Beranda / Romansa / Putri Rahasia Tuan Damian / 73. One night with you

Share

73. One night with you

Penulis: Riri riyanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari pernikahan itu tinggal hitungan jari, tentu seluruh anggota keluarga mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk hari sakral itu, tak terkecuali sang calon mempelai wanita.

Evelyn berada di dalam kamar seorang diri, sedang menata baju-bajunya untuk ia masukkan ke dalam koper besar. Ia memang akan segera pindah dari rumah Arjuna setelah ia resmi menikah nanti, untuk tinggal bersama sang suami.

Namun, gerakan tangan berjari lentik itu terhenti saat ketukan di pintunya menyapa telinga. Tanpa perlu beranjak dari tempatnya, ia berucap cukup lantang pada seseorang di balik pintu kamarnya. "Masuk."

Daun pintu terbuka. Adalah Karenina yang berdiri di baliknya. Wanita yang tengah berbadan dua itu tersenyum ke arahnya. "Eve, apa aku mengganggumu?"

"Tidak sama sekali, Kak." Evelyn membalas senyum itu. "Ada apa?"

"Tidak apa-apa, aku hanya sedang merasa kesepian. Paman dan Bibi melarangku membantu mereka." Karenina menjawabnya sambil memutus ruang kemudian duduk di sisi Evelyn, di tepian r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Putri Rahasia Tuan Damian   74. Tekat bulat

    Sebuah kantong plastik kecil berwarna putih ia genggam erat di atas pangkuan, sedangkan tatapannya kosong ke sisi kaca. Ia sedang dalam perjalanan pulang dengan menaiki taksi sekarang, meninggalkan si pria diam-diam. Evelyn sengaja pergi sebelum Damian terjaga dari mimpi. Ia tidak bisa tidur semalaman, berbanding terbalik dengan si pria yang begitu nyenyak dibuai impian. Tubuhnya terasa begitu pegal, lengkap dengan mata membengkak sebab tangisan. Ia meratapi kebodohannya dalam diam. Ia merasa tak memiliki harga diri sekarang. Bagaimana mungkin dirinya dengan begitu mudah menyerahkan diri pada pria itu?! Apakah karena dirinya masih memendam cinta yang begitu besar? Sebelum perjalanan pulang, ia telah menyempatkan diri mampir ke apotek terdekat untuk membeli after sex pills. Ya, tentu saja dirinya tidak ingin jika kegiatan intim mereka semalam kembali membuahkan kehamilan. Terlebih Evelyn akan dipersunting oleh Aksa Wijaya keesokan harinya. 'Kumohon batalkan pernikahanmu, Eve. S

  • Putri Rahasia Tuan Damian   75. I'm Rahwana

    Hari pernikahan itu pada akhirnya tiba. Hari yang paling tidak diinginkan oleh Damian Alexander. Pria berdarah Jerman itu telah terlihat tampan dan rapi sekarang, mengenakan sebuah Vest warna cream yang membalut kemeja putih berlengan pendek pas badan lengkap dengan celana bahan hitam; seragam Groomsmen yang diberikan oleh si pengantin pria. Rambut pirang yang ter-pomade membuat penampilannya kian sempurna, berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya.Dengan kedua tangan terselip di saku celana, pria bertubuh tegap itu mengayunkan langkah menuju sebuah ruangan di mana si pengantin pria berada. Damian akan menemui Aksa terlebih dahulu untuk memberikan sepatah-dua patah kata, sebelum ... melancarkan rencananya.Ya, pria itu memang memiliki tujuan lain selain menjadi Groomsmen di acara pernikahan wanita yang ia cintai. Meski beresiko sangat besar, namun ia tak akan mampu jika hanya berpangku tangan melihat si pemilik hati dimiliki pria lain di depan mata kepalanya sendiri. Sampai di ru

  • Putri Rahasia Tuan Damian   76. Kau gila!

    Rasa berdenyut di kepala adalah sesuatu yang perlahan membuat kedua mata indah wanita itu membuka. Evelyn terbangun dengan keadaan pusing dan bingung. Ketika tangannya akan bergerak naik untuk mengurut dahi, sesuatu menahan gerakannya. Ah, Evelyn baru sadar jika kedua tangannya terikat oleh seutas tali yang terhubung pada dua tiang penyangga kelambu. Dengan posisi terlentang di atas ranjang, ia menoleh ke kanan dan kiri. Ternyata ia berada di ruangan asing, sebuah kamar mewah bercat cream. Secara refleks ia bergerak gusar dan panik, ingin melepaskan diri.Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia bisa berada di sini?"Akhirnya kau bangun juga. Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" Ketika sosok si pria berambut pirang muncul dari pintu kamar, pun menyapanya dengan senyuman, ingatan wanita itu kembali seutuhnya. Damian, pria itu telah menculik dirinya di hari pernikahannya!"Kau gila!" Evelyn menyalak ketika mereka bertemu tatap. Gaun pengantin yang semula membungkus tubuhnya, kini telah b

  • Putri Rahasia Tuan Damian   77. You and Me

    Mobil berwarna silver itu melaju di tengah fajar yang masih kelam. Aksa ada di dalamnya, di balik kemudi, sedang berkendara dengan tak fokus akibat dari begitu banyaknya alkohol yang ia tenggak semalam. Kemeja serta rambut yang acak-acakan dengan bau alkohol yang menyengat melengkapi betapa kacaunya si pria. Sembari mengemudi, salah satu tangannya memegang ponsel, pun fokusnya terbagi ke sana. Ia kembali mencoba menelepon Evelyn, menempelkan alat komunikasi itu di salah satu daun telinga. Satu detik, dua detik, hingga lipatan detik berlalu, namun tak ada jawaban apa pun dari seberang telepon. Lagi-lagi yang ia dapatkan hanya kecewa, nomor wanita itu tak pernah aktif lagi setelah menghilang."Sialan!" umpatan itu teralun secara spontan dengan penuh emosi nan putus asa. Akibatnya, ia tidak menyadari jika ada belokan tajam di depan sana. Ban berdecit dan Aksa refleks membanting setir ke kanan. Ah, hampir saja pria itu terjun bebas ke dalam jurang di sisi jalan. Maka, ia memilih menepik

  • Putri Rahasia Tuan Damian   78. Menyerah

    Terkurung di dalam sangkar emas, begitulah ungkapan yang kiranya dapat Evelyn deskripsikan tentang nasib yang menimpa dirinya. Meskipun ia bebas ke sana-kemari mengelilingi seluruh bagian apartemen tempat dirinya disekap, namun Evelyn hanya memilih berdiam diri di dalam kamar, duduk tanpa kata seraya menatap kosong ke luar jendela dari sisi ranjang.Berbanding terbalik dengan tindakan, pikiran wanita itu melayang. Banyak hal yang menjadi buah pemikirannya, tentang semua hal yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Apakah selamanya ia akan terkurung di tempat ini? Apakah ... selamanya ia tak akan bertemu dengan Luna ataupun kedua orang tuanya? Keluarganya?"Sayang, waktunya makan siang. Aku membawakan makanan favoritmu." Detik itu Damian datang, membuka pintu dengan sebuah nampan berisi makan siang, lengkap dengan segelas susu dan jus segar. Senyum yang awalnya terkembang cerah seketika hilang saat menyadari bahwa sarapan Evelyn masih utuh tak tersentuh, masih seperti posisi awal ketika i

  • Putri Rahasia Tuan Damian   79. Ganjaran

    Damian Alexander berdiri tegak di sana, memamerkan senyuman seakan tak berdosa. Melihat senyum pria itu, entah mengapa Arjuna justru merasa sedang diejek. Darahnya seakan naik ke ubun-ubun, pun kepalan tangannya mengetat. Bagaimana bisa Damian bersikap begitu tenang setelah menculik anak orang?! Sedangkan Arini segera bangkit berdiri, menyongsong putrinya yang masih saja berdiri mematung di sisi si pria. "Astaga, Eve ... kau baik-baik saja, Nak? Apakah kau terluka?" dengan naluri, wanita baya itu memeriksa wajah sang putri, membelai dengan kecemasan yang tak mampu tersembunyikan. Lalu, atensinya turun menyusuri tubuh kurus itu hingga kedua tangan. "Amankan Eve, Bi. Pria itu, biar aku yang mengurusnya." Arjuna menyela momen penuh rindu antara ibu dan anak itu sembari menyingsingkan lengan baju, kemudian bergegas mendekat, meninggalkan Karenina yang masih duduk di tempatnya. Evelyn sempat membelalakkan mata sebelum mengikuti tarikan lembut tangan sang ibu. Ia merasakan firasat b

  • Putri Rahasia Tuan Damian   80. Yes, I made a mistake

    Tuhan memang begitu mudah untuk membalikkan telapak tangan takdir. Jalan kehidupan yang semula terasa begitu mulus seketika berganti dengan jalanan terjal berbatu, begitu pula sebaliknya.Kehidupannya yang semula selalu berjalan lancar tanpa hambatan, kini dipenuhi bebatuan terjal. Dengan kesadaran yang semakin menipis, Damian hanya pasrah mengikuti papahan salah satu orang kepercayaan sang ayah, melangkah terseok menuju ruang keluarga.Meski tatapannya memburam, ia bisa melihat bahwa ruang keluarga itu diisi oleh beberapa orang. Ada kedua orang tuanya, pula Kiara dan ibundanya. Mereka sepertinya sedang membicarakan hal yang serius, dan tentu hal itu ada kaitannya dengan dirinya. Firasat Damian semakin memburuk, namun ia harus tetap menghadapinya."Tuan, Tuan Damian kembali." Orang kepercayaan ayahnya berhenti, yang otomatis membuat langkah Damian pun terhenti.Dan atas ucapan keras tadi, semua orang yang ada di ruangan itu menoleh serempak. Adalah Sasmitha orang pertama yang histeris

  • Putri Rahasia Tuan Damian   81. Menyesal

    Rutinitas Evelyn tidak pernah berubah selama Luna ada bersamanya. Sebelum si balita menjemput mimpi, ia biasa membuatkan susu untuk si kecil terlebih dahulu. Segelas susu hangat dapat membantu seseorang tidur dengan lebih baik, itu yang ia tahu. Ia ingin memberikan semua hal terbaik untuk putrinya.Langkahnya terayun ringan menuju dapur, namun gerak kakinya terhenti saat kedua matanya menangkap presensi Arjuna. Pria dengan rambut gondrong terkuncir rendah itu sedang berdiri membelakanginya, sedang membuat kopi di depan pantry. Evelyn terdiam sejenak demi mengamati. Pria itu terlihat kurang baik, bahkan bubuk kopi yang dituang ke dalam gelas tampak berceceran di atas permukaan meja. Jujur saja ia sedikit merasa sungkan pada si Tuan rumah, apalagi semenjak ia kembali usai penyekapan."Ah, sial!" umpatan itu masuk ke dalam telinga Evelyn. Arjuna yang sedang kesal membanting cangkirnya, menciptakan suara gelegar yang cukup nyaring, pun keterkejutan bagi si wanita."Biarkan aku yang membu

Bab terbaru

  • Putri Rahasia Tuan Damian   91. Kesempatan?

    Damian Alexander adalah seseorang yang lebih dahulu keluar dari pintu restoran tempat dirinya dan sang ayah mengisi perut siang ini. Setelah mereka angkat kaki dari rumah Burhan Adhitama, Bennedict Alexander memang berinisiatif mengajak putranya untuk mampir makan siang terlebih dahulu. Sebagai ayah, tentu Bennedict merasa khawatir melihat tubuh sang putra semakin kurus setiap harinya.Dan di sinilah mereka, di area parkir restoran yang cukup luas di tengah terik sang surya. Si pria muda berdarah Jerman itu masuk ke dalam mobil hitam yang ia sewa selama tinggal di Surabaya dengan tanpa kata. Melihat putranya telah berada di balik kemudi, Bennedict segera memberikan perintah pada seseorang yang sedari tadi mengikuti di belakang punggungnya."Tunggu di mobil, saya akan segera kembali."Perintah diterima, pria tinggi berjas abu-abu itu mengangguk patuh. "Baik, Tuan."Selanjutnya Bennedict bergegas menuju mobil putranya. Ia membuka pintu penumpang bagian depan, ikut masuk ke dalam mobil k

  • Putri Rahasia Tuan Damian   90. Granddaughter

    Kacamata hitam itu ia lepas kasar lalu diselipkan pada saku jas. Selanjutnya hela napas rendah terembus ketika ia mencoba bersikap tenang. Ya, ia harus tetap mampu mengontrol emosinya kendati ia cukup merasa kesal ketika melihat tingkah si putra semata wayang di depan sana.Pria matang itu adalah Bennedict Alexander. Ia datang dan mengikuti Damian sesuai janjinya; ia akan membantu putranya untuk meraih kebahagiaan. Dan kebahagian cetak biru dirinya itu adalah bersatu dengan Evelyn beserta Luna, maka sebagai seorang ayah tentu ia akan mengusahakannya dengan cara apa pun agar mampu mewujudkan impian sang putra.Sejujurnya Bennedict memiliki alasan yang kuat selain karena kasih sayangnya sebagai seorang ayah sehingga repot-repot datang ke Surabaya. Ia merasa bersalah. Ia sadar bahwa setelah kematian Darren Alexander, ia memperlakukan Damian dengan semaunya. Kasarnya, ia ingin menebus kesalahannya pada si putra bungsunya itu.Langkah panjang itu memutus jarak dengan tenang, lalu berdiri d

  • Putri Rahasia Tuan Damian   89. Beri saya kesempatan

    "Kau harus selalu mengingat apa kata Psikolog padamu." Obrolan itu mengalir di sela perjalanan menuju ke tempat parkir. Satu sesi konseling telah terlewati, dan kini mereka hendak kembali ke rumah."Iya." Pria berwajah oriental itu mengangguk, menyelaraskan langkah kaki dengan sang ibu, melewati jalan paving berpayungkan teduhnya pohon Tabebuya di sekitarnya."Jangan hanya diingat, kau harus melakukannya juga, Aksa." Lian Wijaya menyempatkan dirinya menatap sisi wajah tampan nan tirus itu, lengkap dengan ekspresi serius.Namun, putranya itu justru terkekeh kemudian berhenti melangkah demi memberikan atensi penuh pada wajah ibunya. "Baiklah, Mama. Aku akan melakukannya. Jangan khawatir begitu.""Kau satu-satunya putra Mama, Aksa. Mama hanya khawatir.""Aku tahu." Anggukan kepala Aksa berikan sebelum menyimpan kedua tangan di saku celana, bibir tipisnya mengukir senyum simpul. "Maaf karena aku sudah membuat Mama khawatir begini. Aku akan segera sembuh, seperti apa yang Psikolog katakan

  • Putri Rahasia Tuan Damian   88. Take heart

    "Kau sangat menyedihkan, Aksa!" kalimat itu lolos dari mulutnya ketika melihat pantulan dirinya sendiri di dalam cermin.Tatapan mata sehitam jelaga itu tak lagi berkharisma. Bagian bawah matanya yang menghitam menjadi bukti bahwa akhir-akhir ini pria itu tak pernah mendapati tidur yang nyenyak. Aksa Wijaya tampak kurus setelah gagal menikah. Dan kondisinya semakin memprihatinkan setelah menerima telepon dari Evelyn beberapa hari lalu.Suara ketukan di pintu kamarnya membuat atensi Aksa teralihkan. Sosok ibunyalah yang muncul dari balik daun pintu, menatap khawatir padanya."Mama," lirihnya.Lian Wijaya, ibunda Aksa mengalihkan tatapan mata pada nakas di sisi ranjang anaknya. Semangkuk sup jamur dan segelas air putih di atas nampan yang ia letakkan di sana pagi tadi tampak sedikit pun tak tersentuh. Sorot mata tua nan sipit itu seketika berubah sendu ketika mulai memutus jarak pada pria yang masih setia berdiri di depan cermin almarinya. "Kenapa sarapanmu masih utuh, Aksa?""Aku sedan

  • Putri Rahasia Tuan Damian   87. Bersalah

    Setelah pesawat yang ia naiki mendarat di Bandara pagi ini, Damian segera menuju ke alamat rumah sakit yang ayahnya katakan di telepon. Ya, mau tidak mau pria itu pulang ke Jakarta. Bukan karena rasa takut, ia hanya merasa bersalah pada perempuan yang nyaris akan menjadi istrinya itu.Kedua orang tuanya sudah ada di kursi tunggu yang terletak di depan ruang perawatan Kiara Laurencia ketika langkah kaki panjang si pria menjejak di sana. Ada sosok ibunda si pasien yang duduk di sisi Sasmitha Alexander; ibunya. Dari raut wajah senja itu, Damian mampu melihat kabut duka yang pekat.Apakah ... kondisi Kiara begitu parah?Meski anak-anak mereka tak jadi menikah, namun ibu Kiara masih berhubungan baik dengan keluarga Damian. Pun keluarga pria itu pun memperlakukan mantan calon besannya serupa, mereka sudah bagaikan keluarga. "Damian, akhirnya kau datang." Sasmitha yang akhirnya lebih dulu menyadari kedatangan sang putra segera menyapa.Bennedict yang melihat wajah Damian kembali babak belur

  • Putri Rahasia Tuan Damian   86. It won't be easy

    Hal terakhir yang Damian ingat adalah pukulan Hiashi yang begitu kuat, selanjutnya kegelapan yang menyergap penglihatannya. Kini kepalanya terasa berdenyut-denyut, sangat tidak nyaman, menyakitkan. Bukan, bukan karena tinjuan si pria baya yang membuatnya kehilangan kesadaran. Ia tidak selemah itu. Hanya saja, tubuhnya memang sedang tidak dalam stamina yang baik hari ini, dan kebetulan pukulan terakhir dari ayah wanita yang ia cintai itu mengarah tepat di kepala. Ia goyah, dan ia tidak mengingat apa pun lagi setelahnya.Selanjutnya pria itu perlahan membuka mata, detik selanjutnya cahaya perlahan masuk ke retina matanya dan ... ia tersenyum. Meskipun samar, ia dapat mengenali sosok itu, sosok wanita berambut panjang yang duduk di sisi ranjang tempatnya berbaring dalam ruangan yang asing, kamar tamu jika tebakannya benar. Suara isak yang terdengar menguatkan dugaan si pria bahwa wanita itu tengah menangis. Ya, menangisi dirinya. Ada rasa hangat yang perlahan merambat di dada ketika me

  • Putri Rahasia Tuan Damian   85. Hajar saya!

    Evelyn memang tergolong wanita yang rajin. Meski udara masih terasa dingin menggigit, ia sudah tampak beraktivitas di luar rumah. Ada sapu di tangannya, ia sedang membersihkan daun-daun kering yang berguguran di halaman."Masih pukul 6, apakah Aksa sudah bangun?" Wanita itu berujar pada diri sendiri, sejenak menghentikan gerakannya.Sekian detik berlalu, akhirnya Evelyn memutuskan untuk menelepon. Ia mengambil ponsel di saku celana, mencari kontak pria yang ingin ia hubungi kemudian menempelkannya di salah satu daun telinga.Dan tak lama kemudian terdengar suara dari ujung telepon sana, suara berat yang tak asing di telinga Evelyn."Hm." Hanya satu dehaman. Ya, hanya sebuah dehaman, namun hal itu cukup membuat jantung Evelyn berguncang, berdetak menyakitkan. Rasa bersalah itu kembali datang menyerang."Aksa, bagaiman—""Kukira kau sudah tak lagi mengingatku." Aksa sengaja memotong ucapan Evelyn. Meski dikatakan dengan nada biasa, namun tak mampu menutupi kegetiran di dalamnya.Di saat

  • Putri Rahasia Tuan Damian   84. Even though it's late

    Cinta memang mampu membuat orang waras menjadi gila. Damian tak pernah merasa tenang sebelum bisa memiliki Evelyn, pun sang putri. Setidaknya ... ia harus sesegera mungkin menemui mereka, terutama si wanita pemilik hatinya. Ia ingin meminta penjelasan atas ucapan wanita itu tempo hari, perkataan yang sukses membuat hatinya hancur berkeping.Meskipun sang ayah berkata akan membantunya mendapatkan kedua perempuan yang ia cintai di dunia, namun ia bukanlah pria manja yang hanya menunggu bala bantuan tanpa usaha. Ia akan berjuang dengan tenaga dan tangannya sendiri.Malam itu juga Damian putuskan untuk mendatangi Arjuna di kediamannya. Tepat setelah menepikan mobil, ia bergegas turun kemudian menghampiri satpam yang berjaga di dekat gerbang hunian megah itu."Selamat malam, bisakah saya bertemu dengan Tuan Arjuna?" pria bertubuh tegap nan menjulang tinggi itu bertanya di balik pintu gerbang ketika dua satpam mulai datang mendekat atas kehadirannya."Selamat malam, Tuan. Apakah Anda sudah

  • Putri Rahasia Tuan Damian   83. Beban

    Suasana hangat itu sudah tidak lagi Evelyn rasakan. Meskipun kini mereka tengah berkumpul di meja makan, namun hanya berteman keheningan. Setiap anggota keluarga sibuk dengan hidangan pun pikirannya masing-masing.Jujur saja Evelyn merasa tak nyaman dengan kondisi yang seperti ini. Arjuna kentara masih menyimpan kebencian padanya. Meskipun duduk di meja yang sama, pria berambut gondrong itu sedikit pun tak melihat ke arahnya, seakan kehadirannya tak pernah ada."Kak Juna tidak ingin mencicipi capcaynya? Aku sendiri yang memasaknya, loh." Evelyn mencoba membuka obrolan pada akhirnya. Ia hanya ingin mencairkan kebekuan di antara mereka.Capcay adalah makanan kesukaan pria itu. Tentu saja ia berharap jika Arjuna akan memberikan respons atas ucapannya, pun sedikit apresiasi atas sajian makanan yang ia buat khusus untuknya.Namun, ekspektasi memang sering kali tak sesuai fakta. Arjuna nyatanya tak sedikit pun mengindahkan ucapan Evelyn. Ia acuh tak acuh dan justru menyendokkan lauk lain ke

DMCA.com Protection Status