Perlahan Desta berjalan mendekati Adelia. Ditepuknya pelan pundak kanan wanita itu."Del, kami mau pergi cari Eva, bisakah kamu tetap di sini, untuk menjaga Syafiq?""Iya aku mau Mas!""Burhan akan menempatkan anak buahnya untuk memastikan keamanan kalian. Jangan keluar ruangan ini tanpa pengawalan, situasi sedang gawat sekarang, apa saja bisa terjadi!""Iya Mas, aku ngerti!"Desta mengangguk, kemudian kembali menepuk pelan pundak Adelia, dan melangkah pergi bersama Burhan, setelah berpamitan kepada wanita itu.Sementara itu, di tempat lain, dua orang wanita saling bantu untuk berjalan sejauh mungkin, meninggalkan rumah kosong di tengah hutan."Kita istirahat dulu Dok, kakiku sakit," ucap salah seorang dari mereka."Ya sudah, mari kita cari tempat persembunyian yang aman, baru kita istirahat. Jangan sampai orang-orang itu, bisa menemukan kita lagi!" Kedua orang itu adalah Eva dan Dokter Elena, Dokter pribadi keluarga Syafiq. Mereka kembali berjalan, dan berhenti pada pohon besar yan
Setelah dirawat beberapa hari, akhirnya mereka pulang ke rumah, karena kondisi Syafiq yang sudah membaik. Terasa lega, karena para gangster sudah di tangani polisi, dan Roni beserta anak buahnya juga sudah ikut ditangkap. Pemeriksaan masih berlanjut, semua sedang di usut, termasuk keterlibatan Arga dalam hal ini. Akan tetapi, sejauh ini polisi belum menemukan bukti yang kuat, atas keterlibatan lelaki itu dalam penyerangan kemarin.Dari bukti percakapan antara Roni dan Arga di telpon, juga tidak ada bukti kuat yang bisa menyeret Arga ke penjara. Dan Adelia tidak mau menyerahkan bukti tentang penganiayaan Arga terhadap dirinya. Itu dia lakukan, karena bagaimanapun jua, lelaki itu adalah ayah kandung dari calon anak-anaknya.Selain itu, Adelia juga sedang mengajukan gugatan cerai, jadi dia tidak mau, nantinya keadaan akan berbalik menyerah dirinya, dengan tuduhan meminta cerai karena Arga dipenjara. Itu tidak akan Adelia biarkan. Yang bersalah, akan tetap terlihat salah, setidaknya s
Secepat kilat, Pak Danang banting stir ke kiri, dan menerobos semak-semak. Tidak ada yang terluka, karena mobil langsung bisa berhenti, saat menerobos semak-semak itu, hanya saja Adelia sudah terlanjur ketakutan, karena hampir saja jadi korban tabrakan.Pak Danang menoleh ke arah Adelia, wajah wanita itu pucat dan tubuhnya gemetaran, karena takut dan shock. Dengan penuh perhatian, Beliau bertanya, "Ibu Adelia tidak kenapa-kenapa?""Oh iya Pak, saya tidak kenapa-kenapa, cuma takut saja, tadi waktu melihat mobil dengan kecepatan tinggi, melaju ke arah kita," terang Adelia."Syukurlah kalau Ibu baik-baik saja!""Iya Pak, saya baik-baik saja, terima kasih!"Baru saja Adelia dan Pak Danang bernapas lega, tiba-tiba dari arah jalan raya, terdengar bunyi berdebum berkali-kali hingga memekakkan telinga.Adelia mengedarkan pandangannya ke arah jalan raya. Ternyata telah terjadi tabrakan beruntun di jalan sana. Tiba-tiba HP Adelia berbunyi. Tertera nama Syafiq di sana. Dengan cepat dia menerima
Syafiq menoleh, seraya mengernyitkan kening. Dia berpikir, siapa wanita itu, dari caranya memanggil, seperti kenal dekat dengan dirinya, tetapi siapa? Lelaki itu tetap tidak mengenali wanita di depannya."Kamu lupa sama aku Fik?" tanya wanita itu."Maaf," ucap Syafiq singkat."Aku Bela, teman SMA kamu!""Bela Sasmita?""Iya bener, ternyata kamu masih ingat aku Fiq!"Bela sangat gembira, karena ternyata Syafiq masih mengingatnya. Dia menyukai lelaki itu sejak masuk SMA, pertama kali bertemu Syafiq, saat lelaki itu menolongnya, membereskan buku yang berserakan karena dia terjatuh. Bukan itu saja, lelaki itu juga bantu membawakan ke ruang Guru."Kamu apa kabar Bel?" tanya Syafiq, tetap dengan wajah dinginnya."Aku baik, kamu bagaimana?""Baik juga!"Tatapan Syafiq tidak pernah lepas dari Adelia, meskipun dia berbicara dengan Bela, yang ada di dekatnya. Bela menyadari hal itu, dan dia ikut melihat ke arah pandang Syafiq, tetapi tidak terlihat siapa-siapa di sana.Bela kembali mengalihkan
"Aku hamil!" ucap Bela, masih dengan gaya angkuhnya. "Hamil anak siapa?" tanya sebuah suara bariton dari belakang Bela.Seketika Bel terbelalak, dan wajahnya menjadi pucat. Sementara Adelia hanya tersenyum manis, karena dari tadi sudah melihat kedatangan Syafiq yang diam-diam.Bela kebingungan menjawab pertanyaan Syafiq, dia yang ingin membuat hubungan Adelia dan Syafiq retak, tanpa berpikir panjang, mengarang cerita konyol, yang pad akhirnya hanya membuat dirinya mati kutu oleh ulahnya sendiri.Tetapi karena sudah terdesak, akhirnya Bela mencoba peruntungan dengan berpura-pura sedih, dan menyalakan Syafiq di depan Adelia. Dia masih duduk menghadap Adelia, matanya tidak berani menatap mata tajam dan dingin Syafiq."Saya hamil anak Syafiq Mba, tapi Dia gak mau mengakui anak ini. Memang salah Saya, karena gak mau KB, sesuai perintahnya. Dari awal berhubungan, Syafiq sudah berterus terang ke Saya, kalau dia hanya ingin bersenang-senang dengan saya, karena itu dia tidak mau kalau sampai
Waktu terus berlalu, meski sidang gugatan cerai berlaku alot, karena Arga yang terus saja menolak untuk menceraikan Adelia, tetapi pada akhirnya dia menyerah juga, dengan syarat diijinkan untuk melihat anaknya, kelak jika sudah lahir.Adelia menyetujui, dengan syarat, Arga tidak mengungkapkan jati dirinya kepada sang anak, sampai anak itu kelak dewasa, dan Adelia sendiri yang akan mengungkapkannya, bukan orang lain.Jika Arga melanggar kesepakatan, maka lelaki itu tidak akan pernah bertemu, ataupun melihatnya lagi. Arga tidak berkutik dengan ancaman Adelia, karena dia tidak lagi memiliki kekuasaan, sejak Delia Group diakusisi oleh Samudra Group.Dua bulan yang lalu, ketika Arga tetap dengan pendiriannya, untuk mempertahankan Adelia dan calon anak mereka, Syafiq langsung menyerang Delia Group , sampai hancur dan tidak bisa bangkit lagi. Setelah itu dilakukan akusisi oleh Samudra Group, sehingga Arga benar-benar hancur dan tidak punya daya lagi.Setelah Delia Group diakusisi, Adelia pun
"Bu Siti, tolong!" teriak Adelia.Wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh mendatangi kamar Adelia."Ya Allah Nyonya!" pekik Bu Siti.Wanita paruh baya itu terkejut, melihat air Adelia yang kesakitan, dan air ketuban yang sudah membasahi tubuh bagian bawahnya. Deng cepat Bu Siti menelpon Syafiq, dan memberitahukan tentang kondisi Adelia yang mau melahirkan.Setelah menelpon Syafiq, Bu Siti memanggil Fahira dan Bu Tini, menyuruh Fahira untuk membantu menyiapkan Adelia dan semua yang dibutuhkan, sementara Bu Tini, disuruh untuk memanggil Burhan, untuk menyiapkan mobil.Sekarang Burhan adalah sopir, sekaligus bodyguard Adelia, karena Pak Isman kembali menjadi sopir pribadi Syafiq. Bu Tini segera pergi memanggil Burhan, setalah mobil siap, lelaki itu masuk untuk membantu membawa barang-barang yang akan dibutuhkan nantinya.Adelia berjalan pelan dengan dibantu Fahira dan Bu Siti, sementara Bu Tini mengikuti di belakangnya, sambil membawa tas Adelia."Bu, udah gak tahan , rasanya pingin pipis b
Tiba-tiba pintu tuangan diketuk, Syafiq pun mempersilahkan masuk. Ternyata Eva dan Desta. Mereka baru datang, sepulang kerja, sementara Bu Siti, pulang ke rumah, untuk mengambil baju ganti untuk Syafiq, karena baju ganti Adelia, sudah dia bawa sekalian tadi pas mau berangkat."Assalamu'alaikum," salam Desta dan Eva berbarengan."Wa'alaikum salam," jawab Syafiq.Desta langsung menuju ke.ranjang bayi, yang terletak sedikit jauh dari ranjang Adelia, karena ranjang bayi itu, di letakkan dekat jendela. Dia memandangi bayi mungil yang masih tertidur lelap itu, kulitnya putih, bibirnya merah, hidungnya mancung, wajahnya sangat mirip dengan Adelia.Dalam hati, Desta merasa iri, karena Syafiq lebih dulu memiliki anak, biarpun bukan anak kandung, sementara dia? Sudah lima tahun menikah, tapi Eva belum ada tanda-tanda mau hamil. Padahal mereka sudah melakukan program hamil.Sementara Eva, dia langsung menuju ke Adelia, yang sedang menimang salah satu anaknya. Dalam hati Eva, merasa sedih, karena
Waktu berjalan sangat cepat, kini Rani dan Gita sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi tempat Azim dan Azzam dulu menuntut ilmu.Dua laki-laki kembar itu sudah selesai dengan kuliahnya, Azim mengambil alih Delia Group, karena Ayah Arga ingin pensiun lebih cepat. Sementara Azzam menjadi CEO di kantor pusat Samudra Group."Mi, gimana persiapan resepsinya?" tanya Azzam, suatu sore saat dia pulang kantor lebih awal."Sudah tujuh puluh persen. Tinggal undangan sama catering yang belum. Untuk gaunnya, kalian datang sendiri ke butik, supaya bisa menyesuaikan yang pas buat kalian.""Terima kasih ya Mi, Mami memang the best."Adelia tersenyum, sambil menepuk-nepuk punggung Azzam yang sedang memeluknya."Oh ya, dimana duo menantu kesayangan Mami itu?"Karena sejak pulang tadi, Azzam sama sekali tidak melihat kehadiran sang istri."Lagi belajar bareng Gita di balkon kamar Gita.""Kalau begitu aku mandi dulu ya Mi."Adelia hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dan Azzam pun pe
"Jadi bagaimana?" tanya Azzam lagi. "Apanya?" tanya Rani bingung."will you marry me?"Sejenak Rani menunduk, tapi wajahnya sudah merah merona menahan malu dan bahagia. " Ya, aku bersedia."Begitu mendengar jawaban Rani, semua orang bersorak gembira. Begitu juga dengan Azzam, dia bersorak dan akan memeluk Rani, tetapi sebuah tangan langsung mencegahnya, "Halalkan dulu, bru boleh peluk anak Abah."Ternyata Ayah Rani dan Ibu tirinya sudah berdiri di dekat dua sejoli itu. Dan Abah langsung menjewer telinga Azzam, sehingga membuat semua orang tertawaan melihat tingkah kedua orang itu."Pak Syafiq, minta nikahkan saja mereka sekarang juga. Aku takut anakku bunting duluan sebelum dihalalkan oleh anakmu." ucap Abah."Setuju Bah, semua sudah siap tinggal menunggu pengantinnya di make over dulu." jawab Syafiq, yang membuat semua orang tersenyum, termasuk sepasang calon pengantin itu."Papi, kok make over sih?" "Lah terus apaan dong itu namanya yang dibikin cantik?""Make up Papi." sela Adel
"Adik saya bernama Gita Indira, dia kelas tiga SMA, satu kelas dengan Rani, ada Azani Baskara dan Azahra Salsabila, mereka kelas tiga SMP di yayasan ini juga."Seketika raut wajah Pak Kepala Sekolah menegang, tangannya gemetaran. "A ... apakah Anda Nak Azim Baskara Samudra?"Azim mengangguk sambil tersenyum ramah, tapi masih dengan mode diamnya."Berarti Adik Anda Gita Indira Baskara Samudra, Azani Baskara Samudra, dan Azahra Salsabila Samudra?"Azim kembali mengangguk, hal itu membuat Pak KepSek semakin pucat pasi."Oh ya Tuhan." gumamnya penuh kegugupan. Beliau akhirnya memanggil Guru BP, untuk mengurus hukuman yang pantas untuk Nana dan teman-temannya. Setelah ke empat anak itu dibawa ke ruang BP, Pak KepSek langsung meminta maaf kepada Azim dan Rani."Nak Azim, saya meminta maaf atas kelalaian saya dalam mengawasi murid-murid di sini. Bahkan saya tidak pernah tau kalau di sekolah ini terdapat anak-anak hebat dari keluarga Samudra. Siapa yang sangka jika Pak Azzam, yang bekerja ja
Azzam terkekeh mendengar ucapan sarkas gadis di depannya. Tidak di sangka kalau Rani akan mengejarnya sampai parkiran."Hai muridku yang tersayang." jawab Azzam, dan spontan membuat raut wajah Rani jadi merah merona."Maaf Kak, cuma mau ngasih ini buat Kakak." ucap Rani, seraya menyodorkan box berwarna biru. "Ini tadi pagi aku buat sendiri, sebagai ucapan terima kasih karena kemarin sudah dibelikan buku yang dibutuhkan." lanjutnya.Kemarin secara tak sengaja bertemu dengan Azzam di toko buku, dan malunya saat mau bayar ternyata dompet Rani tidak ada dalam tasnya. Tadinya Rani mau kembalikan saja bukunya, akan tetapi Azzam tiba-tiba datang mau bayar buku juga, alhasil buku miliknya dibayarkan sekalian sama lelaki itu.Azzam terkekeh, "Jadi kamu sudah tau nih, kalau hari ini aku ngajar di sini?" godanya."Tidak! Tadinya ini mau aku titipkan ke Gita, tapi karena Kakak ada di sini, jadi ya diberikan langsung saja ke kakak."Azzam mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian Rani itu. "
"Aku pernah beberapa kali lihat Gita diantar oleh Pak Azzam, bersama dua anak kembar laki-laki dna perempuan berseragam SMP, di sini juga." terang gadis itu."Wah, adiknya cakep juga gak yang cewek?" tanya teman laki-laki, yang duduk di depan gadis itu."Cantik banget, hidungnya mancung, wajahnya agak mirip orang timur tengah." urai gadis itu lagi."Wah, boleh juga aku pacarin adikmu ya Git." celoteh beberapa anak laki-laki.Gita sama Rani hanya diam dan saling lempar pandang, bingung mau menyikapinya bagaimana. "Kalian sudah pesan makanan?" Tiba-tiba sebuah suara bariton menyela obrolan para murid di kantin. Dan tanpa permisi, dia langsung duduk di sebelah Rani, dan berhadapan dengan Gita."Belum!" jawab Gita."Baru juga duduk, sudah dikerubuti sama penggemar Pak Azzam." seloroh Rani.Azzam terkekeh, dia lalu berjalan menuju stain makanan, dan pesan tiga porsi baso. Dia tau kedua gadis di depannya itu pecinta baso. Karena seringkali Gita dan Rani minta makan baso setiap kal diajak
Seketika kelas menjadi hening, semua mata menatap intens lelaki tampan yang berdiri di samping Bu Dinar. Guru itu tersenyum manis, sambil mengelus perut buncitnya, karena sedang hamil tua."Anak-anak, mulai hari ini Ibu sudah ambil cuti, karena sebentar lagi akan melahirkan. Dan untuk sementara, Pak Guru tampan ini, akan menggantikan tugas Ibu, selama cuti."Semua murid perempuan bersorak riang, kecuali Gita dan Rani, yang masih terbengong menatap lelaki itu bingung."Silahkan perkenalkan diri Anda Pak Azzam." ucap Bu Dinar, mempersilahkan."Halo, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Azzam Baskara Samudra, biasa di panggil Azzam, atau kalian juga boleh panggil saya dengan panggilan yang lain. Saya di sini sebagai guru pengganti untuk Bu Dinar, jadi selama Beliau cuti, kalan akan bertemu dengan saya saat pelajaran Matematika. Apa ada pertanyaan?"Salah seorang murid mengangkat tangannya, lalu bertanya, "boleh minta nomer HP-nya gak Pak?"Yang lainnya ikutan bertanya, "Boleh
Azim mengantar Gita dan kedua adik kembarnya ke sekolah, ini adalah hari pertama Gita masuk sekolah setelah statusnya menjadi istri."Kak aku masuk dulu," pamit Zahra sambil mencium tangan Azim dan Gita."Baik-baik di sekolah ya, belajar yang rajin princess." jawab Azim, seraya mengusap kepala adiknya. Sementara Gita cuma tersenyum sambil mencium kedua pipi sang adik ipar."Aku juga masuk dulu kak." pamit Zani, dengan wajah datarnya. Meskipun demikian, dia tetap mencium tangan Azim dan Gita. Kali ini Gita cuma mengucap pucuk kepala lelaki remaja itu."Semangat belajarnya jagoan Kakak." ucap Azim, sambil mengacak rambut Zani."Ih kakak! Jangan di acak-acak, jadi jelek nih." gerutu Zani.Azim hanya tertawa kecil melihat keluguan adik laki-lakinya itu. Zani dan Zahra segera berlalu dari hadapan Azim dan Gita."Aku masuk ke kelas dulu ya Bang," pamit Gita sambil tersipu malu.Dia mencium punggung tangan sang suami, dan Azim langsung mencium kening sang istri, lalu mengecup kilat bibir mu
"Mau kemana?" tanya Azim, saat Gita mau masuk ke kamarnya sendiri.Saat ini, mereka baru pulang dari rumah Gita, dan sekalian pengantin wanitanya langsung diboyong kembali ke kediaman keluarga Samudra."Mau ke kamar Kak." jawab Gita, sambil menunduk malu, tidak berani menatap wajah lelaki yang sudah bergelar sebagai suaminya itu."Ya sudah ayok kita ke kamar, tapi kamarku! Bukan kamarmu. Mulai sekarang, ini kamar kita!" tegas Azim, seraya menarik pelan tangan sang istri.Gita hanya menurut, sambil tertunduk malu. Sampai di kamar, Gita hanya terpaku, bingung harus bagaimana. Azim mendekat, lalu memegang kedua pundak gadis itu. Seketika jantung Gita bertalu-talu tak karuan. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus.Azim tersenyum, gemas melihat wajah sang istri yang merona karena malu. Ingin rasanya menerkam gadis itu saat ini juga, akan tetapi Azim masih harus bersabar, karena Gita masih sekolah."Cup!" Azim mengecup singkat kening Gita, lalu memandangnya lekat. "Kamu mandilah dulu, dan
Gita mengangguk pelan, saat Azim menatapnya lekat, seolah bertanya keputusan apa yang akan di ambil. Dan lelaki itu merasa sangat gembira, ketika melihat anggukan samar dari gadis di depannya."Baik Pi, aku akan menikahi Gita sekarang juga!" ucap Azim, tanpa keraguan sedikitpun.Syafiq dan Danu sangat gembira, mendengar jawaban dari Azim itu. Setelah malam ini, ayah Gita akan merasa tenang, karena anak tirinya sudah ada yang akan selalu siap melindungi."Terima kasih nak, sekarang bapak merasa tenang dengan keselamatan Gita." ucap Pak Danu, seraya menepuk bahu Azim."Alhamdulillah, karena calon pengantinnya sudah setuju, jadi sekarang kita masuk ke dalam lagi. Untuk sementara nikah siri dulu ya, karena Gita masih belum cukup umur untuk mendaftarkan pernikahan secara hukum." ucap Syafiq, merasa tak enak hati karena menikahkan putra sulungnya dengan cara seperti ini, dan terkesan buru-buru."Iya Pi, gak apa-apa." jawab Gita."Yang penting halal dulu Pi, jadi gak dosa kalau nanti khilaf