau gila," ungkap Kakek itu. Liu Heng kemudian mengambil kitab tadi dan memasukkannya ke dalam bajunya. Dia juga mengangkat tubuh Kakek itu dan menyandarkan tubuhnya ke pohon yang tidak jauh dari sana. Awalnya Kakek itu cemas kala Liu Heng adalah orang yang ingin mengambil kitab miliknya, tetapi setelah Liu Heng mengembalikan kitab itu. Kakek itu tersenyum. "Kau adalah anak yang baik,"