Abimana tidak menyangka Andini masih berani marah pada Dianti, padahal Andini adalah dalangnya. Abimana seketika hendak menyerang Andini lagi. Dia menghardik, "Untuk apa kamu berteriak! Aku rasa kalau hari ini nggak beri pelajaran padamu, kamu akan benar-benar nggak tahu diri!"Laras yang melihat situasi memanas segera maju untuk melindungi Andini. Tidak disangka, kali ini dia didahului Rangga.Rangga meraih tinju Abimana yang hampir melayang. Dia mengernyit sembari berkata, "Mungkin benar-benar ada yang belum terungkap dibalik kejadian ini."Ini kesimpulan yang dibuat berdasarkan penilaian Rangga sendiri. Diamnya Dianti jelas menunjukkan bahwa masalah ini tidak sesederhana itu.Tidak disangka, begitu melihat Rangga berdiri di depan Andini, Kresna langsung membentak, "Jenderal Rangga, pikirkan baik-baik!"Kresna hanya memiliki dua putri. Mereka bukan untuk dipermainkan Rangga yang tidak bisa memilih.Kala ini, seorang pelayan masuk dengan tergesa-gesa. Dia menyampaikan, "Tuan Kresna, W
Tangisan pengemis kecil sangat menyedihkan. Semua orang menjadi tersentuh.Di dalam kamar, usai Dianti mendengar perkataan pengemis kecil, tubuhnya terus bergetar hebat. Kirana yang menyadarinya seketika mengernyit.Sementara itu, Kresna bertanya, "Kakak yang mana? Coba lihat, apa dia orangnya?" Dia menunjuk Andini.Andini tidak terkejut. Dia sudah tahu sejak awal bahwa di dalam hati Kresna dan lainnya, dia adalah orang jahat. Dia bahkan merasa bahwa nada bicara Kresna saat bertanya seolah-olah sudah menduga jawabannya.Menurut Andiri, Kresna pasti berharap pengemis kecil itu mengangguk. Dengan begitu, Kresna bisa memarahinya tanpa belas kasihan, menjatuhkan hukuman keluarga, dan melihatnya berlutut memohon ampun dengan sekujur tubuh yang penuh luka. Sepertinya hal itu baru bisa membuat mereka puas.Andini sudah menduganya. Bagaimanapun, dia sudah bukan putri mereka. Di dalam hati mereka, dia hanya orang asing yang tidak penting, tetapi masih bisa dimanfaatkan!Meskipun begitu, ketika
Andini memandang semua orang sekilas sebelum bertanya dengan pelan, "Dianti, apa kamu mau membela diri?"Kata-kata ini jelas membuat Dianti tersadar. Dianti buru-buru beranjak dari tempat tidur, lalu berlutut di hadapan Kresna dan Abimana. Dia menjelaskan sambil menangis, "Ayah, Kak Abimana, aku nggak sengaja. Aku benar-benar nggak sengaja!"Begitu mendengar suara Dianti, Abimana sama sekali tidak merasa iba lagi. Sebaliknya, dia menatap Dianti dengan tidak percaya, lalu bertanya dengan suara rendah, "Jadi, kamu cuma diam melihatku membunuh mereka?"Padahal Dianti mengeluarkan uang untuk menyewa para pengemis itu. Namun, ketika melihat Abimana menghunuskan pedang, Dianti sama sekali tidak menghentikannya!Jika para pengemis itu tidak berniat jahat pada Dianti, lantas apa arti dari pembunuhan yang dilakukan Abimana? Abimana tahu dirinya selalu gegabah, tetapi dia tidak pernah membunuh orang tak berdosa! Kini, dia malah mengotori tangannya demi Dianti.Dianti menggeleng dengan panik semb
Wajah Kresna tampak muram. Dia menangkupkan kedua tangan dan memberi hormat pada Byakta sebelum berucap, "Kami masih ada urusan keluarga yang perlu ditangani, jadi nggak bisa menemani Wakil Jenderal Byakta lebih lama."Kresna jelas sekali sedang mengusir Byakta.Untungnya, Byakta sama sekali tidak merasa dipermalukan. Dia tahu statusnya begitu rendah. Jika mau bersama dengan Andini, dia pasti akan menghadapi banyak rintangan. Dia sudah lama menyiapkan diri untuk menghadapi semua ini. Namun, dia khawatir pada Andini.Byakta khawatir sesudah dirinya pergi, Andini akan menghadapi Keluarga Adipati sendirian dan dipersulit. Saat ini, tatapannya pada Andini tebersit perhatian yang dalam.Andini tersenyum pada Byakta, lalu mengangguk dan mengisyaratkannya untuk jangan khawatir.Andini sudah cukup lama kembali ke Kediaman Adipati dan mengalami berbagai macam kesulitan. Dia sudah terbiasa menghadapi semua kesulitan ini. Tidak akan terjadi apa-apa padanya. Byakta tetap khawatir. Akan tetapi, di
Ucapan Andini seperti pisau yang menusuk dada Kresna.Kresna membantah, "Nggak. Bukan Ayah yang mau membuangmu ke penatu istana. Permaisuri yang memberi titah. Ayah juga nggak berdaya."Setelah melontarkan ini, Kresna masih merasa dadanya begitu sesak hingga kesulitan bernapas. Dia menarik napas berkali-kali sebelum berucap, "A ... Ayah juga bukan nggak peduli padamu. Hanya saja, Kaisar terus mengawasi Keluarga Adipati."Kresna menjelaskan, "Ayah takut kalau salah langkah sedikit saja, Kaisar akan menemukan alasan untuk melawan kita! Ayah khawatir Keluarga Adipati akan hancur di tangan Ayah. Jadi, Ayah terpaksa ....""Terpaksa membuangku," sambung Andini dengan tenang.Andini bisa paham. Sebagai pemimpin keluarga, Kresna bertanggung jawab atas nasib ratusan orang di Kediaman Adipati. Andini bisa memahami kesulitan dan pilihan yang harus diambil Kresna.Namun, Andini tidak bisa memahami kejadian tiga tahun lalu. Kresna jelas-jelas melihat Dianti yang memecahkan mangkuk kaca itu, tetapi
Ekspresi Abimana tampak muram. Dia berucap dengan suara rendah, "Aku tahu kejadian hari ini adalah salahku. Tapi, aku sudah berjanji untuk membantumu mencari jodoh. Aku pasti akan tepati."Abimana melanjutkan, "Meski kamu nggak menganggapku sebagai kakak, aku selalu menganggapmu sebagai adikku. Aku nggak akan mungkin membiarkanmu menikah dengan pria yang nggak punya kekuasaan dan nggak bisa melindungimu!"Perkataan Abimana hampir beberapa kali membuat Andini tertawa. Abimana selalu menganggap Andini sebagai adiknya?Dari semua perbuatan Abimana, apa yang dia lakukan pada Andini sebagai kakak yang baik? Namun, Andini sudah sering mengatakan ini sebelumnya. Dia tidak mau membahasnya lagi sekarang. Lagi pula, meskipun dia mengatakannya, Abimana juga tidak akan mengingatnya.Andini menimpali dengan dingin, "Tapi, hari ini dia sudah melindungiku. Kalau nggak ada dia, mungkin aku sudah terbaring di dalam peti mati."Jika Byakta tidak menangkis beberapa serangan mematikan saat itu, bagaimana
Andini juga tahu bahwa mereka tidak akan bisa mengerti. Bagaimana mungkin orang yang tidak punya hati bisa mengerti betapa berharganya hati yang tulus?Melihat Andini yang tidak berbicara, Kirana berkata, "Andin, Ibu tahu kamu masih menyimpan dendam pada kami karena beberapa hal di masa lalu. Tapi, dalam masalah ini, ayah dan kakakmu benar-benar memikirkan yang terbaik untukmu!"Kirana berkomentar, "Wakil Jenderal Byakta memang baik. Bagi keluarga biasa, dia memang pasangan yang luar biasa, tapi nggak bagimu. Dia nggak bisa memberikan yang kamu inginkan ....""Dia nggak bisa memberikan yang aku inginkan atau yang Keluarga Adipati inginkan?" tanya Andini menyela ucapan Kirana.Abimana tersentak dan langsung menegur, "Andini, Ayah dan Ibu cuma peduli padamu. Jangan nggak tahu diri!"Peduli? Andini mendengus dingin sebelum menimpali, "Apa ucapanku salah? Dia punya semua yang aku inginkan. Dia juga bisa memberikannya padaku."Selesai berbicara, Andini melihat satu per satu wajah anggota Ke
Dianti tidak berhenti menangis. Mungkin karena tangisan Dianti terlalu menyedihkan sehingga Kirana merasa iba. Dia berkomentar, "Di dunia ini, nggak ada wanita yang mau merusak kesuciannya sendiri. Mungkin Dian benar-benar nggak bersalah."Tidak disangka, Andini mendengus dingin sebelum membalas, "Tapi, tadi Dianti juga sudah bilang bahwa dia khawatir kalian nggak menginginkannya. Kalau hari ini kesuciannya dirusak, kalian pasti sangat kasihan padanya dan akan melemparkan semua kesalahan padaku.""Kalian akan menyayanginya dan melindunginya. Jenderal Rangga juga akan merasa bersalah, lalu segera menikahinya. Kalau itu sungguh terjadi, Dianti akan mendapatkan semua yang dia inginkan," sambung Andini.Ketika Andini mengatakan ini, semua tatapan tertuju pada Dianti.Dianti menggeleng dengan panik sembari mengelak, "Nggak. Itu nggak benar. Bukan seperti itu ...."Andini tertawa sinis, lalu menambahkan, "Apalagi, dia sudah mengirim orang untuk memberi tahu Abimana. Dia tahu bahwa Abimana ak
"Aku dengar Nona Andini bahkan sempat menjelek-jelekkan Keluarga Adipati di gerbang kota. Jangan-jangan semua itu dilakukan agar Tuan Abimana merasa bersalah dan nggak berani menghalangi pernikahannya dengan Jenderal Rangga?"Abimana tak lagi mendengar kelanjutan percakapan itu. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dengan langkah lebar, dia keluar dari Kediaman Adipati.Semuanya masuk akal sekarang. Pantas saja, Andini tiba-tiba ingin meninggalkan ibu kota. Dua perempuan seperti dia dan Laras melakukan perjalanan jauh sendirian. Mereka tidak takut?Ternyata semua ini hanyalah sandiwara!Begitu Abimana pergi, para pelayan yang tadi bergosip langsung mengintip dari balik pintu. Saat melihat bahwa dia sudah pergi cukup jauh, mereka segera kembali ke kamar Dianti. "Nona, Tuan Abimana sudah pergi."Dianti yang tengah menyeka air matanya pun bertanya, "Apa Kakak mendengar semuanya?""Nona tenang saja, Tuan Abimana mendengar semuanya. Kami melihat betapa marahnya beliau. Pasti sekarang dia
Rangga akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Kalingga, tetapi amarah di hatinya tetap membara. Bahkan, suaranya dipenuhi kekecewaan. "Kupikir kamu akan memahamiku."Dia tahu, permohonannya kepada Kaisar untuk menikahi Andini sebagai istri bukanlah hal yang mudah dipahami oleh orang lain. Itu sebabnya, meskipun Kaisar akhirnya mengabulkan permintaannya, titah itu tetap dibuat kurang jelas.Hanya dengan satu kalimat dari Kalingga, ayah dan ibu langsung menyerahkan pernikahan ini kepadanya. Padahal, Kalingga tahu betul apa saja yang telah dirinya lakukan demi Andini.Seluruh dunia boleh mengkhianatinya, tetapi tidak dengan Kalingga. Bagaimanapun, Rangga adalah adik kandungnya.Melihat kekecewaan yang jelas tergambar di mata Rangga, tatapan Kalingga menjadi suram. Nada suaranya dipenuhi dengan ketidakberdayaan. "Kalau begitu, anggap saja hari itu dia nggak pernah keluar dari halaman rumahku."Anggap saja rencana yang disusun Rangga dan Abimana telah berhasil. Anggap saja Andini sudah keh
Tiga tahun, persis dengan waktu yang dia habiskan di penatu istana. Tiga tahun di sana telah membuatnya membayar lunas budi Keluarga Adipati yang telah membesarkannya selama 15 tahun.Maka, pernikahan tiga tahun dengan Kalingga ini juga akan menjadi caranya untuk membalas semua bantuan yang telah diberikan Kalingga kepadanya. Dia akan merawat Kalingga dengan sepenuh hati.Namun, tiga tahun kemudian, dia harus pergi. Dia harus menyambut hidup barunya. Jika tidak, dia tidak akan sanggup bertahan.Mendengar itu, Kalingga hanya tersenyum tipis dan dingin seperti biasa. Tanpa banyak bicara, dia meletakkan surat yang Andini kirimkan kemarin di atas meja.Andini tidak mengerti maksudnya, tetapi melihat Kalingga memberi isyarat dengan matanya, dia pun mengulurkan tangan dan mengambil surat itu.Tanpa disangka, sebuah mata panah yang telah berkarat tiba-tiba jatuh dari dalam amplop, menimpa meja dengan suara berat.Andini terkejut. Kemudian, terdengar suara Kalingga yang tidak sedingin biasanya
Tuan Kalingga?Laras terkejut, buru-buru membawa pelayan itu masuk.Saat ini, di sisi Kalingga hanya ada seorang pelayan yang selalu mengikutinya. Itu adalah orang kepercayaannya.Andini sempat bertemu dengan pelayan ini pagi tadi saat pergi menemui Kalingga. Melihatnya datang berkunjung malam ini, Andini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan surat dari Byakta?"Pelayan itu memberi hormat, lalu pandangannya jatuh ke atas meja, tepat pada titah Kaisar yang diletakkan secara asal-asalan. "Tuan dengar Kaisar telah memberikan titah. Beliau secara khusus mengutus hamba untuk mengingatkan Nona. Hal ini bukan hal sepele, jadi jangan ceroboh. Harus hati-hati."Kata terakhir diucapkannya dengan sangat perlahan. Andini sedikit bingung, tetapi Laras langsung menangkap maksudnya dan segera bergerak untuk mengambil titah tersebut."Ya, ya! Kami akan memperlakukannya dengan hati-hati. Aku akan segera menyimpannya di tempat yang layak!" Dari tadi, dia
Melihat Andini sama sekali tidak peduli dengan konsekuensi menentang titah Kaisar, sorot mata Rangga sontak menjadi dingin. Kemudian, tatapannya tertuju pada sosok di belakang Andini, sosok yang menunduk, berusaha tidak bersuara agar tidak menarik perhatian.Rangga lantas menyunggingkan senyuman tipis. "Tentu saja kamu bisa menentang titah ini. Tapi, aku khawatir pelayanmu juga harus menanggung hukuman bersamamu."Laras memiliki keluarga. Jika masalah ini berlanjut, entah berapa banyak orang tak bersalah yang akan ikut terseret.Ekspresi Andini seketika membeku. Dia pun menatap Rangga lekat-lekat, melihat jelas secercah kebanggaan yang tersembunyi di balik mata hitam pekatnya. Hatinya mencelos, kedua tangannya terkepal erat.Suara Rangga yang dingin kembali terdengar. "Terimalah titah ini." Kali ini, entah kenapa nada suaranya terdengar lebih lembut dibanding sebelumnya.Bukankah sejak kecil Andini selalu ingin menikah dengannya? Bukankah dalam mimpi pun dia berharap menjadi Nyonya Kel
Andini menggenggam tali kekang kudanya erat-erat, hingga suara lirih Laras menyadarkannya. "Nona, cepat turun dari kuda."Melihat dekret kekaisaran, tetapi tidak berlutut adalah sebuah pelanggaran besar. Hukumannya adalah hukuman mati!Andini pun perlahan turun dari kuda, menatap mata Rangga yang dalam dan dingin. Meskipun hatinya penuh dengan ketidakpuasan, saat ini dia tetap harus berlutut."Dengan restu langit, Kaisar menurunkan titah. Keluarga Maheswara memiliki putra yang gagah berani, berjasa besar dalam perang. Sementara putri asuh Keluarga Biantara, wanita yang berbakti dan berbudi luhur, memiliki kecerdasan serta kebajikan yang luar biasa.""Keduanya ditakdirkan untuk bersama. Maka dengan ini, titah pernikahan diturunkan. Pernikahan akan dilangsungkan di hari yang baik, dengan restu Kaisar!"Begitu titah itu diumumkan, semua orang terperangah. Mata mereka membelalak lebar.Andini menatap Rangga dengan tidak percaya. Dia sudah menduga bahwa titah ini adalah cara Rangga untuk me
"Cih! Aku belum pernah melihat keluarga yang begitu nggak tahu malu!"Rakyat pun mulai mengutuk tanpa henti, hampir mengerumuni Dianti dan Abimana di tengah jalan untuk menghakimi mereka.Sementara itu, Laras yang menyaksikan semua ini merasa sangat puas. Dia mengangkat dagunya sedikit dengan bangga.Hal ini tentu berbeda dengan Kresna yang duduk di dalam kedai teh. Hatinya terasa begitu kacau.Di satu sisi, dia merasa kasihan kepada Dianti dan Abimana, hingga ingin mengutus orang untuk menarik mereka keluar dari kerumunan.Di sisi lain, dia merasa Andini telah benar-benar memutuskan hubungan dengan mereka. Hal ini membuat hatinya terasa pedih.Saat ini, Andini tiba-tiba berkata, "Saudara sekalian, sebelum nenekku meninggal, beliau telah mengambil keputusan dan memerintahkanku serta Tuan Kresna untuk putus hubungan. Aku juga sudah lama meninggalkan rumah mereka.""Aku nggak tahu kenapa mereka berdua mengadang jalanku hari ini, tapi aku pergi agar nggak ada lagi ikatan apa pun dengan Ke
Begitu ucapan itu dilontarkan, jangankan Dianti dan Abimana, bahkan Kresna yang berada di dalam kedai teh pun terkejut hingga mundur tiga langkah.Andini benar-benar mengatakannya! Peristiwa tiga tahun lalu yang mereka sembunyikan dengan sangat baik, diungkapkan oleh Andini begitu saja!Kalau hal ini sampai terdengar oleh pihak istana, sampai ke telinga Kaisar, posisi keluarga mereka dalam bahaya! Andini benar-benar ingin menjatuhkan keluarga ini ke jurang kehancuran!Rakyat sekitar juga terkejut bukan main. Yang mereka tahu, tiga tahun lalu, anak angkat Keluarga Adipati melakukan kesalahan sampai dikirim ke penatu istana. Namun, mereka tidak pernah tahu kebenaran di baliknya! Tak disangka, ternyata dia dijebak!Melihat rakyat mulai menuding Keluarga Adipati, Abimana panik. "Andini! Jangan sembarangan memfitnah orang!""Memfitnah?" Andini menatap Abimana dengan dingin. "Maksudmu, aku sedang berbohong dan mencemarkan nama baik Keluarga Adipati? Kalau begitu, bisakah kamu menjelaskan kej
Wajah Dianti tiba-tiba menjadi pucat pasi.Tiba-tiba, seseorang di kerumunan yang cukup berani bertanya, "Ini serius?""Tentu saja!" Andini mengangkat sedikit alisnya. Sepasang matanya terus menatap Dianti sejak tadi.Laras langsung merasa puas dan berkata, "Apa yang perlu dibohongi? Satu pohon bunga plum langka di Paviliun Persik saja bernilai 300 tahil, belum lagi mutiara malam yang dulu dibawakan oleh Tuan Abimana untuk Nona Andini!""Kalau Nona Dianti benar-benar bisa mengembalikan semuanya kepada nonaku, 10 tahil per orang hanyalah jumlah kecil."Ucapan itu membuat hati rakyat goyah. Sepuluh tahil! Itu jumlah yang bahkan dalam dua atau tiga tahun pun mereka belum tentu bisa kumpulkan!Andini kembali berkata, "Bukan hanya itu, masih ada juga pertunangan dengan Keluarga Maheswara. Kalau aku menjadi Nyonya Keluarga Maheswara, aku pasti akan berterima kasih kepada Nona Dianti."Mendengar bahwa Andini bahkan ingin merebut pertunangan itu, Kresna yang berada di dalam kedai teh mulai tid