“Cinta itu akan selalu menemukan jalannya. Tidak perlu dipaksa karena hati dan cinta tidak akan pernah bisa dipaksa.”
----------
Kanaya mengambil foto-foto itu, lalu meletakannya di meja. Jantungnya seolah berhenti berdetak, saat di lembar pertama yang sebelumnya tertutup foto itu ada tulisan, ‘Alvaro love Nabilla’. Tentu saja Kanaya tahu Nabilla, yang tidak lain adalah Alesha ketika belum kembali ingatannya.
Kanaya membuka halaman selanjutnya, dan membaca halaman demi halaman, kali ini dengan hati yang terasa sesak.
“Hari ini aku senang bisa bertemu dengan abang sepupunya mas Narendra. Namanya om Varo, entah padahal baru kali ini aku bertemu dengannya, dan hatiku terasa nyaman.”
Kanaya membaca sambil berfikir.
“Hari ini aku akan interview kerja di hotel yang dikasih tau mas Narendra. Aku memandang takjub hotel mewah bertuliskan ‘Queen Hotel’ itu. Den
“Cinta memang buta, ia akan menghampiri siapa saja yang disukainya. Tidak peduli antara pria tua dan wanita muda, bahkan dengan sesama jenis sekalipun. Ada pula yang mengataakan kalau cinta adalah anugerah, jadi jangan membatasi jalinan asmara orang lain. Yang terpenting harus tetap ingat, sebuta apapun cinta yang dimiliki terhadap seseorang, jangan pernah membawa cinta itu keluar dari jalurnya. Tetap membawa cinta itu dijalur yang benar sesuai agama dan norma.”----------Raut wajah Dinnar seketika berubah tegang dan rahangnya mengeras. Jam istirahat, ia mendapatkan kejutan dengan datangnya sang istri ke Kantornya. Jarang-jarang lho. Bahkan setelah melahirkan Alyssa, Kanaya tidak pernah datang mengunjunginya ke kantor.Namun, tidak hanya kedatangan istrinya saja yang menjadi kejutan. Ada yang lebih membuat ia terkejut lagi, yaitu sebuah buku catatan yang diberikan istrinya. Buku
“Saat mencintai seseorang dan orang itu memiliki perasaan yang sama, saat orang itu juga membalas cinta. Itu akan menjadi sebuah keajaiban hidup, ‘Sangat dicintai oleh seseorang akan memberi kekuatan, sementara mencintai seseorang secara mendalam akan memberi keberanian.”----------Dinnar dan Kanaya kompak berlari menuju pintu utama kediaman Agustaf, tujuan mereka satu yaitu menyambut putri bungsunya Alyssa yang baru pulang dari Bandung bersama Papa dan Mamanya. Tiga hari tiga malam sudah, putrinya itu meninggalkan mereka berdua.Awalnya hanya akan satu hari Alyssa di Bandung, namun karena Alyssa yang tidak ingin kembali kalau tidak dengan Varo, membuat Sam dan Marta menunggu Varo menyelesaikan pekerjaannya di Bandung. Kadang Dinnar sendiri bingung dengan putri-putrinya yang sangat dekat dengan Alvaro adiknya. Memang dengannya juga dekat. Namun, kedua putrinya jauh lebih dekat dengan Alvaro.Dan, lebih&nb
“ Semakin keras berusaha melupakan seseorang, maka semakin keras juga mempertahankannya dalam hati.”----------Suasana menjadi hening, baik Dinnar maupun Varo serta Kanaya sama-sama diam larut dalam pikiran masing-masing. Alyssa yang sebelumnya tersenyum senang, melihat Papa Yonya diam pun membuat senyum gadis mungil itu pudar. Kedua tangan mungilnya terulur mengusap-ngusap lembut pipi Varo, “Papa… Papa, are you okay?” Tanya Alyssa yang masih berada digendongan Varo.Varo yang mendapatkan elusan lembut dari keponakannya itu terkejut. Matanya mengerjab-ngerjab, mengembalikan fokusnya yang sebelumnya terpecah memikirkan nasibnya selajutnya. Varo tersenyum melihat gadis mungil yang berada digendonganya memasang wajah masam.“Apa Papa keberatan gendong Princes?” Dengan gaya anak-anaknya, Alyssa bertanya kepada Varo dengan raut wajah
“Tidak selalu ada pelangi setelah hujan, tapi pasti akan ada kebahagiaan setelah perjuangan.” ----------New York masih dingin dan berangin, bahkan di malam hari bisa di bawah titik nol. Bahkan Departemen Sanitasi setempat mengeluarkan peringatan kemungkinan akan turun salju pada sore nanti. Embusan angin yang membawa hawa dingin langsung menyapa gadis jelita yang tengah tersenyum bahagia itu saat keluar dari gedung Departmet of Statistics Colombia University.Lahir dan besar dalam keluarga berkecukupan, tidak menjamin perjalanan Alesha menyelesaikan studynya mulus tanpa perjuangan. Alesha juga sama dengan mahasiswa-mahasiswi lainya, harus berjuang mati-matian untuk mengikuti suasana akademis di Colombia University yang sangat berbeda dengan Indonesia.Bahkan sejak semester satu, gadis ayu yang akrab di sapa Queen itu hanya tidur tiga sampai empat jam perhari lantaran harus belajar dan mengerja
“Sabar itu ada dua macam: Sabar atas sesuatu yang tidak diinginkan dan sabar menahan diri dari sesuatu yang diinginkan.”----------Hari yang membahagiakan bagi Alesha akhirnya tiba juga. Senyum dari gadis jelita itu tidak pernah memudar sejak tadi, sejak Presiden Colombia University menyematkan selempang bertuliskan cumlaude ditubuhnya. Banyaknya rekan yang mengucapkan selamat, membuatu senyum Alesha semakin betah menghiasi wajah ayu gadis jelita itu.Kehadiran keluarga besarnya, semakin membuat senyum Alesha merekah sempurna. Di kejauhan ia melihat mereka tengah menunggunya untuk berfoto. Meskipun tidak ada sosok Alvaro menghadiri hari kelulusannya, itu tidak masalah bagi Alesha. Karena satu bulan yang lalu, pria menawan itu sudah mengunjunginya dan memberitahu tidak hadir karena harus menggantikann sang ayah sementara di perusahaan.Setelah semua ritual kelulusan usai, serta Alesha dan keluarga juga
“Hidup bukann tentang mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi tentang menghargai apa yang dimiliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri.”----------Hawa panas seketika menyeruak begitu seorang gadis jelita melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari bandara. Senyumnya tersungging sempurna semenjak menapakkan kaki saat turun dari pesawat. Gadis itu melangkah dengan anggunnya menuju pintu keluar bandara.Setelah menempuh kurang lebih 3 tahun di New York, Alesha akhirnya kembali pulang ke Indonesia. Hatinya sudah tertata dengan baik. Ia siap menjalani hidupnya dengan menerima perjodohan yang di tawarkan sang ayah.Hubungan dengan Alvaro telah membaik. Beberapa kali Papa Yonya itu menghampirinya di New York dan Alesha sudah bisa menemuinya. Hanya saja, keduanya tidak membahas masalah perasaan. Alesha takut akan menjadi perusak rumah tangga Papa Yonya, yang ia kira sudah menikah. Smentara Varo takut Ale
"Satu hal dalam diri manusia yang tidak pernah berbohong adalah hati. Bisa saja mulut kita bilang membencinya, tapi tidak dengan hati kita. Hati kita akan bilang membencinya, jika memang membencinya, dan akan bilang menyayanginya jika kita benar-benar menyayanginya."----------“Mau makan dimana?” Tanya Varo sebelum menjalankan mobil.“Terserah.” Jawab Alesha dengan pandangan lurus kedepan. Alvaro hanya menatap sejenak pada Alesha. Raut khawatir jelas tergambar dari wajah jelita Alesha.“Dasar perempuan.” Gumam Alvaro dengan tersenyum.Alesha mendengus. Jujur, saat ini Alesha sedang mengatur debar jantung yang tidak beraturan. Terlebih bau maskulin dari tubuh Varo yang menggoda Alesha untuk memeluk pria menawan yang tengah mengemudikan mobilnya, “Ya kan Papa yang ngajakin, Lesha mah ngikut aja.” Kata Alesha tanpa berpaling menghadap Varo.“Gimana kalau kita belan
"Bukankah cinta adalah proses menuju jalan pulang? Berjalan menuju seseorang yang kelak disebut rumah dan menetap di sana hingga akhir perjalanan hidup."----------Bak seorang tersangka, Alesha yang baru saja terciduk pun harus mendapat interogasi dari sang ayah dan juga Aldo. Beruntug sesi interogasi yang dilakukan oleh ayah dan sahabatnya itu tidak semenegangkan sesi interogasi layaknya penjahat sungguhan. Introgasi yang Alesha jalani, justru tidak lepas dari candaan Aldo yang memang orangnya humoris pun dengan Dinnar yang malah mengajak Alesha singgah direstoran. Sungguh ayahnya itu sangat pengertian, tahu kalau dirinya belum makan siang, padahal jam makan siang sudah lewat.Setelah selesai sesi interogasi plus makan siang, kini Alesha harus menjadi tahanan sang ayah. Alesha harus ikut ayahnya ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Sebenarnya, Alesha ingin menunggu di apartemen Farrel saja. Na