Pertarungan akan di lakukan di tempat itu juga. Hanya saja para penduduk akan menjauh dan membentuk sebuah lingkaran. Di tengah-tengah lingkaran hanya ada tiga orang yaitu Liu Heng, Zie Du, dan Zu Yong.
Di bagian penonton ada Xie Xie dan Lin Jie yang sedang berharap kalau Liu Heng menang. Kecuali mereka berdua, tidak ada lagi yang mengharapkan Liu Heng menang. Semua orang sudah yakin kalau Zu Yong yang menang. Lebih tepatnya lebih berharap Zu Yong yang menang.
Beberapa hari yang lalu memang Liu Heng yang menang karena Zu Yong masih dalam penempaan tulang tahap 1, tetapi sekarang sudah berbeda. Dia sudah berada di tahap ke 2. Perbedaan penempaan tulang tahap ke1 dan penempaan tulang tahap ke 2 itu cukup signifikan.
“Apa kalian sudah siap?” tanya Zie Du.
Zu Yong sudah siap dan sangat percaya diri. Begitu pula dengan Liu Heng, dia juga bersemangat. Mereka saling menatap satu sama lain dengan niat saling mengalahkan. Tidak ada yang ingin kalah.
“Mulai!” Zie Du langsung menghilang dan muncul kembali di dekat Feng Xi.
Semua orang kaget dan kagum dengan apa yang Zie Du lakukan. Itu membuat Zie Du membusungkan dadanya. Dia sengaja melakukan itu untuk menujukkan seberapa hebat dirinya dan berhasil.
“Jangan harap kali ini aku akan kalah lagi!”
“Tidak akan ada perbedaan dari pertarungan sebelumnya,” ucap Liu Heng dengan percaya diri. Satu hal yang kakeknya selalu katakan yaitu jangan pernah terlihat takut ketika berada di depan musuh, tetapi Liu Heng tidak percaya sepenuhnya. menurutnya ada kala kita harus terlihat takut.
“Kau masih saja sombong,” keluh Zu Yong.
Dia langsung menyerang Liu Heng dengan pedang kayu miliknya. Serangan itu bisa ditahan oleh Liu Heng dengan cukup mudah, tetapi Liu Heng harus mundur satu langka. Serangan Zu Yong lebih kuat daripada yang dia ingat.
“Aku bukaan Zu Yong yang sebelumnya,” ucapnya sombong.
Zu Yong menyerang lagi, lagi, lagi dan lagi. Setiap kali Zu Yong menyerang, Liu Heng harus termundur dan tangannya menjadi kebas. Dia kemudian menggeser sedikit pedangnya ketika berbenturan dengan pedang Zu Yong agar serangan yang Zu Yong berikan menjadi lebih ringan. Liu Heng tersenyum dan melakukan serangan balik karena gerakan Zu Yong sedikit tergelincir.
Zie Du tersenyum karena kagum dengan kemampuan berpedang Liu Heng. Dia kaget karena Liu Heng yang tidak berkultvasi masih bisa bertarung seimbang dengan seorang cultivator. Itu jarang bisa terjadi.
“Bukankah dia sangat luar biasa, Tuan?”
“Iya, tetapi dia tidak akan bisa berkultivasi. Sulit untuknya menjadi lebih kuat lagi. Dia hanya akan menjadi orang biasa. Sangat disayangkan dantian-nya cacat. Dia masih bisa berkultivasi, tetapi paling tinggi dia hanya bisa mencapai tahap akhir penempaan tulang. Sangat sayang kalau kita memberikan sumber daya untuk orang yang tidak bisa sampai ke puncak,” jawab Zie Du.
“Sangat disayangkan. Dunia tidak berpihak kepada dirinya.”
Semakin lama pertarungan itu berlangsung, maka semakin terkuras energi milik Liu Heng. Itu adalah perbedaan seorang cultivator dengan orang biasa. Sayangnya Liu Heng bukan orang bodoh yang akan membiarkan hal itu terjadi. Dia pun berpura-pura dan membuat cela.
“Kena kau!”
Liu Heng tersenyum dan membalik sedikit tubuhnya dan semua keadaan berubah dengan sangat cepat. Pedang Zu Yong terpental ke atas dan kemenangan sudah ditetapkan. Liu Heng yang menjadi pemenangnya.
Zu Yong tidak terima, dia langsung menyerang Liu Heng lagi, tetapi malah membuat dirinya semakin dipermalukan. Wajahnya terkena pukulan oleh pedang kayu milik Liu Heng. Dia masih saja melakukan hal yang sama dan berakhir seluruh wajahnya membiru.
“Jangan bergerak lagi atau aku akan memukulmu sampai kau menangis!” ancam Liu Heng.
Zu Meng kesal karena anak yang dipermalukan. Dia pun masuk ke dalam arena pertarungan dengan pedang asli. Dia berniat ingin membunuh Liu Heng.
“Jangan pikir kau akan bebas setelah melakukan hal itu kepada anakku.”
Xie Xie yang melihat itu ingin membantu, tetapi Zie Du menghalanginya. Dia terus menatap Liu Heng dengan tatapan tajam. Xie Xie terus memberontak, tetapi tidak lama kemudian dia di totok hingga pingsan.
“Kau diamlah!” bentak Zie Du.
Feng Xi langsung menutup mulutnya. Dia ingin protes karena membiarkan anak biasa bertarung dengan cultivator fondasi qi tahap akhir itu sama saja dengan membunuh anak itu. Perbedaan antara Liu Heng dengan Zu Meng terlalu jauh.
“Bunuh dia, Ayah!” pinta Zu Yong.
Liu Heng sudah bersiap. Dia sudah menarik pedang asli miliknya. Itu adalah pedang pemberian kakeknya. Pedang itu hanya pedang butut yang sudah tidak digunakan puluhan tahun. Zu Meng menatap Liu Heng dengan niat membunuh. Itu membuat Liu Heng merinding.
Zu Meng tidak membuang-buang waktu. Dia langsung menyerang Liu Heng dengan pedangnya. Tebasan demi tebasan bisa dihindari oleh Liu Heng, tetapi pada awal saja. Semakin banyak serangan yang Zu Meng lakukan. Semakin banyak juga luka di tubuh Liu Heng. Darah mengalir dari goresan itu.
Tebasan menembus awan.
Zu Meng menyerang dengan jurus andalannya. Liu Heng tidak punya pilihan selain menggunakan jurus yang dia ciptakan sendiri. Dia sebenarnya tidak ingin melakukannya karena dia tidak ingin terlalu mencolok, tetapi dia tidak bisa tidak karena kalau dia tidak melakukannya, maka dia akan tewas.
Pedang tanpa Bentuk.
Tiba-tiba pedang Liu Heng menghilang. Bukan hanya pedangnya saja, tetapi Liu Heng juga kadang ada dan kadang menghilang. Zie Du dan Feng Xi terdiam. Mereka belum pernah melihat jurus yang Liu Heng lakukan. Gerakannya memang masih sedikit kasar dan ada beberapa gerakan yang masih kurang efektif, tetapi tetap saja untuk anak seusia dirinya itu adalah hal yang luar biasa.
“Siapa anak itu?”
Pedang Zu Meng menebas ke arah leher Liu Heng. Dia tersenyum, tetapi beberapa detik kemudian senyuman itu memudar karena Liu Heng yang ada di depannya sudah mengilang. Zu Meng memutar tubuhnya.
“Berhentilah!” pinta Liu Hng sambil menodongkan pedangnya di leher Zu Meng.
Zu Meng bukanya mengakui kekalahannya, tetapi dia malah menyerang lagi. Dia berhasil menebas tangan Liu Heng, tetapi sama seperti sebelumnya. Tubuh Liu Heng menghilang dan muncul lagi di tempat lain dengan mengarahkan pedangnya ke leher Zu Meng.
“Aku tidak akan menoleransi lagi. Jadi, berhentilah!” tatap Liu Heng dengan tatapan tajam.
Sayangnya Zu Meng tidak mendengarkan. Dia melakukan serangan lagi dan berakhir tangan kanannya terkena tebasan. Pedang yang dia pegang terjatuh dengan darah yang mengalir. Liu Heng mengayunkan pedangnya dan ingin menebas leher Zu Meng.
“Jangan lakukan!” bentak seseorang.
Liu Heng langsung menarik pedangnya dan menyarungkan pedangnya kembali. Zie Du menelan ludah. Dia tidak menyangka kalau Liu Heng benar-benar akan membunuh orang lain.
“Dia sangat kejam,” batinnya.
Setelah pertarungan itu banyak hal yang harus Zie Du lakukan. Dia harus mengobati luka Zu Meng, dia harus menenangkan masyarakat, dia harus menenangkan Zu Yong, dan beberapa hal kecil lainnya. Setelah semua selesai dia pun menemui Liu Heng. “Siapa kau sebenarnya?” Zie Du menatap Liu Heng dengan tatapan tajam. “Tidak mungkin orang yang belum berkultivasi bisa melakukan hal itu. Kalau kau tidak mengatakan yang sebenarnya, maka aku akan mencari tahu dengan kekerasan,” ancamnya. Zie Du tidak bercanda dengan apa yang dia katakan. “Bukan tuan juga pendekar pedang?” Liu Heng melirik ke arah pedang yang ada di pinggang Zie Du. “Seharusnya tuan tahu kalau dia—Zu Meng—tidak ahli dalam ilmu pedang. Dia hanya melihat ilmu pedang dari jauh. Dia belum menyentuh apa itu ilmu berpedang dan apa inti dari pedang. Butuh waktu lama untuk mengetahui hal itu dan tuan tahu apa yang dia—Zu Meng—lakukan sepanjang hari? Dia hanya bersenang-senang dan puas dengan apa yang dia dapatkan. Dia merasa kalau dia su
Mereka sudah pergi dari desa dan sedang menuju ke tujuan mereka yaitu sekte Tebasan Mengalir. Xie Xie terus saja menempel dengan Liu Heng. Itu membuat Zu Yong sangat kesal. Kalau saja tidak ada Zie Du, pasti akan ada pertarungan di sana.Ziu De tahu akan hal itu, tetapi dia diam saja. Dia tidak ingin ada keributan sama sekali. Dia masih sangat menyayangkan Liu Heng tidak bisa berkultivasi padahal dia sangat berbakat dalam ilmu berpedang.“Berhenti!” teriak seseorang dari luar kereta kuda.Ziu De mengerutkan keningnya. Dia ingin turun, tetapi Zu Yong berdiri lebih dulu.“Biarkan aku saja!” ucap Zu Yong dengan tegas. Dia melirik ke arah Xie Xie.“Apa kau yakin?” tanya Ziu De. Dia tidak ingin membiarkan calon muridnya dalam masalah hanya karena urusan cinta.“Jangan cemas, Guru. Aku pasti akan mengalahkan mereka.”“Baiklah kalau begitu,” ucap Ziu De menyetujui keputusan Zu Yong.Zu Yong langsung melompat turun, dia juga langsung menarik pedangnya dengan penuh amarah. Ketika dia melihat k
“Kau bukan lawanku,” ucap Zie Du. Dia sudah berada pada tahap alam surga ke satu. Itu tidak terlalu bisa dibanggakan karena Zie Du tidak bisa dibilang jenius yang luar biasa. Dia hanya di atas rata-rata sedikit. Jabatannya juga hanyalah guru murid luar. Sedangkan, musuhnya sekarang ada pada tahap alam bumi tahap akhir. Tidak lama lagi dia akan masuk ke dalam alam langit. Perbedaan yang cukup jauh. Jurus tetesan air tenang Benar saja beberapa menit kemudian ketua bandit itu mendapat tebasan di bagian bahunya. Tebasan itu cukup dalam. Membuatnya kesakitan. Dia mencoba sekali lagi, tetapi berakhir sama. Merasa tidak bisa mengalahkan Zie Du sendirian, dia pun memerintahkan bawahannya untuk membantu. Jurus tetesan air tenang memiliki tiga bentuk perubahan dan yang dilakukan oleh Zie Du sekarang adalah bentuk pertama yaitu Air Membela Batu. Gerakannya lembut, tetapi pada bagian tertentu sangat kasar dan mematikan. “Aku terlalu meremehkan dirinya,” keluh ketua bandit itu. Permainan peda
“Apa yang kalian lakukan di sini?” bentak Zou Cheng.Dia sangat marah karena hampir semua murid wanita sedang berkumpul di depan pintu masuk. Tidak ada yang berani masuk karena mereka takut dengan Jue Die. Mereka hanya menunggu di sana sambil berharap kalau rumor tentang pria berwajah giok itu benar-benar muncul. Informasi itu menyebar sangat cepat seperti lalat.Para murid wanita yang ada di baris belakang hanya menatap Zou Chang sebentar, tetapi beberapa detik kemudian mereka langsung memalingkan pandangannya. Mereka kembali fokus dengan pintu masuk dapur.Zou Cheng marah, tetapi harga dirinya tidak bisa membuatnya memukul seorang perempuan. Dia kemudian menoleh ke arah bawahannya. Zou Cheng memiliki beberapa bawahan yang selalu mengikuti dirinya. Mereka sebenarnya tidak begitu suka dengan Zou Cheng, tetapi mereka butuh. Zou Cheng adalah anak dari tetua murid dalam, tetapi karena dia tidak terlalu berbakat. Dia tidak bisa masuk ke dalam sekte bagian dalam. Dia hanya bisa menjadi mur
Semua orang langsung menoleh ke asal suara dan terlihat seoarang gadis yang memiliki tubuh yang kecil sedang berjalan ke arah Liu Heng. Wajah gadis itu sangat memerah. Dia sangat marah sampai mengepalkan tangannya.“Ah, Xie’er apa ada yang salah?” tanya salah satu murid yang menyiksa Liu Heng.Sudah satu minggu dia berlatih di bawah bimbingan Ziu Du dan sekarang dia sudah berada di tahap penempaan tulang 5. Sebentar lagi dia akan masuk ke tahap fondasi qi. Perkembangannya terbilang cepat.“Jangan ganggu kak Liu Heng lagi!” ucap Xie Xie. Dia membantu Liu Heng membersihkan pakaian kotor miliknya. “Jangan sok akrab denganku!” tambah Xie Xie. Dia tidak suka ada yang memanggilnya dengan Xie’er.“Apa bagusnya bocah cacad seperti dirinya? Dia tidak memiliki masa depan sama sekali. Paling-paling dia akan menjadi tukang kuda atau petani. Tidak akan lebih baik dari itu,” hina mereka. Mereka tertawa.
Jue Die kemudian meminta Liu Heng untuk mempraktikkan kembali jurusnya. Sekali lagi Jue Die terkagum-kagum dengan apa yang Liu Heng gerakkan. Ilmu berpedang Liu Heng sudah setara dengan Ahli pedang. Sangat halus dan tajam, tetapi sayangnya Liu Heng tidak akan bisa naik ke tahap ilmu pedang yang selanjutnya yaitu tahap jiwa pedang.Untuk mencapai tahap jiwa pedang. Seseorang harus bisa berkultivasi karena pada tahap jiwa pedang harus menggunakan qi. Pada tahap ini pengguna pedang bisa mengubah apa pun menjadi pedang termasuk kayu atau ketiadaan. Itu adalah tahap yang sulit dicapai. Masih ada dua tahap lagi di atas tahap jiwa pedang, tetapi itu hanya bisa dikuasai oleh pendekar pedang dengan kultivasi yang tinggi. Sesuatu yang tidak mungkin bisa Liu Heng capai.Untuk anak seusia dirinya, tidak ada yang pernah mencapai tahap ahli pedang bahkan di sekte besar sekalipun. Biasanya anak seusia Liu Heng mereka hanya akan belajar dasar ilmu pedang saja. Itu pun belum sempurna.
Setelah mendapatkan buku dasar Alchemy, dia langsung kembali ke dapur. Dia melakukan tugas harian seperti biasanya. Dia membuat makanannya untuk makan siang. Setelah semua tugas telah selesai. Dia pun langsung ingin pergi ke hutan di dekat sekte.Beberapa hari belakangan dia menemukan tempa yang tidak terjaga dan bisa digunakan sebagai tempat untuk keluar dari sekte tanpa ketahuan. Tepat ketika Liu Heng ingin pergi, Jue Die memegang bahunya.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Jue Die.“Aku ingin belajar Alchemy,” jawab Liu Heng dengan santai.“Kau belajar Alchemy? Apa kau tidak tahu kalau untuk memahami Alchemy membutuhkan otak yang cerdas dan juga kau harus memiliki kultivasi yang cukup tinggi serta kau harus memiliki roh api untuk mempermudah segalanya,” ucap Jue Die. Dia meragukan Liu Heng.Dengan kemampuan Liu Heng yang sekarang, yang bahkan belum belajar kultivasi untuk belajar alchemy adalah kemustahilan. U
“Apa yang kau lakukan dengan buku alchemy itu?” tanya Bai Linjue. Bai Linjue sedang duduk di depan Liu Heng. Dia seperti anak kecil yang penuh dengan rasa penasaran. Wajahnya terlihat sangat imut, tetapi Liu Heng tidak sadar akan hal itu. Dia terlalu sibuk dengan buku yang dia baca.“Kau buta atau apa? Kau bisa lihat sendiri apa yang aku lakukan. Masih saja bertanya,” keluh Liu Heng. Dia sebenarnya masih agak kesal kepada Bai Linjue yang menghentikan dirinya ketika dia ingin mencoba obat yang dia buat. “Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau seharusnya berlatih?”“Kenapa kau marah denganku?” protes Bai Linjue.“Aku tidak marah. Aku hanya mempertanyakan fungsi mata yang kau miliki,” ketus Liu Heng.Mereka saling menatap satu sama lain. Mereka sama-sama keras kepala, tetapi pada akhirnya Bai Linjue yang mengalah. Dia tidak bisa terlalu lama menatap wajah Liu Heng. Itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Bai Linjue menarik napas dan menghembuskannya