Liu Heng mengehela napas, dia sudah tahu kalau ini akan terjadi, tetapi dia masih ingin berdamai saja. Dia malas berurusan dengan murid yang sebenarnya bisa dia kalahkan. Dia dipukuli karena dia tidak ingin keributan saja. Kali ini dia ingin cepat pergi dari sana. Dia juga ingin mencoba seberapa besar perubahan kekuatan tang dia miliki dan ini adalah cara yang tepat."Aku sudah memperingati kalian!" ucap Liu Heng. Beberapa orang tertawa keras. Mereka meremehkan Liu Heng. Beberapa hari yang lalu mereka baru saja memukul Liu Heng sampai babak belur. Itu tidak akan ada bedanya dengna hari ini. Mereka sangat percaya diri. "Aku suka dengan omong kosong itu," ejek salah satu dari murid yang ingin membully Liu Heng. Baru selesai mengatakan itu, tiba-tiba saja seseorang memegang wajahnya dan dengan satu kali gerakan, kepalanya pun dihempaskan ke tanah. Itu membuat murid itu langsung tidak sadarkan diri. Kepala bagian belakangnya berdarah karena terbentur dengan tanah. Benturan yang kuat.
Setelah mengalahkan semua orang murid yang menghalangi dirinya. Liu Heng pun pergi pergi dari sana. Dia kembali ke tempat biasa dia kunjungi. Dia pun duduk dan membaca buku yang baru saja dia pinjam. Baru duduk beberapa detik, dia langsung merasakan keberadaan orang yang tidak ingin dia temui. Bai Linjue pun ikut duduk dan ikut membawa buku yang Liu Heng pegang. Liu Heng menghela napas. "Kenapa kau datang lagi?" tanya Liu Heng. "Kau harusnya bersyukur karena gadis cantik seperti diriku bersedia menemani dirimu. Kau harusnya bersyukur bukannya mengeluh seperti anak kecil," protes Bai Linjue. Dia mengembungkan pipinya. Dia memalingkan pandangannya. Liu Heng hanya melirik dan dia langsung kembali fokus dengan buku yang baru dia dapatkan. Dia tidak terlalu peduli dengan urusan wanita. Apalagi dia juga sudah memiliki Xie Xie. Liu Heng rasa cukup dengan itu. Meski, dia selalu berusaha menganggap Xie Xie sebagai adik sendiri. Plaaak!Tiba-tiba saja wajah Liu Heng ditampar oleh Bai Linjue
Tidak lama kemudian Bai Linjue kembali dari tugasnya mencari tanaman obat. Liu Heng sudah menunggu sejak beberapa saat yang lalu. Ketika Bai Linjue kembali ke tempat pertemuan, Liu Heng melirik Bai Linjue dengan lirikan tajam. "Apa maksud dari lirikan bodoh itu? Dan kenapa aku melakukan ini?" keluh Bai Linjue. Dia baru sadar kalau dia seperti bawahan Liu Heng yang bisa disuruh-suruh dengan mudah. Dia baru sadar beberapa saat yang lalu, tetapi dia tetap melanjutkan apa yang Liu Heng perintahkan. Bai Linjue melempar semua yang dia dapat ke depan Liu Heng. "Ambil itu semua!" bentak Bai Linjue. "Aku tidak asal memberimu perintah. Aku meminta kau melakukan itu karena aku memiliki tujuan. Aku sedang mengajarimu tentang tenaman obat. Kau harusnya berterima kasih karena aku telah memberikan pelajaran secara gratis," kilah Liu Heng. Tentu saja jawaban itu baru saja terpikirkan oleh Liu Heng beberapa saat yang lalu. Dia tidak ada niat seperti itu. Dia memerintahkan Bai Linjue pergi mencari
Setiap hari Liu Heng melakukan latihan dan terus saja berkultivasi. Selain itu dia juga tidak lupa belajar tentang alcemist. Dia tidak akan lupa untuk belajar alcemist karena Liu Heng sangat tertarik dengan itu. Bai Linjue juga membantu Liu Heng latih tanding. Pertarungan mereka cukup sengit. Meski, akhirnya Bai Linjue yang sering menang karena dia memang lebih kuat. Bagaimana pun tingkat kultivasi cukup berpengaruh. "Aku lupa kau besok akan ikut turnamen untuk murid tingkat penempaan tulang. Semoga kau menang," ucap Bai Linjue. Dia pun bangun dan membalik badan. Bai Linjue tersenyum ke arah Liu Heng. "Aku yakin kau akan menang. Pukul mereka semua sampai mereka menangis," tambah Bai Linjue. Liu Heng balik tersenyum. Dia pun bangun dan langsung berlagak sombong dengan meletakkan kedua tangannya dipinggang. Liu Heng juga yakin dia yang akan menang. Melihat itu Bai Linjue tersenyum dan tertawa kecil. "Kau memang lucu," ucap Bai Linjue. "Aku belum berterima kasih padamu. Aku tidak pu
Tingkat kultivasi itu terdiri dari 7 tahap yaitu dimulai dengan tahap Penempaan tulang (1-5), Fondasi Qi (1-5), Alam Awal (1-5), Alam Bumi (1-9), Alam Langit (1-9), Alam Surga (1-9), dan terakhir adalah Surga Abadi(1-9).Itu adalah tujuh tahap kultivasi yang harus dilewati untuk menjadi cultivator terkuat di dunia. Sudah ada yang mencapai tahap tertinggi dan mereka dapat dihitung dengan jari. Mereka yang sudah mencapai tahap tertinggi adalah para pemimpin sekte besar, clan besar atau beberapa petinggi di kekaisaran.Mereka yang sudah mencapai tahap tertinggi sangat dihormati karena mereka sangat kuat dan luar biasa. Di dunia ini yang kuat adalah yang berkuasa. Dengan kekuatan mereka bisa mendapatkan dan melakukan apa pun yang mereka inginkan. Sungguh tragis, tetapi itu adalah kenyataannya.Hari yang sudah ditunggu pun tiba. Turnamen untuk murid yang berada di tahap Penempaan Tulang pun dimulai. Pada pagi harinya Liu Heng masih sempat berlatih lebih dulu. Dia sekarang berada di tahap Pe
Lawan Liu Heng adalah orang yang memiliki tubuh besar karena orang itu memang lebih tua daripada dirinya. Orang itu sudah 24 tahun. Wajar saja tubuhnya begitu besar, tetapi dia masih berada di tahap penempaan tulang. Dia memang lahir di sekte Tebasan Mengalir karena itu dia diterima menjadi murid. Kedua orang tuanya tewas ketika sedang melakukan tugas. Karena sudah berjasa pada sekte, itu membuat mereka menerima orang yang sedang ingin bertarung melawan Liu Heng sekarang. "Bocah, kau menyerah saja dan pulanglah ke rumahmu. Katakan pada ibumu kalau kau ingin minum susu," ejek orang itu. Dia pun tertawa sangat keras. Liu Heng sama sekali tidak tertawa. Menurut Liu Heng, itu tidak lucu sama sekali. Bahkan bukan dia saja yang tidak tertawa, tetapi semua murid yang menonton di sana juga tidak ada yang tertawa karena memang tidak lucu. "Lebih baik kita mulai saja pertarungannya," ucap Liu Heng.Wasit itu mengangguk. Dia juga setuju dengan usulan Liu Heng. Dia pun maju ke depan. Dia menje
Liu Heng menggaruk kepalanya. Dia tidak pernah merasa kalau dia merebut siapa pun. Itu membuat dia bingung sendiri. Liu Heng bahkan sampai mengggeleng pelan. Dia pun memasang kuda-kuda miliknya."Karena kau wanita yang aku sukai menolakku," ucap orang itu lagi. "Berhentilah berbicara! Kalau kau ingin bertarung, maka bertarung saja," keluh Liu Heng. Dia tidak terlalu suka banyak omong kosong. Apalagi dia mendapat tuduhan yang sama sekali tidak dia lakukan. Itu hanya membuang waktunya saja. Dia pun sudah bersiap bertarung. "Kau harus bertanggung jawab," ucap orang itu lagi. Liu Heng melihat ke arah wasit. "Apa tidak bisa kita mulai saja pertarungannya?" tanya Liu Heng. Dia merasa kalau pertarungan itu akan tertunda cukup lama kalau wasit tidak bertindak tegas. Wasit itu pun mengangguk. Dia maju dan mendorong tubuh keduanya ke belakang. Setelah itu dia langsung berteriak, "Mulai!" Setelah itu dia langsung melompat mundur. Lawan kaget. Liu Heng langsung melakukan serangan. Liu Heng
Liu Heng berhasil menang terus sampai tidak ada yang berani untuk maju ke atas. Para murid yang ada di sana saling menoleh satu sama lain. Liu Heng mengalahkan lawannya hanya dengan beberapa kali gerakan saja. Itu menjadi pertarungan yang mudah. "Kalau tidak ada yang ingin menantang lagi, maka aku akan mengumumkan pemenang dari turnamen ini," ucap wasit itu.Tidak ada yang menanggapi perkataan itu. Wasit itu ingin mengumumkan itu, tetapi beberapa saat kemudian seseorang naik ke atas panggung. Wasit itu kaget. Semua orang kaget. Termasuk Liu Heng sendiri kaget. "Maaf ini bukan untuk murid yang sudah di atas tahap penempaan tulang," ucap wasit itu. Sayangnya orang yang berdiri di sana masih berdiri di sana. Dia mendekati Liu Heng dan menarik pedangnya dan mengarahkan pedang itu ke arah Liu Heng. Liu Heng sama sekali tidak menunjukkan rasa takut meski orang yang ada di depannya itu jauh lebih kuat daripada dirinya. "Aku ingin menantangmu," ucap orang itu. Liu Heng mendengus. "Aku su