“Firasat ibu terhadap anaknya itu sangat kuat, ikatan batin antara anak dan ibu itu juga sangatlah istimewa. Hubungan batin yang memang di luar logika memiliki ingatan, perasaan yang tidak bisa dihapus oleh apapun. Bahkan oleh waktu yang memisahkan selama bertahun-tahun sekalipun.”
----------
Pagi harinya Varo mengantarkan Nabilla pulang, gadis jelita itu berjalan memasuki rumahnya dengan perasaan bahagia.
Walau tersirat rasa khawatir dan takut akan kehilangan cinta Alvaro ketika berjauhan. Namun ia selalu menegaskan hatinya, bahwa jika memang Varo jodohnya pasti Tuhan akan menjaga hati dan cinta Varo untuk dirinya.
Nabilla memasuki kamar dan segera membereskan rumah, sekarang ia lebih santai karena ujian kelulusan sudah selesai dan tinggal menunggu hasilnya. Ia juga sudah jarang ke sekolah, maka dari itu ia akan meminta izin kepada Niken bahwa dirinya bisa masuk full time untuk day sift.
Rumah Nabilla ma
Gaes, hari ini aku nggak bisa doubel Up Ya. Jadi mohon bersabar untuk chapter selanjutnya yang akan aku Up besok. Happy reading and keep stay tune.
“Pulang adalah kata terindah untuk mereka yang sudah berhasil menemukan jalan pulang.” ----------- Seorang pria paruh baya berjalan mendekati Nabilla,“Gadis perawan yang cantik, pasti banyak yang rela membayar mahal untuk keperawanannya.” Celetuk pria yang memutarinya sembari menelisik setiap jengkal tubuh dan wajah ayu Nabilla. “A-apa maksundnya ini, ibu?” Tanya Nabilla, ia menjadi takut setelah mendengar ucapan pria paruh baya itu. Maya tersenyum, senyum yang membuat Nabilla takut, “Nabilla, tadi kamu mau melakukan apapun untuk membayar hutang bapak kamu kan? Makannya ibu bawa kamu ke sini biar kamu bisa bantu ibu. Dan daddy Romi ini yang akan mengajari kamu kerja di sini. Upahnya besar, nanti kamu bisa hidup senang dan nggak usah capek-capek kerja. Hanya perlu goyang dan mendesah saja, kamu bakalan dapat uang banyak.” Ujar Maya disusul kekehan oleh pria paruh baya yang ada di hadapannya. Wajah Nabilla terlih
“Kamu harus percaya bahwa orangtua mampu melakukan apa saja untuk anaknya.”----------Suara azan isa sudah berkumandang, kegelisahan yang dirasakan Kanaya belum juga hilang, padahal seharusnya ia bahagia karena putrinya sudah ditemukan dan kedua putranya sedang dalam perjalanan dari bandara. Tapi, entahlah kegelisahan yang di rasakan Kanaya membuat wanita cantik itu mondar mandir tidak jelas di dalam kamarnya. Sesekali tangannya saling meremas, beberapa kali ia mengelus perutnya yang sudah membuncit sembari beristigfar.Saat ini, Kanaya tidak bisa mendeskripsikan perasaannya seperti apa. Beberapa kali ia merasakan hatinya berdesir, ia merasa akan ada hal buruk yang menimpa keluarganya dan entah itu apa, Kanaya sendiri tidak tahu. Suaminya belum pulang, karena sepulang kerja tadi Dinnar langsung menuju bandara untuk menjemput kedua putranya dan mama, papanya.Sungguh Kanaya tidak sabar untuk bilang kepada suaminya perihal putrinya, dan meminta
“Saat Tuhan masih menjadi Penolong ktia, berarti harapan tak akan pernah padam sepenuhnya. Karena memang hanya Sang penciptalah yang bisa mengeluarkan kita dari masalah, meskipun situasinya sudah sangat parah, selalu ada jalan keluar.”----------Isakan pilu tanpa henti terdengra di salah satu kamar rumah bordil yang terlihat ramai pengunjung, karena memang keriuhan yang terjadi di luar kamar, sangat terdengar jelas. Desahan dan erangan dari pengunjung yang tengah menikmati kenikmatan dunia itu terdengar samar berpadu dengan dentuman musik dan tawa.Gadis belia yang tidak lain adalah Alesha itu tidak jarang mendapatkan omelan dari Ines yang kini tengah mendandaninya. Ines kesal, pasalnya ia harus berulangkali menyapukan make up di wajah ayu Alesha yang berantakan karena gadis itu tidak berhenti menangis, “Lo, bisa diem nggak. Jangan munafik, sekarang lo mewek-mewek gini, entar kalau udah di coblos dan di goyan
“Apapun bentuknya kebaikan yang pernah kita tanam sebelumnya, pasti mendatangkan kebaikan pula dikemudian hari. Dampak dari berbuat kebaikan akan kita rasakan langsung di dunia, dan belum lagi terhitung di akhirat kelak.” ---------- Seorang pria paruh baya kisaran usia 38 tahunan baru saja selesai menghadiri jamuan makan malam dari kolega bisnisnya. Pria yang masih terlihat muda dan tampan itu berjalan menyusuri lorong lantai 15 hotel dimana dirinya akan menginap selama di Purwokerto, pria berkemaja putih dibalut setelan jas berwarna biru dongker itu berjalan santai sembari berbincang dengan asisten pribadinya. Ia memelankan langkahnya kala melihat seorang wanita berpakaian seksi diseret paksa oleh dua orang berbadan besar. Ia iba melihat wanita yang terus meronta itu, namun ia tidak ingin ikut campur sehingga memilih mengabaikan mereka. Pria bertubuh tinggi berkulit bersih serta berkaca mata itu,mendengar isakan samar
“Senyum bisa membuat kita menyadari betapa berharganya sebuah senyuman. Tersenyum memang terkesan sederhana, tapi dampaknya begitu luar biasa. Tersenyum juga dapat menjadi awal dari sebuah kebahagiaan dan kedamaian.”----------Karena sangat bahagia, Alesha berdiri hendak menghampiri pria yang duduk dihadapannya dan memeluknya, namun si pria berkemeja putih itu ikut berdiri dan meminta Alesha untuk tetap dalam posisinya, “Stop honey, stay there, please!” Pinta pria itu, dan of course Alesha menjadi bingung, karena melihat raut wajah si pria yang nampak panik bercampur takut.Alesha menatap bingung pria dihadapnnya, “Kenapa uncle?” Tanyanya.Sementara pria yang sudah melepas kacamatanya itu hanya menggeleng dengan bulir keringat yang mulai terlihat di dahinya, “Uncle Rendy pasti jijik melihat Alesha seperti ini, ya?” Senyum miris Ale
“Bunda, adalah bagian dari syair sebuah lagu yang tidak pernah berakhir di hati. Lagu yang memberikan ketenangan, dan kebahagiaan di sepanjang hidup. Terkadang syair itu bisa dilupakan, tapi melodi yang sangat menyentuh itu tidak bisa terlupakan sepanjang hayat. Senada dengan kasih sayang yang selalu bunda berikan, kelembutan tutur kata serta perlakuaknya akan selalu terpatri rapi di dalam sanu bari.”----------“Ayah..” Panggil lirih gadis jelita yang kini sedang menikmati kenyamanan dekapan sang ayah. Sementara Dinnar yang mendekap erat tubuh Alesha menunduk tersenyum manis.Alesha menatap manik coklat madu milik sang ayah yang kini juga menatapnya, “Bunda?” Tanyanya lirih.Dinnar tersenyum sebelum menjawab pertanyaan putrinya, ia mengecup pucuk kepala Alesha, “Alhamdulillah, bunda baik-baik saja. Lesha rindu bunda, hmm?” Tentu saja Alesha sangat merindukan sosok bu
“Terkadang kamu mungkin berpikir segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. Namun kamu tidak menyadari bahwa Allah mengatur segalanya dengan benar. Dan ingat bahwa setiap situasi buruk akan memiliki sesuatu yang positif. Bahkan sebuah jam mati pun menunjukkan waktu yang tepat dua kali sehari. Tetap positif dalam menjalani hidup. Allah tahu apa yang terbaik untukmu.”----------Dinnar pun merangkul pundak Alesha dan berjalan mendekat kearah dimana istri dan para remaja tampan itu berada, “Assalamualaikum, Bunda.” Sapa Dinnar, ia yakin istri dan anak-anaknya itu akan terkejut melihat gadis jelita yang ada dalam rangkulannya.“Waalaikum-sa-lam..” Suara Kanaya memelan ketika melihat gadis jelita yang berada dalam rangkulian suaminya.Ia mengamati lekat-lekat gadis jelita itu, tidak hanya Kanaya saja namun para remaja tampan itu pun juga mengamati gadis jelita itu lekat-lekat. H
“Cinta itu tidak kenal etika, datang tanpa permisi dan tidak terduka. Bahkan membuat kita harus mengalah pada kenyataan bahwa cinta yang kita miliki tidak seharusnya kita berikan kepada seseorang yang seharusnya mendapatkan kasihsayang bukan cinta.”----------Selama perjalanan menuju mall, Afnan dan Aflah tidak hentinya mengoceh bercerita banyak hal. Alesha menyungingkan senyum, hanya dengan mendengarkan cerita adik-adiknya ia merasakan kehangatan dalam hatinya. Saat adik-adiknya dengan senang hati menceritakan kegiatanya selama ia tinggalkan, Alesha benar-benar merasa menjadi seorang kakak yang dijadikan adik-adiknya tempat berkeluh kesah, “Wah, jadi kalian sudah dua tahun tinggal di pesantren?” Tanya Alesha, ia kagum dengan kedua adiknya.Afnan dan Aflah pun kompak mengangguk, “Iya, kak.” Jawab mereka kompak.Baik Afnan maupun Alflah pun sama-sama tersenyum menatap kakaknya, “Memang abang di pesantran
“Keluarga adalah rumah tempat berpulang, keluarga bukanlah hanya sekedar tempat pelampiasan ketika dunia mengalahkan kita. Tangan memang selalu terbuka, tetapi adakah tega kembali hanya untuk sebuah kebutuhan dan pergi ketika diatas awan. Keharmonisan dalam keluarga tidak datang begitu saja, namun keharmonisan itu harus dibangun bersama.”----------Aldelio Ahyar Agustaf, yang artinya sosok pemimpin yang berwibawa dengan sifat religius, yang terlahir di keluarga Agustaf.Serangkaian nama dengan makna indah, yang diberikan Dinnar untuk cucu pertamanya. Terselip harapan yang begitu besar, dengan doa-doa menyertai dalam setiap untaian kata. Cucu pertama Dinnar, putra pertama Alvaro, yang kelak saat besar nanti akan menjadi pemimpin yang berwibawa dengan akhlak yang baik.Bukan tanpa alasan, Dinnar memberikan nama indah itu untuk cucunya. Sosok pemimpin perusahaan besar itu, tentu saja ingin kelak ada keturunannya yang meneruskan memimpin perusahaan.
“Kata orang, cinta bukanlah sesuatu yang kita cari karena dia yang akan menemukan kita. Tidak peduli akan tempat, waktu, dan juga keadaan. Takdir akan menuntun kita untuk bertemu dengan seseorang yang membuat kita merasa begitu dicintai, seolah hanya kita lah satu-satunya cinta yang dimilikinya. Kamu tahu, bila kamu tidak sempurna, kamu mungkin bisa melakukan kesalahan, akan tetapi cinta sejati yang kamu dapatkan membuatmu sangat yakin bila tidak peduli apa yang terjadi nanti, kamu akan selalu mencintainya dan tidak bisa memadamkan rasa itu.”----------Alvaro yang melihat istrinya memejamkan mata, seketika terkesiap, membelalakkan matanya. Perasaan takut, khawatir, gelisah, kembali menyelimuti dirinya. Tanpa berpikir panjang, dengan tangannya yang gemetar, ia guncang-guncangkan tubuh lemas Alesha, guna membangunkan perempuan itu, lalu menatap pada Tyas, dengan tatapan penuh ketakutan.Tyas yang baru saja selesai menjahit bagian kewanitaan Alesha, se
Waktu adalah sesuatu hal yang memiliki ketetapan dan bernilai pasti. Tidak berputar dengan cepat, tidak pula berputar dengan lambat. Bumi pun, masih begitu stabil berputar pada porosnya, dari arah barat ke timur, tidak ada yang berubah sama sekali. Namun, entah kenapa karena aktivitas harian yang cukup padat, Alesha merasa hari demi hari seakan berlalu begitu cepat berganti, dari minggu ke minggu, hingga bulan ke bulan.Banyak hal yang Alesha lalui selama waktu terus berjalan. Dimulai dari drama Alesha yang kesal dengan sang suami, karena teramat sibuk dengan dengan berbagai pekerjaan di luar kota, bahkan luar negeri, hingga cukup jarang berkumpul dengan keluarga. Beruntung, Alesha mempunyai adik yang sangat menggemaskan dan pengertian, juga sayang padanya. Meskipun adiknya itu sering kali membuat drama, tetap saja Alesha sangat menyayangi Princess mungilnya itu.Sampai tiba waktunya, pria menawan itu memaksa Ayah mertuanya yang menjabat sebagai Presdir Agustaf Company, ya
"Tidak ada hubungan suami dan istri yang selalu cerah, namun mereka berdua dapat berbagi satu payung dan bertahan dari badai bersama-sama."----------Pernikahan bukan tentang akhir kisah cinta, melainkan awal baru bagi kehidupan baru. Menikah tentu saja tidak sama saat masih berstatus sebagai pasangan kekasih, terlalu banyak manis, hingga mengelak pedih yang bersembunyi dibalik rasa manis itu. Menikah berarti, mampu melihat semua sisi buruknya setiap hari, semakin hari akan melihat topeng yang satu persatu di tanggalan oleh pasangan. Ini lah, yang menyebabkan banyak pernikahan kandas. Merasa bahwa dirinya bukanlah sosok yang selama ini dikenal, karena banyak hal baru tentangnya, yang tidak ditemui sebelumnya.Menikah berarti berkomitmen untuk menerima semua hal yang menyebalkan itu. Menerima kekurangannya, dan melengkapi dirinya. Dengan menikahi sang pujaan hati, tidak bisa berharap bila semua akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Percayalah, menikah tidak sein
“Laki-laki yang baik, ia tidak akan tergoda dengan perempuan lain, pun dengan perempuan yang baik, ia tidak akan menggoda laki-laki yang sudah beristri.”-----------Matahari mulai mengintip di balik awan, sehingga sinarnya tidak terlalu terik, pagi ini. Awan hitam kecil menggantung di langit, angin bertiup pelan menghela dedaunan, dan perlahan masuk melalui jendela, menyibak pelan tirai yang menghias di sana.Pagi ini, karena ada rapat penting Alvaro terburu-terburu berangkat ke kantor, tanpa menunggu Alesha bangun. Ia sangat memaklumi kondisi sang istri, semakin perutnya membuncit, istrinya itu sudah merasa malas melakukan aktifitas. Dan, tentu saja Varo tidak masalah, yang penting Alesha tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya.Seperti biasa, jika harus berangkat pagi-pagi sekali, Varo hanya meninggalkan sebuah memo di dekat ranjang tempat tidur mereka.Tidak lama, setelah Varo berangkat, Alesha pun bangun dari tidurnya. Saat Alesha meli
“Perasaan cinta memang luar biasa. Datang tanpa aba-aba, tanpa isyarat dan tidak terduga pula. Pun begitu, akan tetapi menikmatinya dan tanpa di sadari hidup yang di jalani sudah di porak-porandakan oleh kekuatan cinta.”----------Bukan Alvaro namanya, jika sesuatu hal yang ia inginkan tidak terlaksana. Apa lagi, ketika itu menyangkut orang yang ia sayangi.Sudah empat bulan, semenjak Alesha keluar dari rumah sakit, dan kandungan Alesha sekarang sudah enam bulan. Dan, selama itu juga, Alvaro belum pernah sekalipun menemani Alesha untuk periksa kandungan.Bukan tanpa alasan, Alvaro tidak menemani istrinya periksa kandungan. Pria menawan itu, selain disibukan dengan kerjaan di perusahaan Agustaf Company, ia juga harus meng handle restoran dan café, bahkan tidak jarang Varo harus ke luar kota berhari-hari untuk meninjau pembangunan restoran barunya yang ada di Malang, belum lagi jika ia harus menggantikan Dinnar bertemu kolega bisnisnya ke luar n
"Wanita yang paling beruntung adalah dia yang dikaruniai Tuhan seorang pria yang penyabar dan penyayang, penuh kehangatan dan kelembutan, suka menolong dan berhati tulus. Jika dia pergi, si wanita akan merindukan. Jika dia ada, wanita ingin terus berdekatan."----------Varo seharusnya tidak menerima panggilan saat sedang memimpin rapat, tapi perasaannya sejak tadi tidak tenang memperkuat keinginannya untuk menerima panggilan itu. Varo, meminta maaf kepada semua peserta rapat yang adalah, kepala-kepala divisi dan beberapa petinggi perusahaan, ia meminta waktu istirahat selama lima menit sebelum meninggalkan ruangannya untuk menerima telepon.‘Mama’Alvaro mengernyitkan dahi saat melihat nama sang Mama yang terpampang jelas pada layar ponsel. Tidak biasanya sang Mama menelepon, biasanya jika ada sesuatu pasti Mamanya itu cukup mengirim pesan saja. Tapi, kali ini kenapa Mamanya menelepon?Darah Varo terasa seperti membeku saat mendengar
Dalam alur kehidupan, setiap mahkluk Tuhan pasti sering dihadapkan pada berbagai macam situasi yang berbeda dengan akhir yang tidak sama. Entah itu jalan cerita bahagia, atau pun jalan cerita yang penuh penderitaan. Semua itu, sudah di porsi sama rata, tanpa bisa di negosiasi selayaknya takdir.Begitupun juga dengan waktu. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak, kapan, di mana, kenapa, bagaimana dan mengapa semua alur kehidupan itu terjadi. Bahkan, sekelebat bayangan tentang masa depan saja, tidak pernah mampir dalam pikiran sebagai tanda untuk sang pemegang kendali alur kehidupan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.Alvaro tidak pernah menyangka, bahwa takdirnya jatuh pada keponakannya sendiri. Masih sangat membekas di ingatan Alvaro, bahwa perempuan jelita yang pagi ini masih bergulung nyaman diatas ranjan itu, dulunya adalah bayi mungil yang selalu ia timang, saat dirinya hendak berangkat kuliah ataupun saat pulang kuliah.Bayangkan, waktu it
Alyssa berjalan pelan sambil menggerutu. Wajahnya tertekuk masam, tanda ia akan menangis. Tas di punggungnya terasa berat, padahal isinya hanya tempat pensil dan kotak makan. Alyssa, saat ini sedang berjalan masuk ke dalam rumah Alvaro. Ia baru pulang dari KB, dan dijemput oleh Papa Yonya, yang memang berjanji pulang saat jam makan siang, berencana makan siang bersama sang istri.Alyssa berjalan meninggalkan Alvaro yang masih berada di dalam mobil, pria itu hanya menggelengkan kepala seraya mengulum senyum, Varo sudah tahu penyebab gadis mungil itu ngambek, dan sebentar lagi sebuah drama akan dimulai.Alyssa memasuki rumah dengan gerasah-gerusuh. Matanya menatap kesal kearah lima orang yang sedan bersendau gurau di ruang keluarga rumah Alvaro. Tampak di sana, sang Bunda, Oma, Queen sedang duduk di sofa, sedangkan Afnan dan Aflah, sedang duduk di lantai bersandar pada kaki sofa dan sedang bermain ponsel.“Abang, Mamas!!” Teriak Alyssa marah, manik coklat