Sekelompok pemuda yang biasanya hanya tahu mabuk-mabukan dan bersenang-senang ini, tentu tidak pernah melihat niat membunuh yang begitu mengerikan. Dalam sekejap, mereka semua terdiam ketakutan.Meskipun orang yang tergeletak di lantai masih berdarah, tidak ada seorang pun dari mereka berani mendekat untuk memeriksa keadaannya. Bahkan di lantai dua, Abimana dan Rangga hanya berdiri dengan alis berkerut, tidak mengatakan sepatah kata pun.Dimas jelas juga terkejut. Namun, mungkin karena ancaman Byakta tadi seperti ditujukan kepadanya, rasa malu dan marah bercampur menjadi satu.Entah dari mana datangnya keberaniannya, Dimas tiba-tiba berteriak dengan lantang, "Berani sekali kamu! Semua yang ada di sini adalah dari keluarga kaya dan terpandang. Aku akan melaporkanmu ke pihak berwajib dan memastikanmu dipenjara sepuluh tahun!""Nggak masalah!" Wajah Byakta tetap dingin. Matanya menatap tajam ke arah Dimas. Suaranya begitu rendah hingga terdengar menakutkan. "Kalaupun aku harus membayar de
Setelah bicara, Andini mundur ke samping.Hati-hati. Hanya kata yang singkat, tetapi langsung mengenai hati Byakta. Walaupun saat ini masih dikepung orang-orang dan situasinya berbahaya, Byakta tetap tidak bisa menahan senyumannya.Di mata para bangsawan itu, senyuman itu adalah sebuah provokasi. Terdengar perintah keras dari Panji. "Bunuh dia!"Semua orang serempak menyerbu ke arah Byakta.Di lantai dua, Abimana dan Rangga tetap diam tak bergerak.Byakta sangat gesit. Dia pernah bertempur mati-matian bersama Rangga di medan perang. Mereka menghadapi ribuan hingga puluhan ribu musuh. Bagaimana mungkin sekelompok pemuda yang sombong ini mampu melawannya?Dalam waktu singkat, semua bangsawan muda itu tergeletak di tanah, dikalahkan oleh Byakta.Melihat Byakta tidak terluka sedikit pun, Andini tak kuasa menghela napas lega. Byakta menoleh ke arahnya, wajah tegasnya tampak dihiasi oleh sedikit rasa malu.Dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepada Andini, tetapi Dimas tiba-tiba muncul d
Apa? Abimana terkejut. Dia bergegas maju dan meraih kerah baju pengemis kecil sebelum bertanya, "Siapa yang menculiknya? Ke mana mereka membawanya?"Pengemis kecil ketakutan. Kedua matanya tebersit rasa ngeri. Dia seketika hanya bisa menangis histeris.Abimana berteriak marah, "Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan mengulitimu!"Pengemis kecil menyahut dengan gemetaran, "Di ... diculik be ... beberapa pengemis dan dibawa ke luar kota."Begitu mendapatkan jawaban, Abimana melepaskan pengemis kecil dan segera menuju ke luar kota.Usai melihat Abimana pergi jauh, pengemis kecil baru menghela napas lega. Namun, ketika menoleh, dia tidak sengaja menatap Andini sekilas.Andini sedang mengamati pengemis kecil dari atas sampai bawah. Pandangannya berhenti di dadanya yang menonjol.Pengemis kecil seketika panik dan buru-buru menutup dadanya. Tatapannya tampak gelisah dan penuh rasa bersalah. Dia melirik Andini beberapa kali dengan ketakutan dan waspada, lalu pergi dengan tergesa-gesa.Setelah me
Begitu melihat senyuman di wajah Byakta, di dalam benak Andini penuh dengan gambaran saat Byakta melindunginya di Kedai Arum.Byakta mengatakan siapa pun yang berani macam-macam pada Andini akan mati! Ketika diserang, Byakta meminta Andini pergi ke samping dan menjauhkannya dari area perkelahian. Byakta bahkan melindungi nyawa Andini dengan tubuhnya sendiri di saat genting.Andini teringat dengan sebagian wajah Byakta yang berlumuran darah. Tatapannya tertuju pada kerah baju yang masih ada noda darah.Ketika menyadari tatapan Andini, Byakta buru-buru menunduk untuk merapikan pakaiannya. Dia mencoba menyembunyikan noda darah itu dengan cemas.Tidak disangka, Andini berjalan ke arah Byakta dan berdiri di samping tempat tidurnya. Dia menunduk memandang Byakta dengan berlinang air mata. Tangannya yang mungil mengelus perban di kepala Byakta dengan lembut. Dia tidak berani mengerahkan tenaga karena khawatir akan menyakiti Byakta.Kala ini, Byakta sangat gugup. Kedekatan dan tindakan Andini
Byakta tertegun. Dia lupa memberikan buah haw di tangannya, lupa mengusap air mata Andini, bahkan lupa apa yang barusan dikatakan Andini.Apakah pendengaran Byakta salah? Dia memegang beberapa buah haw dan seketika diam membeku.Melihat ekspresi Byakta yang konyol, senyuman Andini justru makin lebar. Andini mengambil buah haw dari tangan Byakta, lalu memasukkan ke dalam mulut dan mengunyahnya. Kemudian, dia bertanya lagi, "Apa kamu mau menikahiku?"Byakta tersadar dari lamunannya dan segera menyahut, "Mau!"Byakta seakan-akan takut Andini akan menarik kembali kata-katanya jika dirinya masih tidak merespons. Dia mengatakan "mau" dengan berteriak sampai suaranya hampir memekakkan telinga Andini.Byakta segera tenang dan berucap, "Tapi, aku nggak punya kekuasaan dan pengaruh. Statusku juga rendah, jauh berbeda dengan statusmu. Aku nggak pantas untukmu."Byakta menunduk dengan sedikit kecewa. Dia masih mengingat jelas setiap kata yang diucapkan Laras kepadanya sebelumnya. Dia sangat paham
Rangga merasa enggan. Lantaran Dianti sudah diselamatkan dan kembali ke Kediaman Adipati, itu berarti sudah tidak ada masalah besar. Lagi pula, Dianti memang suka menangis. Menurut Rangga, hal ini tidak begitu serius sampai perlu mengirim orang ke markas militer untuk menyampaikan pesan.Namun, saat ini Rangga kebetulan tidak ingin tetap berada di sini. Dia melirik Andini sekilas sebelum pergi.Ketika melihat Rangga pergi dengan terburu-buru, Byakta berdiri di belakang Andini dan bertanya, "Apa kamu juga mau pulang untuk melihatnya?"Tatapan Andini menjadi sedikit dingin. Dia membalas, "Ini memang saatnya untuk pulang dan lihat apa trik yang sedang dimainkan Dianti."Byakta mengernyit sembari bertanya, "Trik? Apa ada yang janggal?"Andini mengangguk, lalu memberi tahu Byakta tentang pengemis kecil itu.Byakta bertanya dengan ekspresi serius, "Kalau begitu, ini memang ada yang janggal. Tapi, kenapa Nona Dianti melakukan itu?"Andini tidak menjawab. Dia tahu bahwa Dianti melakukan itu un
Begitu Andini melontarkan pertanyaan itu, tidak ada yang merespons.Apakah ucapan Andini salah? Tentu saja tidak. Mereka semua tahu bahwa toleransi alkohol Rangga sangat tinggi. Rangga sama sekali tidak mabuk dan tidak salah mengenali orang.Jangankan Abimana, bahkan Rangga yang berdiri di sana pun tidak bisa mengatakan bahwa ucapan Andini salah.Kresna sudah ingin marah sejak melihat Rangga. Sekarang, begitu mendengar ucapan Andini, dia tidak bisa menahan kesabarannya lagi.Kresna berujar dengan suara rendah, "Jenderal Rangga, leluhur Keluarga Biantara memang sudah mengikat perjanjian pernikahan dengan Keluarga Maheswara. Putri kandung kami juga tertukar 18 tahun lalu. Akibatnya, perjanjian pernikahan ini penuh dengan drama."Kresna meneruskan, "Tapi, sejak awal Keluarga Biantara cuma menjanjikan satu putri untuk menjadi menantu Keluarga Maheswara. Tolong Jenderal Rangga beri penjelasan mengenai masalah hari ini. Kalau nggak, aku akan meminta titah Kaisar untuk membatalkan perjanjian
Abimana tidak menyangka Andini masih berani marah pada Dianti, padahal Andini adalah dalangnya. Abimana seketika hendak menyerang Andini lagi. Dia menghardik, "Untuk apa kamu berteriak! Aku rasa kalau hari ini nggak beri pelajaran padamu, kamu akan benar-benar nggak tahu diri!"Laras yang melihat situasi memanas segera maju untuk melindungi Andini. Tidak disangka, kali ini dia didahului Rangga.Rangga meraih tinju Abimana yang hampir melayang. Dia mengernyit sembari berkata, "Mungkin benar-benar ada yang belum terungkap dibalik kejadian ini."Ini kesimpulan yang dibuat berdasarkan penilaian Rangga sendiri. Diamnya Dianti jelas menunjukkan bahwa masalah ini tidak sesederhana itu.Tidak disangka, begitu melihat Rangga berdiri di depan Andini, Kresna langsung membentak, "Jenderal Rangga, pikirkan baik-baik!"Kresna hanya memiliki dua putri. Mereka bukan untuk dipermainkan Rangga yang tidak bisa memilih.Kala ini, seorang pelayan masuk dengan tergesa-gesa. Dia menyampaikan, "Tuan Kresna, W
"Aku dengar Nona Andini bahkan sempat menjelek-jelekkan Keluarga Adipati di gerbang kota. Jangan-jangan semua itu dilakukan agar Tuan Abimana merasa bersalah dan nggak berani menghalangi pernikahannya dengan Jenderal Rangga?"Abimana tak lagi mendengar kelanjutan percakapan itu. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dengan langkah lebar, dia keluar dari Kediaman Adipati.Semuanya masuk akal sekarang. Pantas saja, Andini tiba-tiba ingin meninggalkan ibu kota. Dua perempuan seperti dia dan Laras melakukan perjalanan jauh sendirian. Mereka tidak takut?Ternyata semua ini hanyalah sandiwara!Begitu Abimana pergi, para pelayan yang tadi bergosip langsung mengintip dari balik pintu. Saat melihat bahwa dia sudah pergi cukup jauh, mereka segera kembali ke kamar Dianti. "Nona, Tuan Abimana sudah pergi."Dianti yang tengah menyeka air matanya pun bertanya, "Apa Kakak mendengar semuanya?""Nona tenang saja, Tuan Abimana mendengar semuanya. Kami melihat betapa marahnya beliau. Pasti sekarang dia
Rangga akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Kalingga, tetapi amarah di hatinya tetap membara. Bahkan, suaranya dipenuhi kekecewaan. "Kupikir kamu akan memahamiku."Dia tahu, permohonannya kepada Kaisar untuk menikahi Andini sebagai istri bukanlah hal yang mudah dipahami oleh orang lain. Itu sebabnya, meskipun Kaisar akhirnya mengabulkan permintaannya, titah itu tetap dibuat kurang jelas.Hanya dengan satu kalimat dari Kalingga, ayah dan ibu langsung menyerahkan pernikahan ini kepadanya. Padahal, Kalingga tahu betul apa saja yang telah dirinya lakukan demi Andini.Seluruh dunia boleh mengkhianatinya, tetapi tidak dengan Kalingga. Bagaimanapun, Rangga adalah adik kandungnya.Melihat kekecewaan yang jelas tergambar di mata Rangga, tatapan Kalingga menjadi suram. Nada suaranya dipenuhi dengan ketidakberdayaan. "Kalau begitu, anggap saja hari itu dia nggak pernah keluar dari halaman rumahku."Anggap saja rencana yang disusun Rangga dan Abimana telah berhasil. Anggap saja Andini sudah keh
Tiga tahun, persis dengan waktu yang dia habiskan di penatu istana. Tiga tahun di sana telah membuatnya membayar lunas budi Keluarga Adipati yang telah membesarkannya selama 15 tahun.Maka, pernikahan tiga tahun dengan Kalingga ini juga akan menjadi caranya untuk membalas semua bantuan yang telah diberikan Kalingga kepadanya. Dia akan merawat Kalingga dengan sepenuh hati.Namun, tiga tahun kemudian, dia harus pergi. Dia harus menyambut hidup barunya. Jika tidak, dia tidak akan sanggup bertahan.Mendengar itu, Kalingga hanya tersenyum tipis dan dingin seperti biasa. Tanpa banyak bicara, dia meletakkan surat yang Andini kirimkan kemarin di atas meja.Andini tidak mengerti maksudnya, tetapi melihat Kalingga memberi isyarat dengan matanya, dia pun mengulurkan tangan dan mengambil surat itu.Tanpa disangka, sebuah mata panah yang telah berkarat tiba-tiba jatuh dari dalam amplop, menimpa meja dengan suara berat.Andini terkejut. Kemudian, terdengar suara Kalingga yang tidak sedingin biasanya
Tuan Kalingga?Laras terkejut, buru-buru membawa pelayan itu masuk.Saat ini, di sisi Kalingga hanya ada seorang pelayan yang selalu mengikutinya. Itu adalah orang kepercayaannya.Andini sempat bertemu dengan pelayan ini pagi tadi saat pergi menemui Kalingga. Melihatnya datang berkunjung malam ini, Andini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan surat dari Byakta?"Pelayan itu memberi hormat, lalu pandangannya jatuh ke atas meja, tepat pada titah Kaisar yang diletakkan secara asal-asalan. "Tuan dengar Kaisar telah memberikan titah. Beliau secara khusus mengutus hamba untuk mengingatkan Nona. Hal ini bukan hal sepele, jadi jangan ceroboh. Harus hati-hati."Kata terakhir diucapkannya dengan sangat perlahan. Andini sedikit bingung, tetapi Laras langsung menangkap maksudnya dan segera bergerak untuk mengambil titah tersebut."Ya, ya! Kami akan memperlakukannya dengan hati-hati. Aku akan segera menyimpannya di tempat yang layak!" Dari tadi, dia
Melihat Andini sama sekali tidak peduli dengan konsekuensi menentang titah Kaisar, sorot mata Rangga sontak menjadi dingin. Kemudian, tatapannya tertuju pada sosok di belakang Andini, sosok yang menunduk, berusaha tidak bersuara agar tidak menarik perhatian.Rangga lantas menyunggingkan senyuman tipis. "Tentu saja kamu bisa menentang titah ini. Tapi, aku khawatir pelayanmu juga harus menanggung hukuman bersamamu."Laras memiliki keluarga. Jika masalah ini berlanjut, entah berapa banyak orang tak bersalah yang akan ikut terseret.Ekspresi Andini seketika membeku. Dia pun menatap Rangga lekat-lekat, melihat jelas secercah kebanggaan yang tersembunyi di balik mata hitam pekatnya. Hatinya mencelos, kedua tangannya terkepal erat.Suara Rangga yang dingin kembali terdengar. "Terimalah titah ini." Kali ini, entah kenapa nada suaranya terdengar lebih lembut dibanding sebelumnya.Bukankah sejak kecil Andini selalu ingin menikah dengannya? Bukankah dalam mimpi pun dia berharap menjadi Nyonya Kel
Andini menggenggam tali kekang kudanya erat-erat, hingga suara lirih Laras menyadarkannya. "Nona, cepat turun dari kuda."Melihat dekret kekaisaran, tetapi tidak berlutut adalah sebuah pelanggaran besar. Hukumannya adalah hukuman mati!Andini pun perlahan turun dari kuda, menatap mata Rangga yang dalam dan dingin. Meskipun hatinya penuh dengan ketidakpuasan, saat ini dia tetap harus berlutut."Dengan restu langit, Kaisar menurunkan titah. Keluarga Maheswara memiliki putra yang gagah berani, berjasa besar dalam perang. Sementara putri asuh Keluarga Biantara, wanita yang berbakti dan berbudi luhur, memiliki kecerdasan serta kebajikan yang luar biasa.""Keduanya ditakdirkan untuk bersama. Maka dengan ini, titah pernikahan diturunkan. Pernikahan akan dilangsungkan di hari yang baik, dengan restu Kaisar!"Begitu titah itu diumumkan, semua orang terperangah. Mata mereka membelalak lebar.Andini menatap Rangga dengan tidak percaya. Dia sudah menduga bahwa titah ini adalah cara Rangga untuk me
"Cih! Aku belum pernah melihat keluarga yang begitu nggak tahu malu!"Rakyat pun mulai mengutuk tanpa henti, hampir mengerumuni Dianti dan Abimana di tengah jalan untuk menghakimi mereka.Sementara itu, Laras yang menyaksikan semua ini merasa sangat puas. Dia mengangkat dagunya sedikit dengan bangga.Hal ini tentu berbeda dengan Kresna yang duduk di dalam kedai teh. Hatinya terasa begitu kacau.Di satu sisi, dia merasa kasihan kepada Dianti dan Abimana, hingga ingin mengutus orang untuk menarik mereka keluar dari kerumunan.Di sisi lain, dia merasa Andini telah benar-benar memutuskan hubungan dengan mereka. Hal ini membuat hatinya terasa pedih.Saat ini, Andini tiba-tiba berkata, "Saudara sekalian, sebelum nenekku meninggal, beliau telah mengambil keputusan dan memerintahkanku serta Tuan Kresna untuk putus hubungan. Aku juga sudah lama meninggalkan rumah mereka.""Aku nggak tahu kenapa mereka berdua mengadang jalanku hari ini, tapi aku pergi agar nggak ada lagi ikatan apa pun dengan Ke
Begitu ucapan itu dilontarkan, jangankan Dianti dan Abimana, bahkan Kresna yang berada di dalam kedai teh pun terkejut hingga mundur tiga langkah.Andini benar-benar mengatakannya! Peristiwa tiga tahun lalu yang mereka sembunyikan dengan sangat baik, diungkapkan oleh Andini begitu saja!Kalau hal ini sampai terdengar oleh pihak istana, sampai ke telinga Kaisar, posisi keluarga mereka dalam bahaya! Andini benar-benar ingin menjatuhkan keluarga ini ke jurang kehancuran!Rakyat sekitar juga terkejut bukan main. Yang mereka tahu, tiga tahun lalu, anak angkat Keluarga Adipati melakukan kesalahan sampai dikirim ke penatu istana. Namun, mereka tidak pernah tahu kebenaran di baliknya! Tak disangka, ternyata dia dijebak!Melihat rakyat mulai menuding Keluarga Adipati, Abimana panik. "Andini! Jangan sembarangan memfitnah orang!""Memfitnah?" Andini menatap Abimana dengan dingin. "Maksudmu, aku sedang berbohong dan mencemarkan nama baik Keluarga Adipati? Kalau begitu, bisakah kamu menjelaskan kej
Wajah Dianti tiba-tiba menjadi pucat pasi.Tiba-tiba, seseorang di kerumunan yang cukup berani bertanya, "Ini serius?""Tentu saja!" Andini mengangkat sedikit alisnya. Sepasang matanya terus menatap Dianti sejak tadi.Laras langsung merasa puas dan berkata, "Apa yang perlu dibohongi? Satu pohon bunga plum langka di Paviliun Persik saja bernilai 300 tahil, belum lagi mutiara malam yang dulu dibawakan oleh Tuan Abimana untuk Nona Andini!""Kalau Nona Dianti benar-benar bisa mengembalikan semuanya kepada nonaku, 10 tahil per orang hanyalah jumlah kecil."Ucapan itu membuat hati rakyat goyah. Sepuluh tahil! Itu jumlah yang bahkan dalam dua atau tiga tahun pun mereka belum tentu bisa kumpulkan!Andini kembali berkata, "Bukan hanya itu, masih ada juga pertunangan dengan Keluarga Maheswara. Kalau aku menjadi Nyonya Keluarga Maheswara, aku pasti akan berterima kasih kepada Nona Dianti."Mendengar bahwa Andini bahkan ingin merebut pertunangan itu, Kresna yang berada di dalam kedai teh mulai tid