“Tidak selalu ada pelangi setelah hujan, tapi pasti akan ada kebahagiaan setelah perjuangan.”
----------
New York masih dingin dan berangin, bahkan di malam hari bisa di bawah titik nol. Bahkan Departemen Sanitasi setempat mengeluarkan peringatan kemungkinan akan turun salju pada sore nanti. Embusan angin yang membawa hawa dingin langsung menyapa gadis jelita yang tengah tersenyum bahagia itu saat keluar dari gedung Departmet of Statistics Colombia University.
Lahir dan besar dalam keluarga berkecukupan, tidak menjamin perjalanan Alesha menyelesaikan studynya mulus tanpa perjuangan. Alesha juga sama dengan mahasiswa-mahasiswi lainya, harus berjuang mati-matian untuk mengikuti suasana akademis di Colombia University yang sangat berbeda dengan Indonesia.
Bahkan sejak semester satu, gadis ayu yang akrab di sapa Queen itu hanya tidur tiga sampai empat jam perhari lantaran harus belajar dan mengerja
“Sabar itu ada dua macam: Sabar atas sesuatu yang tidak diinginkan dan sabar menahan diri dari sesuatu yang diinginkan.”----------Hari yang membahagiakan bagi Alesha akhirnya tiba juga. Senyum dari gadis jelita itu tidak pernah memudar sejak tadi, sejak Presiden Colombia University menyematkan selempang bertuliskan cumlaude ditubuhnya. Banyaknya rekan yang mengucapkan selamat, membuatu senyum Alesha semakin betah menghiasi wajah ayu gadis jelita itu.Kehadiran keluarga besarnya, semakin membuat senyum Alesha merekah sempurna. Di kejauhan ia melihat mereka tengah menunggunya untuk berfoto. Meskipun tidak ada sosok Alvaro menghadiri hari kelulusannya, itu tidak masalah bagi Alesha. Karena satu bulan yang lalu, pria menawan itu sudah mengunjunginya dan memberitahu tidak hadir karena harus menggantikann sang ayah sementara di perusahaan.Setelah semua ritual kelulusan usai, serta Alesha dan keluarga juga
“Hidup bukann tentang mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi tentang menghargai apa yang dimiliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri.”----------Hawa panas seketika menyeruak begitu seorang gadis jelita melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari bandara. Senyumnya tersungging sempurna semenjak menapakkan kaki saat turun dari pesawat. Gadis itu melangkah dengan anggunnya menuju pintu keluar bandara.Setelah menempuh kurang lebih 3 tahun di New York, Alesha akhirnya kembali pulang ke Indonesia. Hatinya sudah tertata dengan baik. Ia siap menjalani hidupnya dengan menerima perjodohan yang di tawarkan sang ayah.Hubungan dengan Alvaro telah membaik. Beberapa kali Papa Yonya itu menghampirinya di New York dan Alesha sudah bisa menemuinya. Hanya saja, keduanya tidak membahas masalah perasaan. Alesha takut akan menjadi perusak rumah tangga Papa Yonya, yang ia kira sudah menikah. Smentara Varo takut Ale
"Satu hal dalam diri manusia yang tidak pernah berbohong adalah hati. Bisa saja mulut kita bilang membencinya, tapi tidak dengan hati kita. Hati kita akan bilang membencinya, jika memang membencinya, dan akan bilang menyayanginya jika kita benar-benar menyayanginya."----------“Mau makan dimana?” Tanya Varo sebelum menjalankan mobil.“Terserah.” Jawab Alesha dengan pandangan lurus kedepan. Alvaro hanya menatap sejenak pada Alesha. Raut khawatir jelas tergambar dari wajah jelita Alesha.“Dasar perempuan.” Gumam Alvaro dengan tersenyum.Alesha mendengus. Jujur, saat ini Alesha sedang mengatur debar jantung yang tidak beraturan. Terlebih bau maskulin dari tubuh Varo yang menggoda Alesha untuk memeluk pria menawan yang tengah mengemudikan mobilnya, “Ya kan Papa yang ngajakin, Lesha mah ngikut aja.” Kata Alesha tanpa berpaling menghadap Varo.“Gimana kalau kita belan
"Bukankah cinta adalah proses menuju jalan pulang? Berjalan menuju seseorang yang kelak disebut rumah dan menetap di sana hingga akhir perjalanan hidup."----------Bak seorang tersangka, Alesha yang baru saja terciduk pun harus mendapat interogasi dari sang ayah dan juga Aldo. Beruntug sesi interogasi yang dilakukan oleh ayah dan sahabatnya itu tidak semenegangkan sesi interogasi layaknya penjahat sungguhan. Introgasi yang Alesha jalani, justru tidak lepas dari candaan Aldo yang memang orangnya humoris pun dengan Dinnar yang malah mengajak Alesha singgah direstoran. Sungguh ayahnya itu sangat pengertian, tahu kalau dirinya belum makan siang, padahal jam makan siang sudah lewat.Setelah selesai sesi interogasi plus makan siang, kini Alesha harus menjadi tahanan sang ayah. Alesha harus ikut ayahnya ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Sebenarnya, Alesha ingin menunggu di apartemen Farrel saja. Na
“Hidup mungkin tidak sesuai dengan rencanamu, namun selama hidupmu masih di bawah kendali Tuhan, hidupmu pasti akan terencana dengan baik.”----------“Selamat pagi semuanyaaaa!” Pekikan Alesha menggema diseluruh bagian ruang makan hingga dapur. Membuat seluruh anggota keluaraga serta asisten rumah tangga yang ada di dapur terkekeh.“Pagi opa, pagi oma, pagi Ayah, dan pagi…….” Alesha tertegun melihat seseorang yang duduk di sebelah ayahnya. Lantas ia pun menggantungkan ucapannya sejenak, sebelum akhirnya kembali bisa menguasai dirinya, “Pagi Papa Yo.” Sapa Alesha, kemudian duduk disamping omanya yang berhadapan langsung dengan Varo.“Lho, kok kaget gitu lihat Papa Yo?” Tanya Sam dengan sebelah alisnya yang terangkat. Ia berniat menggoda cucunya yang kentara banget berusaha menutupi perasaannya.Alesha pun sedikit binggung harus memberikan
“Berhentilah menyalahkan dan mengeluh akan takdir, terutama saat belum melihat makna apa yang sesungguhnya tersirat dibaliknya.”----------Malam mulai larut dan suasana tenang tengah menyelimuti kediaman mewah keluarga Agustaf. Disalah satu kamar yang ada dirumah itu, seorang gadis jelita baru saja megakhiri panggilan video call dari sahabat-sahabatnya. Sahabat yang sudah tiga tahun tidak ia temui, namun komunikasi tetap mereka jalankan.Ya, Alesha baru saja mendapat paggilan video dari Jihan, Olivia, dan Narendra. Dalam sesi video call kali ini, Alesha harus ikhlas menjadi bahan ledekan para sahabatnya itu. Alesha bercerita kepada mereka, bahwa drinya dijodohkan dan akan menikah sebentar lagi. Awalnya, semua sahabatnya tidak percaya. Namun, beberapa detik kemudian mereka kompak tertawa. Dan, yang menjadikan mereka tertawa bukan soal Alesha dijodohkan. Namun, tentang Alesha yang selama ini hanya menj
“Memaafkan orang atas apa yang mereka lakukan memang tidak mudah karena membutuhkan hati yang seluas samudera serta ketulusan hati untuk melakukannya. Namun, memaafkan kesalahan orang dapat memberi menfaat bagi diri sendiri karena hal tersebut dapat membuat hati menjadi lebih tenang dan penuh kedamaian.”----------Dua minggu berlalu, Alesha merasa dua minggu ini berlalu dengan sangat cepat. Persiapan pernikahannya juga cukup menguras fisiknya. Meski semua urusan pernikahannya diurus oleh Ayah, Bunda, Opa serta Omanya, tetap saja Alesha harus ikut turun tangan. Meskipun, pernikahannya karena perjodohan tapi tetap saja Alesha mempunyai pernikahan impiannya.Dua hari lagi Alesha akan berubah status menjadi istri orang. Yang sampai sekarang ia sendiri belum mengetahui siapa laki-laki yang dipilihkan ayahnya tersebut. Berulang kali Alesha menanyakan pada semua penghuni rumah keluarga Agustaf, namun semuanya tidak ada yang bernia
“Ikhlas lah akan apa yang sudah menjadi takdir kita. Kalau sudah ikhlas kita tinggal berusaha buat takdir itu menjadi seindah mungkin sesuai harapan kita.”----------Pagi ini terasa lebih sejuk dari hari-hari sebelumnya. Rintik hujan yang sempat turun semalaman nyatanya bukan menjadi sebuah alasan bagi sang surya untuk menghangatkan buminya. Seolah memberikan semangat dan harapan bagi mereka yang akan memulai berbagai macam aktivitas.Sinar matahari nampak malu-malu kucing, mengintip melalui celah jendela di kamar Alesha. Gadis jelita itu sudah terbangun setengah jam yang lalu. Hanya saja, ketika mengingat kenyataan apa yang akan dijalani hari ini, ia memilih kembali bergelung di dalam selimut. Berkali-kali Alesha menghela napas, gadis itu gusar memikirkan jalan hidupnya.Sama halnya dengan perempuan lainya, yang ingin hidup dengan orang yang dicintainya. Pun dengan Alesha yang ingin hidup bahagia dengan pria m