“Terkadang memang diperlukan proses yang sedemikian panjang dan rumit serta penuh luka untuk bisa mengantarkanmu pada yang namanya cinta sejati.”
----------Dinnar lantas menyerahkan telapak tangan Alesha pada Varo. Setelah sebelumnya mengecup kening dan juga memeluk Alesha. Dinnar kemudian mengambil posisi duduk di samping sang istri. Bersisian dengan Sam dan Marta yang tak kalah terharu memandang putra dan cucu mereka.
“Istriku sangat cantik. Kenapa nangis, hmm.” Ucap Varo lembut seraya menghapus air mata yang masih mengenang di pelupuk mata Alesha. Alvaro menggenggam erat kedua tangan Alesha. Membawa tubuh gadis itu agar keduanya bisa berhadapan. Varo hanya bisa berharap, ia bisa menyampaikan semua kata yang telah disusun di otaknya.“Queen, mungkin aku bukanlah orang yang pandai merangkai kata-kata rayuan. Aku bukan pria yang baik, aku hanya pria pengecut yang tidak berani bertangg“Pria sejati bukan dia yang punya banyak wanita dalam hidupnya, namun dia yang menolak banyak wanita hanya demi wanita yang dicintai” ----------“Romantis.Cukuplah satu kata itu yang dapat menggambarkan suasana malam dalm kamar Presidential Suite yang nampak mewah dengan dekorasi sedemikian indah, yang di dekor langsung oleh staff hotel. Taburan kelopak bunga mawar merah, berpadu lilin-lilin kecil aroma terapi ditata begitu cantik di lantai kamar, ditambah dua handuk yang dibentuk menyerupai sepasang angsa saling berhadapan, seakan menambah suasana romantis kamar pengantin untuk menghabiskan malam pertama bersama-sama. Namun, sayangnya suasana romantis itu tidak berlaku bagi Alesha dan Alvaro. Sepasang pengantin baru itu, justru berbaring ditempat terpisah, usai membersihkan diri dan berganti pakaian. Alesha yang merebahkan tubuhnya di atas ranjang dalam posisi menyamping membelakangi Alvaro. Tidak henti-hentinya merarik selimut secara perl
"Cinta itu tidak selalu menuntut kesempurnaan. Cinta itu ketika kita dapat menutupi kekurangan seseorang dalam kebersamaan."----------“P-Papa….” Gumam Alesha yang terdengar sangat pelan, membuat hasrat yang selama tiga puluh sembilan tahun tidur dengan damai, tiba-tiba saja terbangun. Apalagi posisi Alesha menindih tubuh Alvaro, hingga membuat aset kembar milik Alesha yang belum pernah terjamah oleh laki-laki manapun, menempel tanpa permisi. Seketika membangkitkan naluri seorang pria yang berusaha Varo tahan sejak Alesha meminta bantuan untuk membuka gaun pesta yang ritsletingnya tersangkut benang, saat gadis jelita itu hendak mandi. Hanya membangkitkan naluri saja, bukan membangkitkan gairah.Meskipun berhubungan intim menjadi sebuah kewajiban dan merupakan salah satu keharusan bagi sepasang suami istri untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, juga dijadikan sebagai bentuk komunikasi agar bisa memahami perasaan satu sama lain. Tapi, h
"Saat seorang pria mengatakan, "Saya terima." Dalam sebuah akad pernikahan, maka itu berarti ia mengatakan, "Bahwa saya menerima tanggung jawab untuk melayani, mencintai, dan melindunginya serta memenuhi kebutuhannya."----------Sinar matahari mulai menyusup pada celah tirai kamar hotel yang masih menutup. Samar-samar, kicauan suara burung yang berpadu dengan bising kendaraan pun, seakan menjadi melodi indah di pagi hari, kala cahaya sang surya memancarkan kehangatan.Dalam gulungan selimut tebal, sepasang pengantin baru yang baru saja melanjutkan tidur setelah sholat Subuh. Pasangan suami istri itu menghabiskan malam dengan berbincang panjang, menceritakan kisah masing-masing dan baru tertidur pada pukul tiga dini hari. Mereka masih terlelap begitu nyenyak, dengan posisi saling berpelukan.Varo yang lebih dahulu terbangun mulai mengeliat, membuka kelopak matanya perlahan. Kemudian tersenyum b
"Suami yang paling beruntung adalah dia yang memiliki istri yang baik, menyenangkan dan perhatian, iman memenuhi hatinya, kelembutan menghiasi tutur katanya, dan berbuat kebaikan menjadi motto hidupnya. Apabila suami datang dia segera menyambutnya. Dan apabila suami bepergian, dia senantiasa menjaga rumah tangganya." ---------- Pagi ini memang masih dominan awan hitam, hujan pun tidak kunjung berhenti sejak malam, membuat suasana dingin merasuk sampai ke tulang. Tapi, bagi mereka yang kasmaran, pagi dingin ini tidak terlalu kerasa. Dingin langsung meleleh terkena kehangatan suasana mereka. Lihatlah, sepasang suami istri pengantin baru itu, masih nyaman bergulung dibawah selimut tebal yang menghangatkan mereka. Varo yang pagi ini terbangun lebuh dulu, tersenyum melihat gadis jelita yang masih terlelap disampingnya. Satu tangannya menelusup dibelakang kepala Alesha untuk menarik kepala gadis te
“Istri adalah tulang rusukmu, ia bukanlah wanita yang bisa engkau suruh-suruh. Perlakukanlah ia degan kelembutan, maka ia akan lebih lembut dari perlakuanmu.”--------------Sinar sang baskara akhirnya mulai lenyap ke peraduan dengan sempurna, diiringi dengan embusan angin yang menyejukan udara panas di Ibu Kota petang ini. Suara gemerisik dari dedaunan yang saling beradu satu sama lain, menyambut gelap malam.Hari ini, merupakan hari yang cukup melelahkan bagi Alesha, setelah seharian ia mengikuti suaminya ke kantor dan mengunjungi beberapa restoran dan café milik sang suami, yang kini menjadi miliknya, karena restoran dan café yang dijadikan mahar pernikahan. Bahkan, Varo sudah mengganti kepemilikan semua restoran dan café atas nama Alesha.Bukan tanpa alasan, Varo menjadikan beberapa aset yang dimiliki untuk mahar pernikahannya. Varo, hanya tidak ingin Alesha bekerja di perusahaan sesuai permintaan Papanya, dengan j
Warning! Mature content! 21++!!! Haraplah bijak dalam membaca!***********“Cinta tidak selamanya diukur dari status sosial apapun, karena sejatinya cinta itu berasal dari kenyamanan hati satu sama lain. Kenyamanan, tidak bisa dibeli dimanapun itu tempatnya. Hanya bisa ditemukan pada orang yang tepat.”----------Varo terdiam, dan belum berani membalas pangutan Alesha, karena keterkejutannya masih mendominasi pikirannya. Hingga pada akhirnya, mata Varo mulai terpejam, melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping sang istri, untuk menikmati cumbuan tersebut, dan membalas ciuman hangat itu lebih dalam lagi. Membiarkan dua aset kembar Alesha menempel pada otot-otot bagian perutnya, hingga sampai tali kimono gadisnya pun melonggar.“Sayang, kalau kamu kayak gini, Papa takut nggak tahan.” Bisik Varo, dengan sorot mata yang sudah berkabut gairah.Gadis jelita itu menghela napas dalam, lalu tersenyum, dan berkata, &ldq
“Setiap detik adalah nilai yang tak terhingga, maka menjadi menantu dan pasangan dari anak gadismu adalah hal yang berharga."----------Cahaya matahari pagi, sudah kembali menampakan sinarnya, menggantikan cahaya sang purnama, yang sudah menyinari bumi semalaman. Sinar mentari itu, perlahan-lahan membawa kehangatan berbeda, setelah berhari-hari sebelumnya, sang mentari nampak enggan menampakan sinarnya di langit Ibu Kota saat pagi hari.Dinginnya AC, tidak berlaku bagi sepasang suami istri yang baru saja menuntaskan kewajiban mereka, untuk pertama kali.Di tengah dinginnya dua AC yang berembus, sepasang suami istri itu justru malah bermandikan keringat. Padahal, tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Ya, pergulatan panas yang terjadi semalam, sungguh pengalaman pertama bagi keduanya. Kegiatan mereka bahkan baru berakhir pada pukul tiga dini hari, usai dua kali beristirahat, dalam empat babak yang dilalui.Dan kini, wanita
Alyssa berjalan pelan sambil menggerutu. Wajahnya tertekuk masam, tanda ia akan menangis. Tas di punggungnya terasa berat, padahal isinya hanya tempat pensil dan kotak makan. Alyssa, saat ini sedang berjalan masuk ke dalam rumah Alvaro. Ia baru pulang dari KB, dan dijemput oleh Papa Yonya, yang memang berjanji pulang saat jam makan siang, berencana makan siang bersama sang istri.Alyssa berjalan meninggalkan Alvaro yang masih berada di dalam mobil, pria itu hanya menggelengkan kepala seraya mengulum senyum, Varo sudah tahu penyebab gadis mungil itu ngambek, dan sebentar lagi sebuah drama akan dimulai.Alyssa memasuki rumah dengan gerasah-gerusuh. Matanya menatap kesal kearah lima orang yang sedan bersendau gurau di ruang keluarga rumah Alvaro. Tampak di sana, sang Bunda, Oma, Queen sedang duduk di sofa, sedangkan Afnan dan Aflah, sedang duduk di lantai bersandar pada kaki sofa dan sedang bermain ponsel.“Abang, Mamas!!” Teriak Alyssa marah, manik coklat
“Keluarga adalah rumah tempat berpulang, keluarga bukanlah hanya sekedar tempat pelampiasan ketika dunia mengalahkan kita. Tangan memang selalu terbuka, tetapi adakah tega kembali hanya untuk sebuah kebutuhan dan pergi ketika diatas awan. Keharmonisan dalam keluarga tidak datang begitu saja, namun keharmonisan itu harus dibangun bersama.”----------Aldelio Ahyar Agustaf, yang artinya sosok pemimpin yang berwibawa dengan sifat religius, yang terlahir di keluarga Agustaf.Serangkaian nama dengan makna indah, yang diberikan Dinnar untuk cucu pertamanya. Terselip harapan yang begitu besar, dengan doa-doa menyertai dalam setiap untaian kata. Cucu pertama Dinnar, putra pertama Alvaro, yang kelak saat besar nanti akan menjadi pemimpin yang berwibawa dengan akhlak yang baik.Bukan tanpa alasan, Dinnar memberikan nama indah itu untuk cucunya. Sosok pemimpin perusahaan besar itu, tentu saja ingin kelak ada keturunannya yang meneruskan memimpin perusahaan.
“Kata orang, cinta bukanlah sesuatu yang kita cari karena dia yang akan menemukan kita. Tidak peduli akan tempat, waktu, dan juga keadaan. Takdir akan menuntun kita untuk bertemu dengan seseorang yang membuat kita merasa begitu dicintai, seolah hanya kita lah satu-satunya cinta yang dimilikinya. Kamu tahu, bila kamu tidak sempurna, kamu mungkin bisa melakukan kesalahan, akan tetapi cinta sejati yang kamu dapatkan membuatmu sangat yakin bila tidak peduli apa yang terjadi nanti, kamu akan selalu mencintainya dan tidak bisa memadamkan rasa itu.”----------Alvaro yang melihat istrinya memejamkan mata, seketika terkesiap, membelalakkan matanya. Perasaan takut, khawatir, gelisah, kembali menyelimuti dirinya. Tanpa berpikir panjang, dengan tangannya yang gemetar, ia guncang-guncangkan tubuh lemas Alesha, guna membangunkan perempuan itu, lalu menatap pada Tyas, dengan tatapan penuh ketakutan.Tyas yang baru saja selesai menjahit bagian kewanitaan Alesha, se
Waktu adalah sesuatu hal yang memiliki ketetapan dan bernilai pasti. Tidak berputar dengan cepat, tidak pula berputar dengan lambat. Bumi pun, masih begitu stabil berputar pada porosnya, dari arah barat ke timur, tidak ada yang berubah sama sekali. Namun, entah kenapa karena aktivitas harian yang cukup padat, Alesha merasa hari demi hari seakan berlalu begitu cepat berganti, dari minggu ke minggu, hingga bulan ke bulan.Banyak hal yang Alesha lalui selama waktu terus berjalan. Dimulai dari drama Alesha yang kesal dengan sang suami, karena teramat sibuk dengan dengan berbagai pekerjaan di luar kota, bahkan luar negeri, hingga cukup jarang berkumpul dengan keluarga. Beruntung, Alesha mempunyai adik yang sangat menggemaskan dan pengertian, juga sayang padanya. Meskipun adiknya itu sering kali membuat drama, tetap saja Alesha sangat menyayangi Princess mungilnya itu.Sampai tiba waktunya, pria menawan itu memaksa Ayah mertuanya yang menjabat sebagai Presdir Agustaf Company, ya
"Tidak ada hubungan suami dan istri yang selalu cerah, namun mereka berdua dapat berbagi satu payung dan bertahan dari badai bersama-sama."----------Pernikahan bukan tentang akhir kisah cinta, melainkan awal baru bagi kehidupan baru. Menikah tentu saja tidak sama saat masih berstatus sebagai pasangan kekasih, terlalu banyak manis, hingga mengelak pedih yang bersembunyi dibalik rasa manis itu. Menikah berarti, mampu melihat semua sisi buruknya setiap hari, semakin hari akan melihat topeng yang satu persatu di tanggalan oleh pasangan. Ini lah, yang menyebabkan banyak pernikahan kandas. Merasa bahwa dirinya bukanlah sosok yang selama ini dikenal, karena banyak hal baru tentangnya, yang tidak ditemui sebelumnya.Menikah berarti berkomitmen untuk menerima semua hal yang menyebalkan itu. Menerima kekurangannya, dan melengkapi dirinya. Dengan menikahi sang pujaan hati, tidak bisa berharap bila semua akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Percayalah, menikah tidak sein
“Laki-laki yang baik, ia tidak akan tergoda dengan perempuan lain, pun dengan perempuan yang baik, ia tidak akan menggoda laki-laki yang sudah beristri.”-----------Matahari mulai mengintip di balik awan, sehingga sinarnya tidak terlalu terik, pagi ini. Awan hitam kecil menggantung di langit, angin bertiup pelan menghela dedaunan, dan perlahan masuk melalui jendela, menyibak pelan tirai yang menghias di sana.Pagi ini, karena ada rapat penting Alvaro terburu-terburu berangkat ke kantor, tanpa menunggu Alesha bangun. Ia sangat memaklumi kondisi sang istri, semakin perutnya membuncit, istrinya itu sudah merasa malas melakukan aktifitas. Dan, tentu saja Varo tidak masalah, yang penting Alesha tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya.Seperti biasa, jika harus berangkat pagi-pagi sekali, Varo hanya meninggalkan sebuah memo di dekat ranjang tempat tidur mereka.Tidak lama, setelah Varo berangkat, Alesha pun bangun dari tidurnya. Saat Alesha meli
“Perasaan cinta memang luar biasa. Datang tanpa aba-aba, tanpa isyarat dan tidak terduga pula. Pun begitu, akan tetapi menikmatinya dan tanpa di sadari hidup yang di jalani sudah di porak-porandakan oleh kekuatan cinta.”----------Bukan Alvaro namanya, jika sesuatu hal yang ia inginkan tidak terlaksana. Apa lagi, ketika itu menyangkut orang yang ia sayangi.Sudah empat bulan, semenjak Alesha keluar dari rumah sakit, dan kandungan Alesha sekarang sudah enam bulan. Dan, selama itu juga, Alvaro belum pernah sekalipun menemani Alesha untuk periksa kandungan.Bukan tanpa alasan, Alvaro tidak menemani istrinya periksa kandungan. Pria menawan itu, selain disibukan dengan kerjaan di perusahaan Agustaf Company, ia juga harus meng handle restoran dan café, bahkan tidak jarang Varo harus ke luar kota berhari-hari untuk meninjau pembangunan restoran barunya yang ada di Malang, belum lagi jika ia harus menggantikan Dinnar bertemu kolega bisnisnya ke luar n
"Wanita yang paling beruntung adalah dia yang dikaruniai Tuhan seorang pria yang penyabar dan penyayang, penuh kehangatan dan kelembutan, suka menolong dan berhati tulus. Jika dia pergi, si wanita akan merindukan. Jika dia ada, wanita ingin terus berdekatan."----------Varo seharusnya tidak menerima panggilan saat sedang memimpin rapat, tapi perasaannya sejak tadi tidak tenang memperkuat keinginannya untuk menerima panggilan itu. Varo, meminta maaf kepada semua peserta rapat yang adalah, kepala-kepala divisi dan beberapa petinggi perusahaan, ia meminta waktu istirahat selama lima menit sebelum meninggalkan ruangannya untuk menerima telepon.‘Mama’Alvaro mengernyitkan dahi saat melihat nama sang Mama yang terpampang jelas pada layar ponsel. Tidak biasanya sang Mama menelepon, biasanya jika ada sesuatu pasti Mamanya itu cukup mengirim pesan saja. Tapi, kali ini kenapa Mamanya menelepon?Darah Varo terasa seperti membeku saat mendengar
Dalam alur kehidupan, setiap mahkluk Tuhan pasti sering dihadapkan pada berbagai macam situasi yang berbeda dengan akhir yang tidak sama. Entah itu jalan cerita bahagia, atau pun jalan cerita yang penuh penderitaan. Semua itu, sudah di porsi sama rata, tanpa bisa di negosiasi selayaknya takdir.Begitupun juga dengan waktu. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak, kapan, di mana, kenapa, bagaimana dan mengapa semua alur kehidupan itu terjadi. Bahkan, sekelebat bayangan tentang masa depan saja, tidak pernah mampir dalam pikiran sebagai tanda untuk sang pemegang kendali alur kehidupan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.Alvaro tidak pernah menyangka, bahwa takdirnya jatuh pada keponakannya sendiri. Masih sangat membekas di ingatan Alvaro, bahwa perempuan jelita yang pagi ini masih bergulung nyaman diatas ranjan itu, dulunya adalah bayi mungil yang selalu ia timang, saat dirinya hendak berangkat kuliah ataupun saat pulang kuliah.Bayangkan, waktu it
Alyssa berjalan pelan sambil menggerutu. Wajahnya tertekuk masam, tanda ia akan menangis. Tas di punggungnya terasa berat, padahal isinya hanya tempat pensil dan kotak makan. Alyssa, saat ini sedang berjalan masuk ke dalam rumah Alvaro. Ia baru pulang dari KB, dan dijemput oleh Papa Yonya, yang memang berjanji pulang saat jam makan siang, berencana makan siang bersama sang istri.Alyssa berjalan meninggalkan Alvaro yang masih berada di dalam mobil, pria itu hanya menggelengkan kepala seraya mengulum senyum, Varo sudah tahu penyebab gadis mungil itu ngambek, dan sebentar lagi sebuah drama akan dimulai.Alyssa memasuki rumah dengan gerasah-gerusuh. Matanya menatap kesal kearah lima orang yang sedan bersendau gurau di ruang keluarga rumah Alvaro. Tampak di sana, sang Bunda, Oma, Queen sedang duduk di sofa, sedangkan Afnan dan Aflah, sedang duduk di lantai bersandar pada kaki sofa dan sedang bermain ponsel.“Abang, Mamas!!” Teriak Alyssa marah, manik coklat