“Simpan perasaanmu pada porsi yang tepat, agar ketika semua yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, kamu tidak akan merasakan sakit yang tidak berujung.”
----------
Mobil Ferrari berwarna biru melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, mobil yang dikendarai Alvaro itu melaju meninggalkan Kota Jakarta dengan membawa rasa kecewa bagi si pengendara. Ya, Varo kecewa dengan sang Papa yang telah membuat wajah tampan, menawannya menjadi babak belur.
Bukankah, seharusnya Papanya mendengarkan penjelasannya sebelum memukul wajahnya? Tapi, Papanya malah menuruti emosinya. Bahkan, Varo ingat bagaimana Papanya mengatai dirinya brengsek sampai bajingan. Gimana dirinya nggak kecewa coba, padahal sebelumnya Papanya tidak pernah berbuat kasar padanya.
Dan saat ini, setelah berkendara selama 2 jam lebih. Akhirnya Varo tiba di resort milik keluarganya di kawasan pantai Anyer.
Masih dengan setelan tuxedo hitam, Varo tur
“Memaafkan memang tidak mudah karena membutuhkan hati yang seluas samudra serta ketulusan hati untuk melakukannya. Namun, memaafkan dapat menghindarkan dari sifat benci dan dendam yang hanya akan merusak diri sendiri dalam hidup.”----------Satu minggu Varo lalui dengan berkeliling sekitar pantai dan bantu-bantu di resort. Suasana hatinya juga sudah lebih baik, namun belum ada niatan bagi Varo untuk kembali ke Jakarta terlebih rumahnya. Baginya rumah mewah itu memberikan sejuta kenangan bersama gadis jelitanya. Sungguh ia rindu dengan gadisnya, padahal baru dua minggu Alesha meninggalkannya. Namun, Varo harus menahan rindu yang sudah sampai ubun-ubun agar tidak nekat ke Amerika menyusulnya dan akan berakibat mengganggu fokus study Alesha.Dan pagi ini, untuk menghilangkan sejenak pikiran tentang Alesha, Varo memilih bantu-bantu di restoran resot. Karena weekend biasanya resortnya akan ramai terlebih pagi hari di restoran.
“Jarak itu sebenarnya tidak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan diciptakan oleh perasaan, sedangkan jarak hanya rintangan yang bisa ditempuh untuk bertemu.”----------Pagi yang malas untuk beraktivitas. Kota New York tengah berada di puncak musim dingin, tidak terkecuali Manhattan. Semalam penuh salju turun memutihkan segala yang dapat dijangkaunya. Dinginnya udara membuat tubuh menggigil seharusnya membuat siapapun yang akan beraktivitas menjadi enggan keluar rumah. Disaat seperti ini mau siang ataupun malam, New York tetaplah sama dinginnya.Terkecuali Alesha salah satu yang tidak terpengaruh hawa dingin di pagi itu. Hari ini dengan sangat bersemangat ia berangkat menuju kampus. Pekan pertama dirinya mulai menimba ilmu di Colombia University, dirinya sangat sibuk dengan aktivitas sebagai mahasiswa baru di salah satu kampus terbaik di Amerika. Jam 7 tepat ia harus sudah berada dikelas untuk mengikuti perkuli
“Jangan pernah menyerah pada sesuatu yang tidak bisa dilepaskan tanpa memikirkannya terlebih dahulu.”----------Dengan langkah tenang, Alesha menyusuri trotoar jalanan menuju apartemen tempat tinggalnya. Satu bulan lebih ia tinggal di New York, dan ini kali pertama dirinya pergi ke kampus tanpa diantar jemput bahkan ditunggui oleh Farrel ataupun Aufar. Aufar sedang berada di LA, menjalankan tugas yang diberikan Toni. Sedangkan Farrel, tadi ia minta izin untuk menjemput kerabatnya dari Indonesia di bandara.Sebelum sampai apartemennya, Alesha berhenti di sebuah supermarket besar yang tidak jauh dari apartemenya. Ia membeli beberapa cemilan, dan bahan makanan lainnya. Sebenarnya Farrel maupun Aufar sering beli bahan makanan, namun akhir-akhir ini kedua bodyguardnya itu sedikit sibuk mengerjakan tugas tambahan dari Toni. Jadi, biarlah kali ini dirinya yang belanja.Selesai belanja, Alesha langsung k
“Bagian tersulit bukanlah melupakan perasaan kepada seseorang yang pernah kita cintai, tetapi membangun kembali perasaan kepada orang lain itu jauh lebih sulit.” ---------- Entah sudah berapa kali Varo berusaha menemui Alesha di New York. Hampir setiap satu bulan sekali Varo pergi ke sana hanya untuk melihat Alesha dan mengikuti aktivitas gadis jelita itu selama 2 atau 3 hari. Dan tanpa sepengetahuan siapapun kecuali Dimas dan Aldo yang memang ia percaya untuk menghandle semua pekerjaannya. Sudah berlangsung dua setengah tahun, Alesha menjadi mahasiswi Colombia University. Dan, saat ini ia sedang menyelesaikan penelitiannya berharap ia akan lulus dalam waktu tiga tahun saja. Usaha dalam menghapus cintanya memang belum sepenuhnya berhasil, tapi setidaknya hatinya lebih baik selama dua tahun lebih tidak bertemu ataupun mendengar kabar tentang pria menawan itu. Selama di New York, memang Alesha tidak sekalip
“Jika memang berjodoh, Tuhan akan mempermudah segalanya. Segalanya akan serba tepat, tidak ada yang terlambat ataupun lebih awal. Kalau memang ditakdirkan berjodoh, pasti ada saatnya nanti dia datang sebagai jawaban atas doa-doamu.”----------“Alesha, could you please help me for now?” Tanya Jane, teman sekelas Alesha yang berasal dari Inggris.“Sure. what can I do for you, Jane?” Alesha baru saja keluar dari ruangan Professor Rully. Ia baru saja mendiskusikan penelitiannya.“I borrowed this book from Lora. But I can’t give it back because I have to go to Texas now.” Jane menyodorkan dua buah buku kepada Alesha.Alesha pun tersenyum menerima kedua buku itu, “Okay, I,ll leave it to Lona.” Ujarnya.“Thank you so much, Alesha.” Kata Jane memeluk Alesha sebelum berlalu.
“Cinta hanya sebah kata. Yang lebih penting dari kata cinta adalah bagaimana kita menjalani apa yang kita sebuah dengan cinta.”----------Makan malam di apartemen Alesha kali ini sedikit berbeda. Toni yang tidak pernah makan malam di apartemannya, malam ini pria itu makan malam dan menyiapkan makanan untuk Alesha dan lainnya.“Bagaimana penelitiannya, Queen?” Tanya Toni, disela makan malam yang terasa hangat itu.Alesha lantas berpaling pada Toni setelah terlebih dahulu setelah menikmati satu tegukan air putih yang sejuk, “Masih perlu kerja keras, dan terus berusaha.” Jawab Alesha, “Tapi akan Lesha pastikan bahwa, Lesha akan ikut wisuda akhir tahun ini.” Ujar Alesha percaya diri.Toni tersenyum lebar, “Oh itu bagus. Pasti Dinnar sama mbak Naya akan bangga sama Lesah.” Balas Toni.Alesha mengangguk, “Tentu saja, Lesha t
“Cinta itu akan selalu menemukan jalannya. Tidak perlu dipaksa karena hati dan cinta tidak akan pernah bisa dipaksa.”----------Kanaya mengambil foto-foto itu, lalu meletakannya di meja. Jantungnya seolah berhenti berdetak, saat di lembar pertama yang sebelumnya tertutup foto itu ada tulisan, ‘Alvaro love Nabilla’. Tentu saja Kanaya tahu Nabilla, yang tidak lain adalah Alesha ketika belum kembali ingatannya.Kanaya membuka halaman selanjutnya, dan membaca halaman demi halaman, kali ini dengan hati yang terasa sesak.“Hari ini aku senang bisa bertemu dengan abang sepupunya mas Narendra. Namanya om Varo, entah padahal baru kali ini aku bertemu dengannya, dan hatiku terasa nyaman.”Kanaya membaca sambil berfikir.“Hari ini aku akan interview kerja di hotel yang dikasih tau mas Narendra. Aku memandang takjub hotel mewah bertuliskan ‘Queen Hotel’ itu. Den
“Cinta memang buta, ia akan menghampiri siapa saja yang disukainya. Tidak peduli antara pria tua dan wanita muda, bahkan dengan sesama jenis sekalipun. Ada pula yang mengataakan kalau cinta adalah anugerah, jadi jangan membatasi jalinan asmara orang lain. Yang terpenting harus tetap ingat, sebuta apapun cinta yang dimiliki terhadap seseorang, jangan pernah membawa cinta itu keluar dari jalurnya. Tetap membawa cinta itu dijalur yang benar sesuai agama dan norma.”----------Raut wajah Dinnar seketika berubah tegang dan rahangnya mengeras. Jam istirahat, ia mendapatkan kejutan dengan datangnya sang istri ke Kantornya. Jarang-jarang lho. Bahkan setelah melahirkan Alyssa, Kanaya tidak pernah datang mengunjunginya ke kantor.Namun, tidak hanya kedatangan istrinya saja yang menjadi kejutan. Ada yang lebih membuat ia terkejut lagi, yaitu sebuah buku catatan yang diberikan istrinya. Buku