Share

36 A

Penulis: Intan Resa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-10 20:53:33

“Pa, jika memang harus dipenjara, apa tidak bisa Delon ditahan di tempat yang nyaman? Jangan di sinilah, Pa. Kasihan dia,” pinta Mama.

“Tidak bisa. Kalau anak ini difasilitasi, apa bedanya dengan di rumah? Papa memenjarakannya dengan sebuah kasus agar anak ini mengerti, Ma, bukan hanya sekedar takut dengan ancaman Raka. Delon harus belajar jadi dewasa,” tegas Papa. Sulit meluluhkannya kali ini.

“Brengsek memang si Raka itu. Dia sudah memeras kita dengan uang 10 milyar, meminta kita mengurus perceraian tanpa dia harus repot-repot, ditambah lagi harus memenjarakan Delon hanya gara-gara menyiksa Alina. Padahal anak itu tak sampai mati kok,” cetus Mama.

Aku ternganga mendengar angka fantastis yang digelontorkan keluargaku untuk bisa dinikmati Raka dan keluarganya. Pasti mereka sedang tertawa sekarang, merasakan bagaimana rasanya jadi milyader dengan cara yang cepat dan licik.

“Raka memang orang jahat yang serakah. Pantas saja dia juga tega merebut cintanya Delon. Yang sabar ya, Sayang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   36 B

    “Ayo kita pulang, Delon. Kamu harus makan banyak, minum susu dan vitamin. Kamu juga harus ngegym biar badanmu bagus lagi,” cerocos Mama, menggandengku sampai masuk ke dalam mobil Papa.“Boleh aku ke rumahku sendiri, Ma?” pintaku. Lebih bebas di sana. Mau makan, bisa pesan online. Di rumah Papa, pastinya gak boleh mabuk-mabukan lagi. Gak bebas.“Maaf, Delon. Rumah dan mobilmu sudah dijual untuk membayar uang yang diminta oleh keluarga mantan istrimu itu. Itupun masih kurang sehingga Papa menjual aset yang lain,” balas Mama. Papa melirik dari spion tengah denagn ekspresi datar.“Tidak usah diungkit lagi. Itu juga buat pengobatan Alina dan biaya hidup bersama anaknya. Anak itu adalah cucu kita juga, Ma.”Aku mengepalkan tangan mendengar Papa terus membela perempuan yang sudah kuceraikan itu. Raka memang keterlaluan. Papa juga tak berperasaan. Kenapa rumah dan mobil yang diberikannya dulu padaku harus dijual? Kenapa gak rumahnya saja? Serumah dengan Papa, pasti dia akan mengekang kebebasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   37 A

    “Mas, kenapa menatapku seperti itu? Kamu tak rindu padaku?” cecarnya. Kulihat wajah itu memendam kekecewaan. Namun, aku lebih kecewa. Bertahun-tahun hidupku yang berharga telah rusak dan sia-sia. Yang kuharapakan dan kuperjuangkan tak seindah bayangan lagi.“Kamu beneran Sri Mentari?”Dia mengangguk tegas. “Mas gak kenal samaku? Aku saja langsung kenal padamu begitu membuka mata.”Suaranya tetap merdu dan sekarang terdengar manja. Dulu dia tak mau memanggilku pakai sebutan mas karena aku adik tingkatnya di kampus. Padahal dia kelihatan lebih muda dibanding usianya. Sekarang, Sri tak ubahnya seperti ibu-ibu kampung pada umumnya yang sering ditimpa sinar matahari dan kesehariannya berkubang dalam lumpur. Apalagi suaminya hanya anak seorang petani, pasti dia harus ikut banting tulang.Aku bergidik, melangkah menjauh darinya yang lebih agresif. Kelihatan sekali kalau dia tak bahagia dengan pernikahannya dan ingin kembali padaku yang pernah dia sia-siakan. Tapi aku tak yakin apakah dia mas

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   37 B

    Kubenturkan punggung berkali-kali ke pintu, barulah anak buahku yang tak berguna itu membukanya.“A-ada apa, Bos?”Ternyata mereka dari tadi dengerin musik pakai headset, pantas saja tak mendengar teriakanku. Kutarik benda putih itu dan memutuskan kabelnya.“Kalian ada di sini bukan untuk happy-happy. Dasar gak guna.”“Mereka siapa, Mas?”Aku melocat ke depan saat mendengar suara Sri. “Ayo kurung dia!” perintahku.Dengan sigap dua preman yang tersisa mendorong Sri masuk dan mengunci pintu. “Ke-kenapa dibiarkan sendiri, Bos? Kan rencananya mau dinodai biar diceraikan suaminya. Dengan begitu, Bos bisa menikahinya secepatnya,” ujar si Botak.“Diam kau. Rencana berubah total. Kita pulang sekarang, biarkan saja dia di dalam agar tak mengejarku,” cetusku.“Pulang? Dua teman kami gimana, Bos?”“Halah, biarin saja mereka di sana. Badan kekar gitu pasti bisa melawan orang-orang kampung itu.”“Wah, ini gak benar lagi, Bos. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku mau dua teman kami harus pulang dengan sel

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   38 A

    Bukan hanya pasangan saja yang harus saling melengkapi, tapi juga anak dan orang tua, termasuk aku dan menantuku. Aku begitu cemas dengan keadaannya di luaran sana. Semakin panik karena kedua cucuku ikutan menangis karena Alina belum bisa ditenangkan. Untung saja suamiku datang dan membantu menenangkan putri kami. Alina mulai tenang setelah dibujuk suamikuAku menggendong Ahmad dan Cici bergantian, tapi mungkin mereka terlalu kaget dengan suara bising yang terjadi begitu tiba-tiba sehingga masih terus menangis.“Sini aku bantuin gendong, Bu.” Lisda, teman baik Alina menggendong cucu perempuanku. Kami berdua keluar untuk menghibur bocah-bocah ini sekaligus melihat apa yang terjadi.“Mana Raka, Pak?” tanyaku pada beberapa bapak-bapak yang masih berdiri di halaman rumahku. Tidak kulihat putraku, begitu juga dengan dua preman yang tertangkap tadi.“Raka dan bapak-bapak yang masih muda sudah pergi menyusul penjahat itu, Bu. Tidak usah cemas, menantu Bu Rahimah pasti bisa ditemukan tanpa k

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   38 B

    "Alhamdulillah. Yang penting kamu sehat, Sri. Doa kami dikabulkan. Ayo masuk kalau begitu."Tak hanya aku, sepertinya Alina dan suamiku juga kebingungan. Namun mereka juga ikut tersenyum bahagia. Aku dan Sri duduk di dekat Alina, sedangkan Raka di dekat pintu bersama bapaknya. Entah apa yang mereka diskusikan karena suaranya tak begitu jelas. "Sekarang Alin jadi lega kalau sudah melihat Kak Sri pulang dalam keadaan sehat. Dia itu nekad dan dan tidak berprikemanusiaan. Aku takut kalau dia melampiaskan semua dendamnya pada Kakak," ujar putriku. Sampai sekarang, tak pernah kudengar putriku menyebut nama mantan suaminya. Sepertinya luka itu masih belum kering di hatinya.“Dia bahkan tak mau dekat-dekat denganku, Alin. Siapa sih yang mau denagn wanita berpenampilan kayak gini?”Sri tersenyum dan memeluk adik iparnya. Setelahnya Sri menggenggam kedua tanganku, menciuminya beberapa kali. "Terima kasih telah jadi mertuaku, Bu."Senyumanku diselimuti kebingungan. Kenapa dia harus berterima

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   39 A

    “Dimana, anak saya? Pasti kalian hanya ngarang biar saya dan suami datang ke kampung yang kolot ini, kan? Kalian menyesal setelah Alina diceraikan Delon? Hayo, kalian ngaku!” bentak Bu Ambar. Mantan besanku itu masih sombong seperti dulu. Menjelang siang ini, dia dan suaminya sudah sampai setelah ditelpon Raka tadi malam.“Ma, jaga bicaramu! Tak mungkin mereka berbohong kalau Delon ada di sini buat kekacauan.” Wajah Pak Nugroho kelihatan tegang. “Silakan masuk dulu, Pak, Bu,” ujarku seraya terseyum tipis. Mereka adalah tamu dan seharusnya dimuliakan. “Buat apa dibaik-baikin, Bu? Orang seperti mereka ini kayak gak takut mati. Angkuh sekali hanya karena merasa kaya, padahal saat tubuh sudah terbujur kaku, dia akan butuh orang untuk mengurus pemakamannya. Yang akan dia pakai pun sama dengan kita nantinya. Hanya lembaran kain putih,” cetus bapaknya Raka. Sejak awal, suamiku menolak kalau masalah ini dibicarakan dengan kekeluargaan. Namun, secercah harapan itu ada dalam hatiku kalau Delo

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   39 B

    “Apa boleh saya menemui Alina dan Cici? Bagaimana keadaannya sekarang?”“Halah, pencitraan lagi. selama ini gak ada nanyain kabar adikku dan juga anaknya. Orang kaya memang suka menggunakan cara licik dan pura-pura jadi domba. Setelah merasa semuanya aman terkendali sesuai keinginannaya, barulah domba itu berubah jadi serigala yang menerkam lawannya.”Raka menyela lagi. Wajahnya mulai memerah menahan amarah.“Benar sekali. Apa gunanya ada ponsel untuk sekedar menyapa kabar? Nomor saya dan ibunya Alina masih sama, tidak pernah ganti. Cuma Raka dan Alina saja yang ganti nomor,” timpal suamiku.“Astaga, Pa. Semua orang di rumah ini begitu angkuh, padahal hubungan di antara kita sudah berakhir. Dibaikin malah membuat mereka ngelunjak. Mereka terus menyalahkan kita. Makanya Mama gak pernah setuju datang ke sini kalau bukan karena mau menyelamatkan Delon, anak kita,” cerocos perempuan berlipstik merah itu. Masih saja merasa dirinya paling benar.Kulihat Raka sudah mengepalkan tangan. Kulepa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   40 A

    Aku mengurai pelukan dan mengusap pipi putriku yang basah. Cici sudah digendong Raka, dibawanya ke halaman belakang.“Kenapa kamu dan Cici keluar, Alin? Masuklah ke kamar atau main ke rumah abangmu saja.”Alina menggeleng tegas. “Tidak usah, Bu. Sampai kapan Alina harus menghindari mereka? Aku gak apa-apa dan mau ikut duduk di depan, Bu.”“Beneran tidak apa-apa, Nak?”“Iya, Bu. Alina yakin.”Aku menggandeng putriku sampai duduk di samping bapaknya, lalu memberikan segelas air putih. “Jangan menangis lagi, ya, Nak,” bisikku. Alina mengangguk seraya tersenyum.“Papa senang melihatmu sudah lumayan sehat, Alin. Papa hampir tidak kenal sama kamu. Sudah cantik seperti dulu dan kelihatan lebih bahagia.” Pak Nugroho langsung memuji. Pujian yang basi.“Papa? Sebutan itu tidak pantas lagi diucapkan seorang Alina. Benar-benar gak pantas.” Ekspresi Alina begitu datar. Senyuman di wajah mantan besanku langsung redup seketika. “Nak, saya benar-benar menyesal telah ikut menelantarkanmu. Saya minta

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12

Bab terbaru

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Ending

    Setelah mengantar Delima pulang, aku menyusul Mama ke hotel langganan setiap datang ke sini. Benar saja dugaanku, Mama sudah di hotel dan tidak pergi kemana-mana.“Mama mau pulang sekarang? Katanya mau nginap barang sehari dua hari,” tuturku. Kulihat Mama sudah mengemasi barang-barangnya.“Buat apa Mama di sini, kamu hanya bikin kesal saja. Punya satu anak laki-laki tapi tak berguna. Mama sudah tua, tapi kamu masih belum kepikiran untuk kasih menantu.”Aku tersenyum tipis dan menyentuh lengan Mama. Kutahu, itulah kegundahan Mama selama ini. Takut jika ajalnya duluan menjemput, sementara aku masih sendiri. Mama terkesan memaksa untuk kebahagiaan pribadi, tapi sebenarnya cemas dengan nasibku kelak di masa depan.“Aku bukan tak mau menikah, Ma. Namun, memang dasarnya belum ada yang mau.” Aku beralasan.“Mulai sekarang, jangan sok jual mahal lagi, Delon. Umurmu juga makin tua. Kamu itu dapat istri saja sudah syukur. Tak usah berharap dapat gadis yang cantik dan tanpa ada cela,” cetus Mama

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Gadis yang Dikenalkan Mama

    Dua minggu kemudian, Mama memintaku untuk datang ke sebuah restoran yang berada di kota ini. Seperti ucapan Mama sebelumnya, dia ingin menjodohkanku dengan wanita pilihannya sendiri. Namun, aku heran kenapa Mama malah mengajak ketemuan di sini dan hanya datang sendirian tanpa ditemani Papa seperti biasanya? Padahal, kami beda kota. Apa Mama bawa calon menantunya sendiri ke sini? Atau memang orang sini? Entahlah. Mama kadang tak bisa ditebak. Papa sendiri yang jadi teman tidurnya selama ini tak bisa memahami pola pikir Mama.Ah, banyaknya pertanyaan bersarang dalam benakku tentang wanita yang memikat hati Mama. Daripada penasaran, lebih baik nanti saja kulihat siapa wanita itu. Aku memarkirkan kenderaan roda empatku di depan restoran dan langsung masuk. Dari kejauhan, kulihat Mama sedang mengobrol dengan seorang perempuan berjilbab panjang. Posisi wanita itu membelakangiku dan Mama menghadap ke arah pintu masuk. Begitu mata kami bertemu, Mama melambaikan tangan agar aku datang ke sana.

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Mama Mau Menjodohkanku

    Malam harinya, kami merayakan ulang tahun Cici di restoran yang sudah kupesan sebelumnya. Hanya dihadiri kami saja tanpa ada tambahan siapa-siapa. Cici terlihat bahagia dan tak pernah lepas senyumannya ketika beberapa hadiah dia dapatkan.Seperti janjiku pada Rian, aku akan mengantar Cici pulang sebelum jam yang ditentukan. Walaupun aku adalah ayah kandungnya, tapi tetap harus menghormati peraturan yang dibuat oleh Alina dan suaminya. Biar bagaimana pun, aku tak banyak berkontribusi terhadap anak ini. Mereka lah yang merawat Cici dari kecil hingga sebesar ini.Aku membantu membawakan hadiah-hadiah untuk Cici dan meletakkannya di dekat pintu. Putriku terdengar berteriak memanggil bunda dan neneknya untuk menceritakan tentang hadiah-hadiah yang dia dapatkan.“Wah, kamu antar lebih cepat rupanya,” ujar Rian, menyambutku di teras rumahnya.“Iya, aku takutlah nanti gak diizinin ketemu sama putriku sendiri.” Aku terkekeh dan disambut tawa oleh Rian. “Aku langsung balik kalau begitu, ya, Ri

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Ide Gila Mama

    *Hari ini, Cici berulang tahun. Aku berniat merayakan hari kelahiran putriku bersama Papa dan Mama. Hari kelahiran yang pertama kali kurayakan karena selama ini kami tidak tinggal bersama. Aku ingin mengukir momen indah di memori anak gadisku tentang ayahnya ini. Jika kelak dia dewasa, dia tetap mengingatku sebagai sosok ayah yang baik. Ayah kandung yang pantas dibanggakan dan diceritakan pada teman-temannya.“Aku jemput Cici dulu, ya, Pa, Ma. Semoga saja mereka mengizinkanku membawa Cici.”“Kami ikut.” Papa dan Mama kompak menjawab.Aku menautkan alis dan melihat keseriusan di wajah keduanya. “Beneran mau ikut? Apa Papa dan Mama tak sungkan nantinya ketemu sama Bu Rahimah?” cecarku.“Jadi Bu Rahimah tinggal di sana juga?” tanya Papa.Aku mengangguk. “Semenjak Alina hamil besar dan kini sudah melahirkan anak keduanya, mantan mertuaku tinggal di sana, Pa. Mungkin mau memberikan perhatian lebih agar Alina tak merasa diabaikan oleh ibunya. Belajar dari pengalaman saat mau melahirkan Cic

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Belum Siap Kecewa Lagi

    Aku pulang ke kafe cukup terkejut dengan kedatangan Papa dan Mama, menunggu di bagian depan. Mungkin karena aku belum mengabari mereka sepulang dari rumah Elsa kemarin, makanya sampai menyusul ke sini. Aku menyalami keduanya dan langsung mengajak mereka masuk ke kafe yang hampir akan tutup jam segini.“Papa dan Mama kok bisa di sini? Gak ngasih kabar pula? Naik apa ke sini, Pa, Ma?” cecarku.Kami kini memang hanya punya satu kenderaan roda empat, yaitu yang sering kugunakan. Semenjak pernah merasakan lumpuh, meski sudah sembuh, Papa tidak kepengen lagi mengemudikan mobil. Jika sesekali ada urusan keluar, Papa lebih memilih naik ojek motor atau mobil. Sedangkan Mama, karena sudah lama tak pernah bawa mobil, kepercayaan diri dan keberaniannya telah hilang untuk berkendara di jalan umum. Pun aku tak mengizinkan Mama belajar lagi, takut kalau terjadi apa-apa.“Bagaimana kami mau ngasih kabar? Kamu saja tak pernah angkat telpon,” cetus Mama.Aku menggaruk-garuk kepala yang mendadak terasa

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Pergilah dari Hidupku

    “Mas, kenapa melamun terus? Mau dibuatkan minum?” Delima mengagetkanku, membuyarkan lamunan.“Aku baik-baik saja. Gimana kerjanya? Bisa?”“Bisa, Mas. Di sini enak kok kerjanya. Teman-teman ramah dan pengunjungnya santun. Kadang kan di kafe-kafe banyak pelanggan genit yang suka godain cewek-cewek, kalau di sini tidak ada.”Aku tersenyum dan mengangguk. Keselamatan dan kenyamanan kerja para pegawai adalah tanggung jawabku. Kalau ada yang bersikap kurang ajar, mending aku kehilangan pelanggan daripada mengorbankan pelayan.“Hai cantik, cappucino-nya dua!”Dua orang laki-laki datang dan tersenyum genit ke arah Delima. Meskipun kami sedang mengobrol, sepertinya mereka langsung mengenali Delima adalah pelayan kafe ini karena memakai seragam khusus seperti pegawai yang lainnya.Baru saja Delima memuji kalau pelanggan kafeku sopan-sopan, sekarang sudah ada dua laki-laki yang kayaknya setengah mabuk dari cara duduknya dan berjalan tadi.“Sana siapkan biar aku yang antar sama mereka,” titahku p

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Kedatangan Elsa

    “Yang sabar, ya, Mas. Suatu saat kamu akan dapat pengganti yang lebih baik. Mungkin Mbak Elsa bukan jodoh yang terbaik buat Mas Delon,” ujar Wina. Ucapannya kelihatan tulus. Mungkin senyumannya tadi bukan bermaksud bahagia di atas penderitaanku.“Iya, kalau gitu aku pulang dulu, ya. Kamu juga pasti butuh istirahat banyak.”“Kok cepat banget pulangnya? Padahal baru nyampe loh.”“Besok aku bisa datang lagi, yang penting sudah ketemu sama Reza. Gak enak juga dilihat tetangga kalau aku bertandang ke sini malam-malam,” tukasku.“Terima kasih kalau begitu karena sudah berkunjung. Semoga hatimu baik-baik saja, ya, Mas.”Aku mengangguk, menyentuh pipi bocah menggemaskan yang sudah tertidur, lalu pulang. tak langsung ke kafe yang merangkap tempat tinggalku. Untuk menghilangkan suntuk, aku pergi ke taman kota, duduk di bangku besi yang tersedia. Cuaca lagi bagus dan di langit sedang banyak bintang menghiasi.“Tolong! Tolong lepasin aku!”Suara teriakan wanita membuatku langsung mengedarkan pand

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Senyuman Menyeringai

    Adakah laki-laki paling malang di dunia ini selain aku? Tak bisakah pintu taubat mengubah nasibku? Ya Allah, aku tahu, diri ini adalah manusia bejat di masa lalu. Namun, aku sudah lama menjauhi maksiat. Apakah pendosa sepertiku tak berhak dapat jodoh di dunia ini lagi?Tak terasa, air mata menetes begitu saja. Mungkin benarlah kata orang bijak kalau kita tak pantas menggantungkan harapan pada manusia. Sepercaya apapun kita, tetap saja harus bersiap akan kecewa. Segala kemungkina buruk itu pasti ada dan kini aku mengalaminya.Elsa, wanita yang selama ini jadi idaman hatiku. Kecocokan kami hampir seratus persen. Tak ada keluhan berarti tentangnya dalam hatiku. Dia nyaris sempurna bagiku untuk dijadikan pendamping hidup. Namun, siapa yang tega menghancurkan mimpiku? Siapa yang mengirim pesan pada Elsa kalau aku punya penyakit HIV? Ini pasti ulah orang-orang terdekatku, atau para wanita yang pernah hadir dalam hidupku. Aku lumayan banyak dekat dengan wanita, lalu mereka memilih pergi kare

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Gagal Lagi

    Setelah Wina lahiran, aku mengontrak rumah untuknya. Dia mandiri juga mengurus bayinya. Namun, meskipun begitu, aku tetap mencari orang untuk membantunya. Hari ini aku dan Elsa menjenguk Wina dan bayinya untuk memastikan semua baik-baik saja.“Aku ada kabar buruk sekaligus baik,” ujar Wina.“Apa, Win?” tanya Elsa.“Kabar buruknya, anakku sudah yatim. Namun, aku bahagia karena akhirnya terlepas dari lelaki itu tanpa harus ketakutan lagi dia kejar-kejar. Mantan suamiku sudah meninggal karena kecelakaan. Aku baru lihat berita online-nya.”Aku dan Elsa berpandangan. Jujur saja, aku juga tak tahu mau bilang selamat atau sedih. Aku prihatin karena anak yang baru lahir itu tak punya ayah lagi, tapi di lain sisi Wina akhirnya terbebas dari lelaki kejam itu.“Mungkin ini yang terbaik buat kalian, Win. Lagian, meskipun mantan suamimu masih hidup, Reza tak bisa menuntut apa-apa pada bapaknya. Kamu dan mantan suamimu hanya nikah siri dan tidak tercatat dalam dokumen negara. Kamu sebagai ibu harus

DMCA.com Protection Status