“Cinta hanya sebah kata. Yang lebih penting dari kata cinta adalah bagaimana kita menjalani apa yang kita sebuah dengan cinta.”
----------
Makan malam di apartemen Alesha kali ini sedikit berbeda. Toni yang tidak pernah makan malam di apartemannya, malam ini pria itu makan malam dan menyiapkan makanan untuk Alesha dan lainnya.
“Bagaimana penelitiannya, Queen?” Tanya Toni, disela makan malam yang terasa hangat itu.
Alesha lantas berpaling pada Toni setelah terlebih dahulu setelah menikmati satu tegukan air putih yang sejuk, “Masih perlu kerja keras, dan terus berusaha.” Jawab Alesha, “Tapi akan Lesha pastikan bahwa, Lesha akan ikut wisuda akhir tahun ini.” Ujar Alesha percaya diri.
Toni tersenyum lebar, “Oh itu bagus. Pasti Dinnar sama mbak Naya akan bangga sama Lesah.” Balas Toni.
Alesha mengangguk, “Tentu saja, Lesha t
“Cinta itu akan selalu menemukan jalannya. Tidak perlu dipaksa karena hati dan cinta tidak akan pernah bisa dipaksa.”----------Kanaya mengambil foto-foto itu, lalu meletakannya di meja. Jantungnya seolah berhenti berdetak, saat di lembar pertama yang sebelumnya tertutup foto itu ada tulisan, ‘Alvaro love Nabilla’. Tentu saja Kanaya tahu Nabilla, yang tidak lain adalah Alesha ketika belum kembali ingatannya.Kanaya membuka halaman selanjutnya, dan membaca halaman demi halaman, kali ini dengan hati yang terasa sesak.“Hari ini aku senang bisa bertemu dengan abang sepupunya mas Narendra. Namanya om Varo, entah padahal baru kali ini aku bertemu dengannya, dan hatiku terasa nyaman.”Kanaya membaca sambil berfikir.“Hari ini aku akan interview kerja di hotel yang dikasih tau mas Narendra. Aku memandang takjub hotel mewah bertuliskan ‘Queen Hotel’ itu. Den
“Cinta memang buta, ia akan menghampiri siapa saja yang disukainya. Tidak peduli antara pria tua dan wanita muda, bahkan dengan sesama jenis sekalipun. Ada pula yang mengataakan kalau cinta adalah anugerah, jadi jangan membatasi jalinan asmara orang lain. Yang terpenting harus tetap ingat, sebuta apapun cinta yang dimiliki terhadap seseorang, jangan pernah membawa cinta itu keluar dari jalurnya. Tetap membawa cinta itu dijalur yang benar sesuai agama dan norma.”----------Raut wajah Dinnar seketika berubah tegang dan rahangnya mengeras. Jam istirahat, ia mendapatkan kejutan dengan datangnya sang istri ke Kantornya. Jarang-jarang lho. Bahkan setelah melahirkan Alyssa, Kanaya tidak pernah datang mengunjunginya ke kantor.Namun, tidak hanya kedatangan istrinya saja yang menjadi kejutan. Ada yang lebih membuat ia terkejut lagi, yaitu sebuah buku catatan yang diberikan istrinya. Buku
“Saat mencintai seseorang dan orang itu memiliki perasaan yang sama, saat orang itu juga membalas cinta. Itu akan menjadi sebuah keajaiban hidup, ‘Sangat dicintai oleh seseorang akan memberi kekuatan, sementara mencintai seseorang secara mendalam akan memberi keberanian.”----------Dinnar dan Kanaya kompak berlari menuju pintu utama kediaman Agustaf, tujuan mereka satu yaitu menyambut putri bungsunya Alyssa yang baru pulang dari Bandung bersama Papa dan Mamanya. Tiga hari tiga malam sudah, putrinya itu meninggalkan mereka berdua.Awalnya hanya akan satu hari Alyssa di Bandung, namun karena Alyssa yang tidak ingin kembali kalau tidak dengan Varo, membuat Sam dan Marta menunggu Varo menyelesaikan pekerjaannya di Bandung. Kadang Dinnar sendiri bingung dengan putri-putrinya yang sangat dekat dengan Alvaro adiknya. Memang dengannya juga dekat. Namun, kedua putrinya jauh lebih dekat dengan Alvaro.Dan, lebih&nb
“ Semakin keras berusaha melupakan seseorang, maka semakin keras juga mempertahankannya dalam hati.”----------Suasana menjadi hening, baik Dinnar maupun Varo serta Kanaya sama-sama diam larut dalam pikiran masing-masing. Alyssa yang sebelumnya tersenyum senang, melihat Papa Yonya diam pun membuat senyum gadis mungil itu pudar. Kedua tangan mungilnya terulur mengusap-ngusap lembut pipi Varo, “Papa… Papa, are you okay?” Tanya Alyssa yang masih berada digendongan Varo.Varo yang mendapatkan elusan lembut dari keponakannya itu terkejut. Matanya mengerjab-ngerjab, mengembalikan fokusnya yang sebelumnya terpecah memikirkan nasibnya selajutnya. Varo tersenyum melihat gadis mungil yang berada digendonganya memasang wajah masam.“Apa Papa keberatan gendong Princes?” Dengan gaya anak-anaknya, Alyssa bertanya kepada Varo dengan raut wajah
“Tidak selalu ada pelangi setelah hujan, tapi pasti akan ada kebahagiaan setelah perjuangan.” ----------New York masih dingin dan berangin, bahkan di malam hari bisa di bawah titik nol. Bahkan Departemen Sanitasi setempat mengeluarkan peringatan kemungkinan akan turun salju pada sore nanti. Embusan angin yang membawa hawa dingin langsung menyapa gadis jelita yang tengah tersenyum bahagia itu saat keluar dari gedung Departmet of Statistics Colombia University.Lahir dan besar dalam keluarga berkecukupan, tidak menjamin perjalanan Alesha menyelesaikan studynya mulus tanpa perjuangan. Alesha juga sama dengan mahasiswa-mahasiswi lainya, harus berjuang mati-matian untuk mengikuti suasana akademis di Colombia University yang sangat berbeda dengan Indonesia.Bahkan sejak semester satu, gadis ayu yang akrab di sapa Queen itu hanya tidur tiga sampai empat jam perhari lantaran harus belajar dan mengerja
“Sabar itu ada dua macam: Sabar atas sesuatu yang tidak diinginkan dan sabar menahan diri dari sesuatu yang diinginkan.”----------Hari yang membahagiakan bagi Alesha akhirnya tiba juga. Senyum dari gadis jelita itu tidak pernah memudar sejak tadi, sejak Presiden Colombia University menyematkan selempang bertuliskan cumlaude ditubuhnya. Banyaknya rekan yang mengucapkan selamat, membuatu senyum Alesha semakin betah menghiasi wajah ayu gadis jelita itu.Kehadiran keluarga besarnya, semakin membuat senyum Alesha merekah sempurna. Di kejauhan ia melihat mereka tengah menunggunya untuk berfoto. Meskipun tidak ada sosok Alvaro menghadiri hari kelulusannya, itu tidak masalah bagi Alesha. Karena satu bulan yang lalu, pria menawan itu sudah mengunjunginya dan memberitahu tidak hadir karena harus menggantikann sang ayah sementara di perusahaan.Setelah semua ritual kelulusan usai, serta Alesha dan keluarga juga
“Hidup bukann tentang mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi tentang menghargai apa yang dimiliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri.”----------Hawa panas seketika menyeruak begitu seorang gadis jelita melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari bandara. Senyumnya tersungging sempurna semenjak menapakkan kaki saat turun dari pesawat. Gadis itu melangkah dengan anggunnya menuju pintu keluar bandara.Setelah menempuh kurang lebih 3 tahun di New York, Alesha akhirnya kembali pulang ke Indonesia. Hatinya sudah tertata dengan baik. Ia siap menjalani hidupnya dengan menerima perjodohan yang di tawarkan sang ayah.Hubungan dengan Alvaro telah membaik. Beberapa kali Papa Yonya itu menghampirinya di New York dan Alesha sudah bisa menemuinya. Hanya saja, keduanya tidak membahas masalah perasaan. Alesha takut akan menjadi perusak rumah tangga Papa Yonya, yang ia kira sudah menikah. Smentara Varo takut Ale
"Satu hal dalam diri manusia yang tidak pernah berbohong adalah hati. Bisa saja mulut kita bilang membencinya, tapi tidak dengan hati kita. Hati kita akan bilang membencinya, jika memang membencinya, dan akan bilang menyayanginya jika kita benar-benar menyayanginya."----------“Mau makan dimana?” Tanya Varo sebelum menjalankan mobil.“Terserah.” Jawab Alesha dengan pandangan lurus kedepan. Alvaro hanya menatap sejenak pada Alesha. Raut khawatir jelas tergambar dari wajah jelita Alesha.“Dasar perempuan.” Gumam Alvaro dengan tersenyum.Alesha mendengus. Jujur, saat ini Alesha sedang mengatur debar jantung yang tidak beraturan. Terlebih bau maskulin dari tubuh Varo yang menggoda Alesha untuk memeluk pria menawan yang tengah mengemudikan mobilnya, “Ya kan Papa yang ngajakin, Lesha mah ngikut aja.” Kata Alesha tanpa berpaling menghadap Varo.“Gimana kalau kita belan
“Keluarga adalah rumah tempat berpulang, keluarga bukanlah hanya sekedar tempat pelampiasan ketika dunia mengalahkan kita. Tangan memang selalu terbuka, tetapi adakah tega kembali hanya untuk sebuah kebutuhan dan pergi ketika diatas awan. Keharmonisan dalam keluarga tidak datang begitu saja, namun keharmonisan itu harus dibangun bersama.”----------Aldelio Ahyar Agustaf, yang artinya sosok pemimpin yang berwibawa dengan sifat religius, yang terlahir di keluarga Agustaf.Serangkaian nama dengan makna indah, yang diberikan Dinnar untuk cucu pertamanya. Terselip harapan yang begitu besar, dengan doa-doa menyertai dalam setiap untaian kata. Cucu pertama Dinnar, putra pertama Alvaro, yang kelak saat besar nanti akan menjadi pemimpin yang berwibawa dengan akhlak yang baik.Bukan tanpa alasan, Dinnar memberikan nama indah itu untuk cucunya. Sosok pemimpin perusahaan besar itu, tentu saja ingin kelak ada keturunannya yang meneruskan memimpin perusahaan.
“Kata orang, cinta bukanlah sesuatu yang kita cari karena dia yang akan menemukan kita. Tidak peduli akan tempat, waktu, dan juga keadaan. Takdir akan menuntun kita untuk bertemu dengan seseorang yang membuat kita merasa begitu dicintai, seolah hanya kita lah satu-satunya cinta yang dimilikinya. Kamu tahu, bila kamu tidak sempurna, kamu mungkin bisa melakukan kesalahan, akan tetapi cinta sejati yang kamu dapatkan membuatmu sangat yakin bila tidak peduli apa yang terjadi nanti, kamu akan selalu mencintainya dan tidak bisa memadamkan rasa itu.”----------Alvaro yang melihat istrinya memejamkan mata, seketika terkesiap, membelalakkan matanya. Perasaan takut, khawatir, gelisah, kembali menyelimuti dirinya. Tanpa berpikir panjang, dengan tangannya yang gemetar, ia guncang-guncangkan tubuh lemas Alesha, guna membangunkan perempuan itu, lalu menatap pada Tyas, dengan tatapan penuh ketakutan.Tyas yang baru saja selesai menjahit bagian kewanitaan Alesha, se
Waktu adalah sesuatu hal yang memiliki ketetapan dan bernilai pasti. Tidak berputar dengan cepat, tidak pula berputar dengan lambat. Bumi pun, masih begitu stabil berputar pada porosnya, dari arah barat ke timur, tidak ada yang berubah sama sekali. Namun, entah kenapa karena aktivitas harian yang cukup padat, Alesha merasa hari demi hari seakan berlalu begitu cepat berganti, dari minggu ke minggu, hingga bulan ke bulan.Banyak hal yang Alesha lalui selama waktu terus berjalan. Dimulai dari drama Alesha yang kesal dengan sang suami, karena teramat sibuk dengan dengan berbagai pekerjaan di luar kota, bahkan luar negeri, hingga cukup jarang berkumpul dengan keluarga. Beruntung, Alesha mempunyai adik yang sangat menggemaskan dan pengertian, juga sayang padanya. Meskipun adiknya itu sering kali membuat drama, tetap saja Alesha sangat menyayangi Princess mungilnya itu.Sampai tiba waktunya, pria menawan itu memaksa Ayah mertuanya yang menjabat sebagai Presdir Agustaf Company, ya
"Tidak ada hubungan suami dan istri yang selalu cerah, namun mereka berdua dapat berbagi satu payung dan bertahan dari badai bersama-sama."----------Pernikahan bukan tentang akhir kisah cinta, melainkan awal baru bagi kehidupan baru. Menikah tentu saja tidak sama saat masih berstatus sebagai pasangan kekasih, terlalu banyak manis, hingga mengelak pedih yang bersembunyi dibalik rasa manis itu. Menikah berarti, mampu melihat semua sisi buruknya setiap hari, semakin hari akan melihat topeng yang satu persatu di tanggalan oleh pasangan. Ini lah, yang menyebabkan banyak pernikahan kandas. Merasa bahwa dirinya bukanlah sosok yang selama ini dikenal, karena banyak hal baru tentangnya, yang tidak ditemui sebelumnya.Menikah berarti berkomitmen untuk menerima semua hal yang menyebalkan itu. Menerima kekurangannya, dan melengkapi dirinya. Dengan menikahi sang pujaan hati, tidak bisa berharap bila semua akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Percayalah, menikah tidak sein
“Laki-laki yang baik, ia tidak akan tergoda dengan perempuan lain, pun dengan perempuan yang baik, ia tidak akan menggoda laki-laki yang sudah beristri.”-----------Matahari mulai mengintip di balik awan, sehingga sinarnya tidak terlalu terik, pagi ini. Awan hitam kecil menggantung di langit, angin bertiup pelan menghela dedaunan, dan perlahan masuk melalui jendela, menyibak pelan tirai yang menghias di sana.Pagi ini, karena ada rapat penting Alvaro terburu-terburu berangkat ke kantor, tanpa menunggu Alesha bangun. Ia sangat memaklumi kondisi sang istri, semakin perutnya membuncit, istrinya itu sudah merasa malas melakukan aktifitas. Dan, tentu saja Varo tidak masalah, yang penting Alesha tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya.Seperti biasa, jika harus berangkat pagi-pagi sekali, Varo hanya meninggalkan sebuah memo di dekat ranjang tempat tidur mereka.Tidak lama, setelah Varo berangkat, Alesha pun bangun dari tidurnya. Saat Alesha meli
“Perasaan cinta memang luar biasa. Datang tanpa aba-aba, tanpa isyarat dan tidak terduga pula. Pun begitu, akan tetapi menikmatinya dan tanpa di sadari hidup yang di jalani sudah di porak-porandakan oleh kekuatan cinta.”----------Bukan Alvaro namanya, jika sesuatu hal yang ia inginkan tidak terlaksana. Apa lagi, ketika itu menyangkut orang yang ia sayangi.Sudah empat bulan, semenjak Alesha keluar dari rumah sakit, dan kandungan Alesha sekarang sudah enam bulan. Dan, selama itu juga, Alvaro belum pernah sekalipun menemani Alesha untuk periksa kandungan.Bukan tanpa alasan, Alvaro tidak menemani istrinya periksa kandungan. Pria menawan itu, selain disibukan dengan kerjaan di perusahaan Agustaf Company, ia juga harus meng handle restoran dan café, bahkan tidak jarang Varo harus ke luar kota berhari-hari untuk meninjau pembangunan restoran barunya yang ada di Malang, belum lagi jika ia harus menggantikan Dinnar bertemu kolega bisnisnya ke luar n
"Wanita yang paling beruntung adalah dia yang dikaruniai Tuhan seorang pria yang penyabar dan penyayang, penuh kehangatan dan kelembutan, suka menolong dan berhati tulus. Jika dia pergi, si wanita akan merindukan. Jika dia ada, wanita ingin terus berdekatan."----------Varo seharusnya tidak menerima panggilan saat sedang memimpin rapat, tapi perasaannya sejak tadi tidak tenang memperkuat keinginannya untuk menerima panggilan itu. Varo, meminta maaf kepada semua peserta rapat yang adalah, kepala-kepala divisi dan beberapa petinggi perusahaan, ia meminta waktu istirahat selama lima menit sebelum meninggalkan ruangannya untuk menerima telepon.‘Mama’Alvaro mengernyitkan dahi saat melihat nama sang Mama yang terpampang jelas pada layar ponsel. Tidak biasanya sang Mama menelepon, biasanya jika ada sesuatu pasti Mamanya itu cukup mengirim pesan saja. Tapi, kali ini kenapa Mamanya menelepon?Darah Varo terasa seperti membeku saat mendengar
Dalam alur kehidupan, setiap mahkluk Tuhan pasti sering dihadapkan pada berbagai macam situasi yang berbeda dengan akhir yang tidak sama. Entah itu jalan cerita bahagia, atau pun jalan cerita yang penuh penderitaan. Semua itu, sudah di porsi sama rata, tanpa bisa di negosiasi selayaknya takdir.Begitupun juga dengan waktu. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak, kapan, di mana, kenapa, bagaimana dan mengapa semua alur kehidupan itu terjadi. Bahkan, sekelebat bayangan tentang masa depan saja, tidak pernah mampir dalam pikiran sebagai tanda untuk sang pemegang kendali alur kehidupan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.Alvaro tidak pernah menyangka, bahwa takdirnya jatuh pada keponakannya sendiri. Masih sangat membekas di ingatan Alvaro, bahwa perempuan jelita yang pagi ini masih bergulung nyaman diatas ranjan itu, dulunya adalah bayi mungil yang selalu ia timang, saat dirinya hendak berangkat kuliah ataupun saat pulang kuliah.Bayangkan, waktu it
Alyssa berjalan pelan sambil menggerutu. Wajahnya tertekuk masam, tanda ia akan menangis. Tas di punggungnya terasa berat, padahal isinya hanya tempat pensil dan kotak makan. Alyssa, saat ini sedang berjalan masuk ke dalam rumah Alvaro. Ia baru pulang dari KB, dan dijemput oleh Papa Yonya, yang memang berjanji pulang saat jam makan siang, berencana makan siang bersama sang istri.Alyssa berjalan meninggalkan Alvaro yang masih berada di dalam mobil, pria itu hanya menggelengkan kepala seraya mengulum senyum, Varo sudah tahu penyebab gadis mungil itu ngambek, dan sebentar lagi sebuah drama akan dimulai.Alyssa memasuki rumah dengan gerasah-gerusuh. Matanya menatap kesal kearah lima orang yang sedan bersendau gurau di ruang keluarga rumah Alvaro. Tampak di sana, sang Bunda, Oma, Queen sedang duduk di sofa, sedangkan Afnan dan Aflah, sedang duduk di lantai bersandar pada kaki sofa dan sedang bermain ponsel.“Abang, Mamas!!” Teriak Alyssa marah, manik coklat