Dianti tertegun usai mendengar perkataan Laras. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa masalah ini bisa berdampak serius terhadap nama baik Keluarga Adipati.Laras melanjutkan, "Nona Andini juga bilang, ke depannya Nona Dianti akan jadi Nyonya Keluarga Maheswara. Nona seharusnya paham apa yang pantas dan nggak pantas dilakukan. Perhiasan di dalam kantong ini banyak yang terlihat jelas milik Nona.""Kalau hal ini sampai terdengar oleh Keluarga Maheswara, gimana pandangan mereka terhadap Nona? Semoga Nona bisa memahami niat baik Nona Andini," pungkas Laras.Setelah itu, Laras memberi hormat kepada Dianti. Sebelum Dianti sempat berbicara, Laras langsung berbalik pergi meninggalkan Dianti terdiam di tempat.Begitu kembali ke Paviliun Ayana, Laras segera menemui Andini dengan sangat gembira. Dia melaporkan, "Nona, Nona, hamba sudah katakan semuanya sesuai perintah Nona. Nona nggak lihat gimana ekspresi Nona Dianti saat itu. Lucu sekali!"Mendengar ini, Andini tanpa sadar tersenyum sesaat seb
Dianti terkejut. Untungnya, ini pintu belakang, jadi tidak banyak orang yang melihat.Dianti segera sadar dan menarik Ratih ke sebuah gang di sebelah. Dia menegur dengan pelan, "Bukannya sudah kubilang jangan datang cari aku lagi?""Memangnya aku bisa nggak datang?" Ratih menangis sambil mengeluh, "Kalau kamu nggak mau bantu aku, untuk apa pura-pura peduli? Kamu beri aku harapan, lalu buat aku kecewa. Apa ini menyenangkan?"Dianti tertegun. Dia buru-buru memegang lengan Ratih dengan erat. Dia bertanya dengan ekspresi tidak percaya, "Ratih, gimana bisa kamu berpikir seperti itu tentangku?"Ketika berbicara, Dianti sudah berlinang air mata.Tidak disangka, Ratih menghempaskan tangan Dianti dan membantah, "Aku nggak bodoh seperti orang-orang di Keluarga Biantara. Jangan coba-coba menipuku. Katakan, apa kamu ambil kembali kantong yang kamu berikan padaku?""Bukan aku yang ambil!" Dianti buru-buru menjelaskan, "Kak Andini mengirim orang ke sisimu untuk mengawasimu. Nggak lama setelah aku be
Byakta terkejut karena tiba-tiba dipanggil. Begitu mengetahui orang itu adalah Dianti, dia segera memberi hormat dan menyapa, "Salam, Nona Dianti."Dianti menghampiri Byakta, lalu melirik ke arah tong sampah sekilas sebelum bertanya, "Kenapa Kak Byakta bisa ada di sini?""Cu ... Cuma lewat," sahut Byakta. Jelas sekali dia berbohong.Dianti tersenyum sembari membalas, "Ini pintu belakang. Jarang ada yang lewat. Kak Byakta datang karena Kak Andini, 'kan?"Mendengar ini, Byakta seketika menatap Dianti dengan kaget.Dianti menambahkan, "Kak Abimana sudah ceritakan padaku tentang Kak Byakta."Ternyata begitu. Menurut Byakta, hubungan Abimana dan Dianti sangat baik. Tidak heran jika Abimana menceritakan kepada Dianti bahwa Byakta punya perasaan pada Andini.Wajah Byakta langsung memerah. Dia berucap dengan terbata-bata, "A ... aku masih ada urusan. Aku pamit dulu."Ketika Byakta hendak pergi, Dianti bertanya, "Kak Byakta mau menyerah?"Langkah Byakta terhenti. Di belakangnya, Dianti melanjut
Beberapa hari kemudian. Ketika Andini baru selesai makan, Laras datang membawa sebuah kotak makan. Katanya, "Nona, lihat ini!"Andini tersenyum tipis sambil bertanya, "Kamu mau buat aku kekenyangan? Dari mana kamu dapat makanan itu?""Hamba temukan di sudut paviliun." Laras tersenyum dengan ekspresi misterius dan bertanya, "Nona nggak merasa kotak makan ini sangat familier?"Mendengar ini, Andini memperhatikan kotak makan itu lebih lama dan merasa familier. Dia juga memiliki satu yang sama persis. Itu adalah kotak makan yang sebelumnya dibawa oleh Byakta saat tengah malam. Sampai sekarang, belum diambil kembali.Jadi, kotak makan di depannya ini ....Sebelum Andini bertanya lebih jauh, Laras sudah meletakkan kotak makan di atas meja. Dia membukanya dan menyajikan sepiring usus sapi.Warnanya menarik. Aromanya juga menggugah selera. Dua orang yang sudah terbiasa mencium bau tak sedap selama beberapa hari ini seketika menelan ludah.Laras bahkan mencium aromanya tanpa ragu. Dia mengambil
"Nggak perlu jelaskan padanya," tukas Andini dengan datar.Andini mengambil saputangan dan menyeka mulutnya dengan pelan sebelum berujar, "Selalu ada alasan untuk menyalahkanku. Kalau mau menuduhku, silakan saja."Setelah konflik sebelumnya, Andini sudah mengerti. Bagi Abimana, Andini sudah jahat sejak lahir. Apa pun yang dia katakan, Abimana juga tidak akan mendengarkannya. Jika begitu, untuk apa repot-repot menjelaskan?Melihat Andini bersikap seakan-akan tidak peduli lagi, Abimana makin marah. Dia menyergah, "Aku menuduhmu? Apa mungkin usus sapi ini datang sendiri? Aku penasaran, apa istimewanya makanan ini sampai lebih enak dari kue Argani? Asal kamu tahu, harus antre sampai malam baru bisa beli kue itu!"Yang dimaksud Abimana adalah kue yang Rangga letakkan di kereta kuda. Lantaran saat itu Andini tidak menyentuhnya, Rangga memberikannya sendiri kepada Andini. Namun, Andini malah meminta orang untuk memberikannya kepada Dianti.Andini mendengus dingin sebelum menimpali, "Sekalipun
Ketika melihat punggung Abimana, hati Andini terasa hancur. Dia melihat usus sapi di atas meja yang belum habis, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Laras, kembalikan semua ini ke Wakil Jenderal Byakta sekarang."Andini berpesan, "Sampaikan padanya, masakannya sama sekali nggak cocok dengan seleraku. Sebelumnya aku bilang enak cuma karena dia pernah menolongku. Minta dia jangan salah paham."Setelah melontarkan ucapan ini, bibir Andini tidak bisa berhenti bergetar. Dia merasa sedikit kesulitan, tetapi dia tetap harus mengatakannya.Andini menambahkan, "Sampaikan juga padanya, meski sekarang aku cuma putri angkat Keluarga Adipati, aku tetap bukan orang yang bisa diimpikan orang sepertinya. Minta dia jangan melakukan hal yang bisa merusak nama baikku lagi, kalau nggak ...."Andini akhirnya tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Bagi orang yang tulus memberikan hati padanya, kata-kata Andini seperti pisau tajam yang menusuk hati itu dengan kuat. Namun, Andini tidak punya piliha
"Tentu saja karena status Byakta yang rendah!" Abimana mengernyit sambil menjelaskan, "Bagi orang biasa, kondisi Byakta memang cukup baik. Tapi, Andin itu Nona Besar Keluarga Adipati. Gimana bisa menikah dengan seorang wakil jenderal?"Entah kenapa begitu mendengar Abimana mengatakan Andini adalah Nona Besar Keluarga Adipati, hati Dianti tiba-tiba dipenuhi rasa cemburu yang menyesakkan.Namun, Dianti segera menekan perasaannya dan tersenyum manis kepada Abimana. Katanya, "Kak Abimana memang Kakak terbaik di dunia. Kakak selalu memikirkan aku dan Kak Andini."Kata-kata Dianti seolah-olah tangan lembut yang menyingkirkan amarah di hati Abimana.Abimana menatap Dianti, lalu mengelus kepala adiknya dengan lembut seraya berucap, "Andai Andin juga sepertimu yang bisa memahami niat baikku.""Kak Andini akan paham." Dianti masih tersenyum manis sembari menimpali, "Meski sekarang Kak Andini belum paham, suatu saat dia juga akan paham."Abimana menyunggingkan senyum dan berkata, "Semoga begitu."
Tiga hari kemudian, pelayan dari paviliun Ainun datang ke Paviliun Ayana. Dia meminta Andini untuk pergi menemui Ainun.Ini belum waktunya Andini dibebaskan, tetapi Ainun sudah mengirim orang untuk memanggilnya. Andini merasa sangat cemas. Dia berpikir, jangan-jangan terjadi sesuatu pada Ainun sehingga dia dipanggil dengan tergesa-gesa. Langkahnya tanpa sadar menjadi lebih cepat.Begitu tiba di paviliun Ainun, Andini buru-buru memanggil, "Nenek!"Suaranya bahkan terdengar sedikit terisak. Namun, setelah melihat orang-orang di dalam ruangan, Andini seketika terdiam.Ainun sedang duduk di kursi utama. Raut wajahnya tampak seperti orang sakit, tetapi bibirnya tersenyum. Selain Ainun, Abimana dan Dianti juga ada di sana. Ada apa ini?Begitu melihat Andini, Ainun segera melambaikan tangannya sembari berkata, "Andin, ayo kemari!"Andini mendekat dan duduk di sebelah Ainun. Dia menatap Abimana dengan curiga, lalu bertanya pada Ainun dengan lembut, "Nenek, kenapa begitu tergesa-gesa panggil ak
Setelah mendengar perintah Andini, pengawal buru-buru masuk dan memberi hormat kepada Kirana. Dia berucap, "Silakan."Para pengawal ini adalah bawahan Kalingga. Mereka hanya mematuhi perintahnya. Kalingga menyuruh mereka melindungi Andini, jadi sekarang mereka pasti mengikuti perintah Andini.Jangankan Nyonya Kediaman Adipati, biarpun Kresna datang, para pengawal juga mempersilakan dia keluar jika diperintah Andini.Akhirnya, Kirana tetap pergi sambil menangis. Tak lama kemudian, Laras datang. Melihat Andini masih duduk dan terus memainkan cangkir teh yang sudah dingin, Laras merasa cemas. Dia menghampiri Andini dan memanggil, "Nona ...."Andini baru tersadar. Dia tersenyum kepada Laras seraya berkata, "Aku kira aku nggak akan sedih."Namun, hati Andini terasa sakit ketika melihat ibu yang pernah menyayanginya selama 15 tahun merendahkan dirinya dan rela dipermalukan demi Dianti. Bahkan, Kirana juga mengkritik Andini.Laras yang merasa kasihan pada Andini memeluknya dan berujar, "Nona,
Kirana terkejut. Dia sudah memperkirakan hari ini Andini pasti tidak akan langsung menyetujui permintaannya. Namun, Kirana tidak menyangka sikap Andini begitu tegas.Kirana berpikir mungkin Andini akan menyalahkannya. Bahkan Andini juga akan melontarkan ucapan yang menyakitkan.Kalau begitu, Kirana akan menangis seperti biasanya supaya hati Andini luluh. Mungkin Andini bisa memberikan patung Buddha giok kepada Kirana.Hanya saja, Andini tetap duduk di tempatnya. Dia menghadapi Nyonya Kediaman Adipati dengan sikap arogan. Seketika Kirana merasa statusnya tidak bisa menandingi Andini.Namun, ini tidak mungkin. Kirana adalah ibunya Andini. Dia menunjukkan sikapnya sebagai senior dan berbicara seraya mengernyit, "Harta sesan itu memang diberikan oleh nenekmu, tapi Dian itu adikmu. Apa kamu tega lihat Dian malu di hari pernikahannya?"Andini menyela dengan ekspresi sinis, "Aku nggak pernah akui dia itu adikku. Lagi pula, aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati. Jadi, masalah Keluar
Ekspresi Andini menjadi muram. Dia berkata, "Kalau begitu, kita temui dia saja. Kalau menghindar, justru kita terlihat seperti menutupi sesuatu."Selesai bicara, Andini menyuruh pengawal mempersilakan Kirana masuk. Saat Kirana berjalan masuk, Farida sedang membacakan daftar hadiah untuk Andini. Mereka bersikap seolah-olah tidak mengetahui kedatangan Kirana.Farida membacakan daftar hadiah sampai selesai sebelum melihat Kirana. Dia bertanya dengan ekspresi kaget, "Lho, kenapa Nyonya Kirana datang?"Akting Farida agak buruk. Laras tidak bisa menahan senyumnya, sedangkan Andini berusaha untuk tidak tersenyum. Namun, mereka tetap mencoba untuk bersikap serius.Sebaliknya, Kirana tampak canggung saat berbicara, "Ternyata Bibi Farida ada di sini. Aku pikir nggak ada yang bantu Andin waktu Keluarga Maheswara mengantar mahar, jadi aku datang melihatnya. Sekarang aku baru tenang setelah melihat Bibi Farida."Farida tersenyum dan menimpali, "Nyonya Kirana nggak usah khawatir. Titah anugerah pern
Tiga hari kemudian, Keluarga Maheswara mengantar sertifikat pernikahan, belasan kotak perhiasan, kain, dan hewan ternak. Selain itu, ada 6 pengurus pernikahan yang datang.Andini tidak pernah melihat situasi seperti ini. Dia sedikit kewalahan saat kediamannya menjadi ramai.Untung saja, Farida bisa menghadapinya dengan tenang. Dia mengarahkan bawahan untuk memasukkan barang ke gudang sambil mengajari Andini cara mengurus hadiah pernikahan.Empat jam kemudian, semuanya baru beres. Andini yang lelah duduk di kursi. Laras bergegas berjalan ke belakang Andini untuk memijat bahunya.Jabal segera maju, lalu memberi hormat kepada Andini dan berucap, "Tuan Kalingga nggak bisa keluar. Maaf merepotkan Nona Andini."Andini tersenyum seraya menggeleng. Farida dan Laras juga tahu kali ini Kalingga sudah banyak membantu Andini. Jadi, mereka tidak menyalahkan Kalingga yang tidak muncul.Hanya saja, Farida tetap maju ketika melihat para pelayan yang sedang memindahkan mahar. Dia bertanya kepada Jabal,
Farida mengangguk pelan. "Ini karena Keluarga Adipati sudah nggak punya sesuatu yang layak untuk dijadikan mas kawin bagi Nona Dianti!"Meskipun Farida tidak ingin terlalu merendahkan Keluarga Adipati, tetap saja, dia merasa perlu memperingatkan Andini lebih dulu.Andini menggenggam tangan Farida dan berkata dengan tegas, "Jangan khawatir, Bibi. Apa yang diberikan Nenek kepadaku adalah milikku. Siapa pun yang datang meminta, aku nggak akan memberikannya!"Mendengar itu, Farida mengangguk puas. "Kalau begitu, besok saya akan mulai mengurus semua untuk Nona. Saya akan memastikan pernikahanmu berlangsung dengan megah dan terhormat!"Sejak tadi, Laras berdiri di samping tanpa punya kesempatan untuk menyela. Dia akhirnya berujar, "Saya juga ikut bantu! Saya ini pelayan yang akan ikut Nona setelah menikah, tentu saja harus ikut menyiapkan semuanya!"Farida tertawa. "Ya, ya! Kamu ini memang bagian dari mas kawin paling berharga bagi Nona!"Wajah Laras langsung memerah karena malu, tetapi dia
Tidak lama kemudian, Farida mengetuk pintu rumah kecil itu.Begitu melihat siapa yang datang, Laras langsung terkejut sekaligus gembira. Dia segera meraih tangan Farida dan mengajaknya masuk.Sebelum memasuki halaman, Laras bahkan sudah berseru, "Nona, lihat siapa yang datang!"Mendengar suara Laras yang begitu bersemangat, Andini merasa penasaran. Dia segera melirik ke arah pintu.Andini melihat Farida yang mengenakan pakaian rakyat biasa, rambutnya disanggul sederhana, serta membawa sebuah tas kecil di tangannya. Dia langsung menyambut, "Bibi, kenapa tiba-tiba ke sini?""Saya datang menjenguk Nona." Farida tersenyum dengan mata menyipit. "Saya ingin menginap di sini beberapa hari. Semoga Nona nggak keberatan."Andini langsung menggeleng dan membalas, "Kenapa aku harus keberatan? Aku justru sangat senang!"Sambil berkata demikian, Andini menggandeng Farida masuk ke rumah. Setelah menuangkan segelas air untuknya, dia baru bertanya, "Bibi, dilihat dari pakaianmu ini, apakah kamu ingin p
Kirana memeluk Dianti dan berjalan kembali ke dalam. "Sekarang kamu akan menjadi satu-satunya istri Rangga, jadi jangan nangis lagi. Kalau terus nangis, matamu bisa bengkak di hari bahagiamu!"Kresna yang berjalan di belakang mereka menambahkan, "Keluarga Maheswara mungkin akan menikahkan Rangga dan saudaranya di hari yang sama. Titah Kaisar sudah turun, jadi pernikahan nggak akan lama lagi. Kirana, kamu harus mulai menyiapkan mas kawin untuk kedua putri kita!"Kirana tersenyum dan mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Meskipun Andin sudah pindah, dia adalah putri angkat Keluarga Adipati. Terlebih lagi, pernikahannya adalah titah Kaisar. Aku nggak berani menyepelekannya."Mendengar itu, tatapan Dianti menjadi agak suram. Entah Kirana menyadarinya atau tidak, dia melanjutkan, "Tapi, Dian adalah putri kandung Keluarga Adipati. Apalagi sekarang Rangga sangat disayangi oleh Kaisar.""Dalam hal mas kawin, kita nggak boleh membuat Rangga kehilangan muka, juga nggak boleh mempermalukan Keluar
Dianti tertegun mendengar pertanyaan yang mendadak itu. Dia jelas tidak menyangka bahwa Abimana bisa berpikir begitu jernih sampai mempertanyakan dirinya!Untuk sesaat, dia tidak bisa langsung menjawab, hanya merespons dengan bingung, "Hah?"Abimana tetap sabar. "Tadi kamu bilang, pelayan di paviliunmu bicara sembarangan. Bagaimana kamu tahu aku pergi menemui Andini karena mendengar ucapan mereka?"Abimana mengakui hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap Dianti saat ini. Seandainya tadi Jabal tidak datang tepat waktu, dia pasti sudah salah paham terhadap Andini dan entah kekacauan apa yang akan ditimbulkan di sana.Andini sudah memutus hubungan dengan Keluarga Adipati, bahkan sudah pindah. Jika Abimana membuat masalah lagi hari ini, hubungan mereka sebagai saudara benar-benar akan putus untuk selamanya.Tentunya, dia tidak ingin menuduh Dianti dengan pikiran buruk seperti itu. Namun, bukankah semuanya terlalu kebetulan? Kenapa saat dia berada di depan pintu, tiba-tiba ada pelayan yang ber
Selain itu, dengan betapa besarnya kasih sayang Kaisar terhadap Keluarga Maheswara, meskipun Kalingga hanya seorang pria cacat, dia tetap bisa melindungi Andini!Kalaupun Kalingga tidak bisa melindunginya, apakah Rangga akan diam saja melihat kakak iparnya ditindas?Semakin dipikirkan, Abimana merasa semakin gembira dan senyumannya semakin lebar.Melihat Abimana begitu bahagia, Kresna pun mulai percaya dan ikut merasa senang. Dia perlahan mengangguk. "Meskipun Kalingga cacat, dulu dia sangat dipercaya oleh Kaisar. Selain itu, alasan dia terluka juga karena Kaisar bersikeras mengirim pasukan.""Kaisar pasti merasa bersalah kepadanya. Bisa jadi, Kaisar memang berniat menjodohkan Andini dengan Kalingga. Itulah sebabnya titah pernikahan ditulis dengan cara yang samar."Namun, Kirana tetap terlihat khawatir. "Tapi, bukankah kamu bilang Rangga mendapatkan titah pernikahan ini sebagai hadiah atas jasanya menumpas para perampok? Sekarang, Andini malah menikah dengan kakaknya. Apa Rangga akan m