Tiba-tiba pintu tuangan diketuk, Syafiq pun mempersilahkan masuk. Ternyata Eva dan Desta. Mereka baru datang, sepulang kerja, sementara Bu Siti, pulang ke rumah, untuk mengambil baju ganti untuk Syafiq, karena baju ganti Adelia, sudah dia bawa sekalian tadi pas mau berangkat."Assalamu'alaikum," salam Desta dan Eva berbarengan."Wa'alaikum salam," jawab Syafiq.Desta langsung menuju ke.ranjang bayi, yang terletak sedikit jauh dari ranjang Adelia, karena ranjang bayi itu, di letakkan dekat jendela. Dia memandangi bayi mungil yang masih tertidur lelap itu, kulitnya putih, bibirnya merah, hidungnya mancung, wajahnya sangat mirip dengan Adelia.Dalam hati, Desta merasa iri, karena Syafiq lebih dulu memiliki anak, biarpun bukan anak kandung, sementara dia? Sudah lima tahun menikah, tapi Eva belum ada tanda-tanda mau hamil. Padahal mereka sudah melakukan program hamil.Sementara Eva, dia langsung menuju ke Adelia, yang sedang menimang salah satu anaknya. Dalam hati Eva, merasa sedih, karena
Tiga hari sudah Adelia dan anak-anaknya di Rumah Sakit, dan hari ini dia sudah boleh membawa kedua anaknya pulang. Kedua bocah Azim dan Azzam sedang berbaring di ranjang Adelia, kedua pasang mata jernih itu melihat tajam ke Adelia, lalu mereka tersenyum.Senyum berlesung pipi kedua anak itu, menambah ketampanan mereka, membuat gemas siapapun yang melihatnya. Sejak si kembar lahir setiap hari Eva dan Desta selalu mampir ke Rumah Sakit, untuk sekedar menggendong dan mencium Azim dan Azzam.Buat Eva dan Desta yang belum juga memiliki anak, Azim dan Azzam adalah candu buat mereka. Sehari saja tidak melihat kedua bocah itu, pasti akan merasakan rindu yang luar biasa.Seperti halnya pagi ini, Eva dan Desta pagi-pagi sekali sudah sampai di Rumah Sakit, bahkan kedua bocah kembar saja belum dimandikan, karena masih terlalu pagi. Terapi sepasang suami istri ini, justru sudah sampai di ruangan Adelia, dan sedang sibuk menggoda Azim dan Azzam.Sementara Syafiq sedang duduk di dekat Adelia, sambil
"Ke rumah utama saja, sebab, kalau pulang ke rumah yang sekarang, akan kurang kamar, untuk kedua Perawat itu!"Pak Isman segera menjalankan mobilnya, menuju kediaman utama, Syafiq duduk di kursi penumpang samping kemudi, Adelia dan Bu Siti di belakangnya sambil memangku si kembar, sedangkan kedua Suster duduk di kursi belakang.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, kebetulan jalanan tidak terlalu ramai pada saat itu, sehingga mobil bisa melaju dengan lancar, membelah jalanan yang sangat panas saat ini.Perjalanan yang biasanya bisa ditempuh sekitar 20 menit, sekarang mencapai 40 menit, karena Pak Isman harus hati-hati membawa mobilnya, dikarenakan ada Azim dan Azzam, yang masih bayi.Mobil memasuki halaman rumah yang sangat luas, kanan kiri jalan di tumbuhi aneka macam bunga dan buah, di tengah jalan yang mengarah ke arah kanan dan kiri, ada air mancur dengan berbagai ikan hias di dalamnya. Bagian kanan ada gazebo, dan kolam ikan, serta tanaman rindang lainnya. Bagian kiri, ada dua b
Pagi-pagi rumah Syafiq sudah tampak ramai. Semua orang hilir mudik, menyiapkan semua keperluan acara akikah si kembar. Eva dan Desta sudah datang dari jam tujuh pagi, sementara Dokter Elena, baru saja memasuki rumah, dan langsung pergi menyapa Eva dan Desta. Sementara Adelia sedang mandi, setelah kedua anaknya mandi dan rapi, barulah ibu baru itu pergi mandi, dan mempersiapkan diri, untuk acara akikah anak-anaknya."Gantengnya anak-anak Papi, udah wangi ya," ucap Syafiq, yang sedang menemani kedua anak kembar itu.Dari pagi dia tidak mau lepas dari kedua anak itu. Kedua Suster sampai heran melihatnya, karena tidak biasanya sang Bis bersikap over protektif seperti itu, ke Azim dan Azzam.Syafiq terus menciumi kedua bayi yang sudah di dandani seganteng mungkin, dengan setelan baju koko, dan dipakaikan peci. Sangat ganteng dengan senyum manis berlesung pipi.kecantikan Adelia menempel pada kedua anak itu, dalam versi laki-laki.Semakin Syafiq mencium anak itu, hatinya semakin tidak bisa
Semua orang khawatir, begitu tau Azzam hilang. Syafiq langsung memberi perintah kepada Burhan dan Sam, untuk segera mencari keberadaan Azzam. Sementara Adelia langsung nangis histeris, dan akhirnya pingsan. Ini adalah hari aqiqah nya Azim dan Azzam, tetapi kenapa malah terjadi bencana seperti itu. Kenapa ada yang tega menculik bayi sekecil itu? Elena dengan cepat memeriksa kondisi Adelia, sementara Eva terus berusaha menenangkan sahabatnya itu. Suster Ratih, ketakutan, karena merasa itu karena keteledoran dirinya. Tetapi Syafiq tidak memarahi suster itu, bagaimanapun mereka sudah berusaha untuk merawat dua anak kembar itu dengan baik. Semua orang panik, dan kalang kabut mencari keberadaan Azzam, ditambah lagi Adelia yang pingsan, semakin membuat suasana jadi tak karuan. Syafiq dan Burhan pergi menuju ruang kerja Syafiq. Mereka memantau pergerakan penculik itu dari CCTV, yang terpasang di seluruh penjuru rumah besar bak istana itu. "Indah!" teriak Syafiq, begitu mengenali perempuan
Semakin lama, napas Azzam semakin tersengal, dan wajahnya memucat. Adelia histeris, melihat wajah Azzam yang memucat, tangisnya semakin lama semakin lemah. Melihat kondisi bayi itu yang semakin lemah, dengan cepat Dokter Elena menyuruh Syafiq untuk menyiapkan mobil, Azzam harus dibawa ke Dokter."Azzam! Dokter, Anakku kenapa Dok?" teriak Adelia semakin cemas."Bu Adelia, sepertinya Indah meracuni Azzam!""A ... apa Dok? Racun? Terus bagaimana kondisi Azzam sekarang?""Ibu tenang dulu, saya akan meminta madu dan susu untuk menetralisir racun itu, sementara, sambil menunggu mobil siap! Semoga Azzam akan baik-baik saja."Adelia tidak berbicara lagi, tubuhnya luruh ke lantai, bersamaan dengan munculnya Syafiq dan Bu Siti di pintu. Dengan cepat, lelaki itu menangkap tubuh Adelia, dan membawanya ke tempat tidur.Sementara Dokter Elena, dengan cepat membawa Azzam ke mobil, dan Pak Isman dengan cepat menjalankan mobilnya ke Rumah Sakit. Hanya butuh waktu lima belas menit, untuk sampai ke Ruma
Indah terbaring tak berdaya, di bangsal Rumah Sakit. Kaki kiri dan kedua tangannya patah. Kepala juga diperban, karena mengalami benturan dam terluka ringan. Dia seorang diri, dalam kesunyian kamar rawat. Sesaat setelah dia terjatuh dari lantai dua rumah Syafiq, Polisi datang untuk menanganinya, dan langsung membawa Indah ke Rumah Sakit.Dia dilaporkan oleh Syafiq, dengan tuntutan percobaan pembunuhan dan penculikan. Sekarang, meskipun dirawat di Rumah Sakit, akan tetapi, ruangannya dijaga ketat oleh petugas Kepolisian. Mereka tidak mau lengah, yang mengakibatkan tahanan berhasil kabur.Indah termenung, merenungkan nasibnya, ingatannya kembali pada kejadian tiga tahun yang lalu, saat dia memutuskan untuk merantau ke kota. Nasib buruk membawanya bertemu dengan Roni, dan akhirnya menjalin kasih dengan pemimpin preman itu. "Kamu tinggal sama Abang, di sini mau? Di sini lebih aman buat kamu, dari pada di luaran sana!"Indah teringat kembali ucapan Roni saat itu, ketika mereka pertama kal
Mobil memasuki halaman rumah yang cukup luas, dengan tanaman aneka bunga mawar di sisi kakan dan kiri jalan. Tampak sebuah kolam ikan dan gazebo di sisi kanan rumah, dan tanaman buah-buahan di sisi kirinya.Mobil berhenti di depan pintu rumah tersebut. Rumah dua lantai, yang tidak terlalu besar, tetapi terlihat sangat mewah. "Ayok turun Sayang, mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini, bersama saya dan juga Adelia, Kakak Madumu," ucap Arga, sambil membantu Indah turun dari mobil."Ini rumah Pak Arga?" tanya Indah, sambil memandang takjub rumah megah di hadapannya."Iya, dan ini akan jadi rumah kamu juga. Mulai hari ini, kita akan hidup bertiga di rumah ini," terang Arga."Tapi gimana kalau Istri Bapak tidak mengijinkan aku tinggal di sini?" tanya Indah ragu."Kenapa masih panggil Bapak? Panggil Mas dong, mulai hari ini, kamu itu istri saya, Arga! Bukan lagi OG di kantor!" ucap Arga tegas."Iya Pak, eh Mas," jawab Indah gugup.Arga menggandeng tangan Indah untuk masuk ke rumah, semen