Pria itu ingin menyerang Liu Heng, tetapi dengan sedikit gerakan. Dia berhasil menghindar dan langsung memotong tangan pria itu. Tidak hanya itu, dia juga langsung menusuk perut pria itu lagi. Itu membuat pria itu terjatuh dan tidak sadarkan diri lagi. Dia tewas di tangan Liu Heng. Liu Heng tidak puas hanya sampai di sana. Dia kemudian memotong leher pria itu sampai putus. "Kau terlalu kejam," keluh kakek yang tadi. Dia melihat apa yang Liu Heng lakukan. Memotong kepala orang yang sudah tewas itu terlalu berlebihan. "Tidak ada yang bisa menjamin kalau dia benar-benar sudah tewas," jawab Liu Heng. "Kau gila," ungkap Kakek itu. Liu Heng kemudian mengambil kitab tadi dan memasukkannya ke dalam bajunya. Dia juga mengangkat tubuh Kakek itu dan menyandarkan tubuhnya ke pohon yang tidak jauh dari sana. Awalnya Kakek itu cemas kala Liu Heng adalah orang yang ingin mengambil kitab miliknya, tetapi setelah Liu Heng mengembalikan kitab itu. Kakek itu tersenyum. "Kau adalah anak yang baik,"
Keesokan harinya. Liu Heng dan Jue Die memisahkan diri dari orang lain. Jue Die mengajak Liu Heng untuk masuk ke tempat miliknya. Ketika masuk ke sana ada sebuah batu besar yang bagian atasnya seperti terpotong.Liu Heng belum pernah masuk ke kediaman Jue Die karena Jue Die terkenal dengan orang yang suka marah-marah dan terkenal tegas dan kejam.Liu Heng tidak menyangka kalau di kediaman Jue Die sangatlah indah. Kolam kecil dengan sebuah pohon kecil di bagian sudut itu sangat indah. Terlihat sangat disimpel, tetapi itulah yang membuatnya indah. Apalagi ada suara air mengalir yang sangat pelan. Itu membuat suasana menjadi lebih tenang dan menenangkan."Aku tidak menyangka kau memiliki tempat seperti ini," ucap Liu Heng. Beberapa saat kemudian dia langsung mendapat pukulan di kepalanya."Duduklah di sana!" ucap Jue Die sambil menunjuk ke arah batu yang terpotong yang pertama kali mencuri perhatian Liu Heng. Bagian bawah batu itu terdapat lumut hijau. Liu Heng pun berjalan ke arah batu
Keesokan harinya Liu Heng melakukan hal yang sama. Dia tidak tidur semalaman karena terus memperkuat dirinya dan melakukan pernapasan secara berulang kali. Dia pun sudah berada pada tahap penempaan tulang ke 2.Itu adalah hasil yang luar biasa untuk seorang pemula. Jue Die belum tahu karena dia tidak ada di sana ketika Liu Heng naik tingkat. Kalau saja dia tahu, maka dia akan terkejut. Dia pasti akan sangat senang karena ternyata Liu Heng berbakat hanya saja merdiannya yang cacad.Setelah selesai dengan semua yang dia lakukan. Dia pergi ke paviliun alchemy. Dia akan bertemu dengan Xing Rue yang pernah dia tipu. Liu Heng dengan polosnya meletakkan buku dasar alchemy itu di meja."Aku mengembalikan buku yang aku pinjam sebelumnya," ucap Liu Heng dengan sangat santainya.Xing Rue mantapnya dengan tatapan tajam. Dia mengambil buku itu dan berusaha mengabaikan Liu Heng. Dia pun kembali membaca buku yang sedang dia baca. Dia sedang membaca buku alchemy juga."Apa kau boleh melihat buku itu
Liu Heng mengehela napas, dia sudah tahu kalau ini akan terjadi, tetapi dia masih ingin berdamai saja. Dia malas berurusan dengan murid yang sebenarnya bisa dia kalahkan. Dia dipukuli karena dia tidak ingin keributan saja. Kali ini dia ingin cepat pergi dari sana. Dia juga ingin mencoba seberapa besar perubahan kekuatan tang dia miliki dan ini adalah cara yang tepat."Aku sudah memperingati kalian!" ucap Liu Heng. Beberapa orang tertawa keras. Mereka meremehkan Liu Heng. Beberapa hari yang lalu mereka baru saja memukul Liu Heng sampai babak belur. Itu tidak akan ada bedanya dengna hari ini. Mereka sangat percaya diri. "Aku suka dengan omong kosong itu," ejek salah satu dari murid yang ingin membully Liu Heng. Baru selesai mengatakan itu, tiba-tiba saja seseorang memegang wajahnya dan dengan satu kali gerakan, kepalanya pun dihempaskan ke tanah. Itu membuat murid itu langsung tidak sadarkan diri. Kepala bagian belakangnya berdarah karena terbentur dengan tanah. Benturan yang kuat.
Setelah mengalahkan semua orang murid yang menghalangi dirinya. Liu Heng pun pergi pergi dari sana. Dia kembali ke tempat biasa dia kunjungi. Dia pun duduk dan membaca buku yang baru saja dia pinjam. Baru duduk beberapa detik, dia langsung merasakan keberadaan orang yang tidak ingin dia temui. Bai Linjue pun ikut duduk dan ikut membawa buku yang Liu Heng pegang. Liu Heng menghela napas. "Kenapa kau datang lagi?" tanya Liu Heng. "Kau harusnya bersyukur karena gadis cantik seperti diriku bersedia menemani dirimu. Kau harusnya bersyukur bukannya mengeluh seperti anak kecil," protes Bai Linjue. Dia mengembungkan pipinya. Dia memalingkan pandangannya. Liu Heng hanya melirik dan dia langsung kembali fokus dengan buku yang baru dia dapatkan. Dia tidak terlalu peduli dengan urusan wanita. Apalagi dia juga sudah memiliki Xie Xie. Liu Heng rasa cukup dengan itu. Meski, dia selalu berusaha menganggap Xie Xie sebagai adik sendiri. Plaaak!Tiba-tiba saja wajah Liu Heng ditampar oleh Bai Linjue
Tidak lama kemudian Bai Linjue kembali dari tugasnya mencari tanaman obat. Liu Heng sudah menunggu sejak beberapa saat yang lalu. Ketika Bai Linjue kembali ke tempat pertemuan, Liu Heng melirik Bai Linjue dengan lirikan tajam. "Apa maksud dari lirikan bodoh itu? Dan kenapa aku melakukan ini?" keluh Bai Linjue. Dia baru sadar kalau dia seperti bawahan Liu Heng yang bisa disuruh-suruh dengan mudah. Dia baru sadar beberapa saat yang lalu, tetapi dia tetap melanjutkan apa yang Liu Heng perintahkan. Bai Linjue melempar semua yang dia dapat ke depan Liu Heng. "Ambil itu semua!" bentak Bai Linjue. "Aku tidak asal memberimu perintah. Aku meminta kau melakukan itu karena aku memiliki tujuan. Aku sedang mengajarimu tentang tenaman obat. Kau harusnya berterima kasih karena aku telah memberikan pelajaran secara gratis," kilah Liu Heng. Tentu saja jawaban itu baru saja terpikirkan oleh Liu Heng beberapa saat yang lalu. Dia tidak ada niat seperti itu. Dia memerintahkan Bai Linjue pergi mencari
Setiap hari Liu Heng melakukan latihan dan terus saja berkultivasi. Selain itu dia juga tidak lupa belajar tentang alcemist. Dia tidak akan lupa untuk belajar alcemist karena Liu Heng sangat tertarik dengan itu. Bai Linjue juga membantu Liu Heng latih tanding. Pertarungan mereka cukup sengit. Meski, akhirnya Bai Linjue yang sering menang karena dia memang lebih kuat. Bagaimana pun tingkat kultivasi cukup berpengaruh. "Aku lupa kau besok akan ikut turnamen untuk murid tingkat penempaan tulang. Semoga kau menang," ucap Bai Linjue. Dia pun bangun dan membalik badan. Bai Linjue tersenyum ke arah Liu Heng. "Aku yakin kau akan menang. Pukul mereka semua sampai mereka menangis," tambah Bai Linjue. Liu Heng balik tersenyum. Dia pun bangun dan langsung berlagak sombong dengan meletakkan kedua tangannya dipinggang. Liu Heng juga yakin dia yang akan menang. Melihat itu Bai Linjue tersenyum dan tertawa kecil. "Kau memang lucu," ucap Bai Linjue. "Aku belum berterima kasih padamu. Aku tidak pu
Tingkat kultivasi itu terdiri dari 7 tahap yaitu dimulai dengan tahap Penempaan tulang (1-5), Fondasi Qi (1-5), Alam Awal (1-5), Alam Bumi (1-9), Alam Langit (1-9), Alam Surga (1-9), dan terakhir adalah Surga Abadi(1-9).Itu adalah tujuh tahap kultivasi yang harus dilewati untuk menjadi cultivator terkuat di dunia. Sudah ada yang mencapai tahap tertinggi dan mereka dapat dihitung dengan jari. Mereka yang sudah mencapai tahap tertinggi adalah para pemimpin sekte besar, clan besar atau beberapa petinggi di kekaisaran.Mereka yang sudah mencapai tahap tertinggi sangat dihormati karena mereka sangat kuat dan luar biasa. Di dunia ini yang kuat adalah yang berkuasa. Dengan kekuatan mereka bisa mendapatkan dan melakukan apa pun yang mereka inginkan. Sungguh tragis, tetapi itu adalah kenyataannya.Hari yang sudah ditunggu pun tiba. Turnamen untuk murid yang berada di tahap Penempaan Tulang pun dimulai. Pada pagi harinya Liu Heng masih sempat berlatih lebih dulu. Dia sekarang berada di tahap Pe