“Memaafkan orang atas apa yang mereka lakukan memang tidak mudah karena membutuhkan hati yang seluas samudera serta ketulusan hati untuk melakukannya. Namun, memaafkan kesalahan orang dapat memberi menfaat bagi diri sendiri karena hal tersebut dapat membuat hati menjadi lebih tenang dan penuh kedamaian.”
----------
Dua minggu berlalu, Alesha merasa dua minggu ini berlalu dengan sangat cepat. Persiapan pernikahannya juga cukup menguras fisiknya. Meski semua urusan pernikahannya diurus oleh Ayah, Bunda, Opa serta Omanya, tetap saja Alesha harus ikut turun tangan. Meskipun, pernikahannya karena perjodohan tapi tetap saja Alesha mempunyai pernikahan impiannya.
Dua hari lagi Alesha akan berubah status menjadi istri orang. Yang sampai sekarang ia sendiri belum mengetahui siapa laki-laki yang dipilihkan ayahnya tersebut. Berulang kali Alesha menanyakan pada semua penghuni rumah keluarga Agustaf, namun semuanya tidak ada yang bernia
“Ikhlas lah akan apa yang sudah menjadi takdir kita. Kalau sudah ikhlas kita tinggal berusaha buat takdir itu menjadi seindah mungkin sesuai harapan kita.”----------Pagi ini terasa lebih sejuk dari hari-hari sebelumnya. Rintik hujan yang sempat turun semalaman nyatanya bukan menjadi sebuah alasan bagi sang surya untuk menghangatkan buminya. Seolah memberikan semangat dan harapan bagi mereka yang akan memulai berbagai macam aktivitas.Sinar matahari nampak malu-malu kucing, mengintip melalui celah jendela di kamar Alesha. Gadis jelita itu sudah terbangun setengah jam yang lalu. Hanya saja, ketika mengingat kenyataan apa yang akan dijalani hari ini, ia memilih kembali bergelung di dalam selimut. Berkali-kali Alesha menghela napas, gadis itu gusar memikirkan jalan hidupnya.Sama halnya dengan perempuan lainya, yang ingin hidup dengan orang yang dicintainya. Pun dengan Alesha yang ingin hidup bahagia dengan pria m
“Seperti halnya rezeki dan juga kematian, jodoh merupakan takdir Allah yang tidak pernah dapat ditebak kedatangannya, namun telah diatur oleh-Nya.”----------Di sepanjang perjalanan menuju tempat digelarnya acara pernikahan, mulut Alesha tidak berhenti merapalkan doa. Kegugupan terlihat jelas di wajah jelitanya yang sudah dirias sangat anggun. Make up natural yang membuat Alesha terlihat sangat berbeda, kalau orang jawa bilang ‘manglingi'. Keseharian Alesha yang sangat jarang sekali menggunakan make up, membuat gadis jelita itu nampak sekali pesonaa Queen nya.Kanaya yang duduk di samping Alesha, bisa merasakan kegelisahan putrinya itu. Wanita setengah baya yang nampak anggun itu mengulurkan tangannya, menggenggam telapak tangan sang putri yang terasa dingin. Alesha yang semula menatap lurus ke jalanan, kini beralih menatap Kanaya lalu tersenyum senang merasakan kasih sayang dari bundanya.“Relax, say
“Terkadang memang diperlukan proses yang sedemikian panjang dan rumit serta penuh luka untuk bisa mengantarkanmu pada yang namanya cinta sejati.”----------Dinnar lantas menyerahkan telapak tangan Alesha pada Varo. Setelah sebelumnya mengecup kening dan juga memeluk Alesha. Dinnar kemudian mengambil posisi duduk di samping sang istri. Bersisian dengan Sam dan Marta yang tak kalah terharu memandang putra dan cucu mereka.“Istriku sangat cantik. Kenapa nangis, hmm.” Ucap Varo lembut seraya menghapus air mata yang masih mengenang di pelupuk mata Alesha.Alvaro menggenggam erat kedua tangan Alesha. Membawa tubuh gadis itu agar keduanya bisa berhadapan. Varo hanya bisa berharap, ia bisa menyampaikan semua kata yang telah disusun di otaknya.“Queen, mungkin aku bukanlah orang yang pandai merangkai kata-kata rayuan. Aku bukan pria yang baik, aku hanya pria pengecut yang tidak berani bertangg
“Pria sejati bukan dia yang punya banyak wanita dalam hidupnya, namun dia yang menolak banyak wanita hanya demi wanita yang dicintai” ----------“Romantis.Cukuplah satu kata itu yang dapat menggambarkan suasana malam dalm kamar Presidential Suite yang nampak mewah dengan dekorasi sedemikian indah, yang di dekor langsung oleh staff hotel. Taburan kelopak bunga mawar merah, berpadu lilin-lilin kecil aroma terapi ditata begitu cantik di lantai kamar, ditambah dua handuk yang dibentuk menyerupai sepasang angsa saling berhadapan, seakan menambah suasana romantis kamar pengantin untuk menghabiskan malam pertama bersama-sama. Namun, sayangnya suasana romantis itu tidak berlaku bagi Alesha dan Alvaro. Sepasang pengantin baru itu, justru berbaring ditempat terpisah, usai membersihkan diri dan berganti pakaian. Alesha yang merebahkan tubuhnya di atas ranjang dalam posisi menyamping membelakangi Alvaro. Tidak henti-hentinya merarik selimut secara perl
"Cinta itu tidak selalu menuntut kesempurnaan. Cinta itu ketika kita dapat menutupi kekurangan seseorang dalam kebersamaan."----------“P-Papa….” Gumam Alesha yang terdengar sangat pelan, membuat hasrat yang selama tiga puluh sembilan tahun tidur dengan damai, tiba-tiba saja terbangun. Apalagi posisi Alesha menindih tubuh Alvaro, hingga membuat aset kembar milik Alesha yang belum pernah terjamah oleh laki-laki manapun, menempel tanpa permisi. Seketika membangkitkan naluri seorang pria yang berusaha Varo tahan sejak Alesha meminta bantuan untuk membuka gaun pesta yang ritsletingnya tersangkut benang, saat gadis jelita itu hendak mandi. Hanya membangkitkan naluri saja, bukan membangkitkan gairah.Meskipun berhubungan intim menjadi sebuah kewajiban dan merupakan salah satu keharusan bagi sepasang suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, juga dijadikan sebagai bentuk komunikasi agar bisa memahami perasaan satu sama lain. Tapi, h
"Saat seorang pria mengatakan, "Saya terima." Dalam sebuah akad pernikahan, maka itu berarti ia mengatakan, "Bahwa saya menerima tanggung jawab untuk melayani, mencintai, dan melindunginya serta memenuhi kebutuhannya."----------Sinar matahari mulai menyusup pada celah tirai kamar hotel yang masih menutup. Samar-samar, kicauan suara burung yang berpadu dengan bising kendaraan pun, seakan menjadi melodi indah di pagi hari, kala cahaya sang surya memancarkan kehangatan.Dalam gulungan selimut tebal, sepasang pengantin baru yang baru saja melanjutkan tidur setelah sholat Subuh. Pasangan suami istri itu menghabiskan malam dengan berbincang panjang, menceritakan kisah masing-masing dan baru tertidur pada pukul tiga dini hari. Mereka masih terlelap begitu nyenyak, dengan posisi saling berpelukan.Varo yang lebih dahulu terbangun mulai mengeliat, membuka kelopak matanya perlahan. Kemudian tersenyum b
"Suami yang paling beruntung adalah dia yang memiliki istri yang baik, menyenangkan dan perhatian, iman memenuhi hatinya, kelembutan menghiasi tutur katanya, dan berbuat kebaikan menjadi motto hidupnya. Apabila suami datang dia segera menyambutnya. Dan apabila suami bepergian, dia senantiasa menjaga rumah tangganya." ---------- Pagi ini memang masih dominan awan hitam, hujan pun tidak kunjung berhenti sejak malam, membuat suasana dingin merasuk sampai ke tulang. Tapi, bagi mereka yang kasmaran, pagi dingin ini tidak terlalu kerasa. Dingin langsung meleleh terkena kehangatan suasana mereka. Lihatlah, sepasang suami istri pengantin baru itu, masih nyaman bergulung dibawah selimut tebal yang menghangatkan mereka. Varo yang pagi ini terbangun lebuh dulu, tersenyum melihat gadis jelita yang masih terlelap disampingnya. Satu tangannya menelusup dibelakang kepala Alesha untuk menarik kepala gadis te
“Istri adalah tulang rusukmu, ia bukanlah wanita yang bisa engkau suruh-suruh. Perlakukanlah ia degan kelembutan, maka ia akan lebih lembut dari perlakuanmu.”--------------Sinar sang baskara akhirnya mulai lenyap ke peraduan dengan sempurna, diiringi dengan embusan angin yang menyejukan udara panas di Ibu Kota petang ini. Suara gemerisik dari dedaunan yang saling beradu satu sama lain, menyambut gelap malam.Hari ini, merupakan hari yang cukup melelahkan bagi Alesha, setelah seharian ia mengikuti suaminya ke kantor dan mengunjungi beberapa restoran dan café milik sang suami, yang kini menjadi miliknya, karena restoran dan café yang dijadikan mahar pernikahan. Bahkan, Varo sudah mengganti kepemilikan semua restoran dan café atas nama Alesha.Bukan tanpa alasan, Varo menjadikan beberapa aset yang dimiliki untuk mahar pernikahannya. Varo, hanya tidak ingin Alesha bekerja di perusahaan sesuai permintaan Papanya, dengan j