Share

Bab 120

Penulis: Zaina Aulia
Laras masih menjalani hukuman. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Abimana membantu Ratih memohon keringanan hukuman?

Namun, di luar dugaan, Andini tiba-tiba berkata, "Jarang sekali melihat hubungan majikan dan pelayan yang begitu erat. Aku juga nggak ingin bertindak terlalu kejam."

Lagi pula, hanya menghukum dengan menyobek mulutnya dan mengusir Ratih dari Keluarga Biantara rasanya terlalu ringan. Sambil berbicara, Andini bahkan mengulurkan tangan untuk membantu Dianti berdiri.

Melihat hal itu, mata Kirana langsung berbinar. Dia tidak menyangka Andini akan bersedia membantu Dianti berdiri. Sejenak, Kirana merasa bahwa mungkin suatu hari nanti, Andini dan Dianti bisa hidup rukun sebagai saudara.

Dianti yang masih terisak, berusaha untuk mengucapkan terima kasih pada Andini. Namun, ketika melihat senyuman di sudut bibir Andini, dia merasakan hawa dingin yang menjalar hingga ke tulang.

Kata-kata terima kasih yang hendak diucapkan pun langsung tertahan di tenggorokan.

Lalu, terde
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
yunida M
sebel gw ama si rangga, kapan Andini bahagia sih.. lama banget dah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 121

    Andini merasa agak terkejut. Dianti telah meninggalkan tempat itu, lalu kenapa Rangga tidak mengejarnya? Untuk apa dia berdiri di luar aula leluhur?Mau menunggunya? Apakah ada sesuatu yang ingin dikatakan Rangga padanya?Namun, Andini malah tidak ingin berbicara sepatah kata pun dengan pria itu. Oleh karena itu, dia berpura-pura tidak melihat Rangga dan berjalan melewatinya.Hanya saja, saat melewati sisi Rangga, suara Rangga yang dingin terdengar di telinga Andini. "Nona Andini ingin sekali jadi putri ya?" Suaranya yang rendah menyiratkan sindiran.Langkah Andini sedikit terhenti, tetapi dia tidak menoleh untuk melihat Rangga. Dia hanya menjawab dengan tenang, "Menurut Jenderal Rangga, kalau aku jadi putri, apakah aku masih harus menjalani hari-hari sulit seperti ini?"Bahkan untuk menghadapi seorang pelayan kecil saja, dia harus menghabiskan seluruh energinya.Rangga tidak menjawab dan Andini juga tidak menunggunya untuk berbicara. Dia langsung pergi tanpa menoleh. Pasalnya, mereka

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 122

    Namun, Abimana langsung mengibaskan tangannya. "Aku nggak peduli! Aku nggak akan biarkan dia ikut Pangeran Baskoro ke Kota Gatra!"Begitu tiba di Kota Gatra, bukankah Baskoro akan semakin tidak terkendalikan? Dia takut pada saat itu, jika Andini benar-benar dipukuli sampai mati, dia baru akan mendengar kabar itu tiga atau lima bulan kemudian!Mengingat saat Andini kembali dengan tubuh penuh luka hari itu, hati Abimana terasa sangat perih. Namun, memikirkan sikap keras kepala Andini yang bersikeras ingin menikah dengan Baskoro, dia merasa sangat marah!Abimana langsung menenggak habis araknya untuk mencoba meredam amarah di hatinya. Namun, suara Rangga terdengar di telinganya, "Kalau dia nggak menikah sama Pangeran Baskoro, lalu mau nikah sama siapa?"Abimana melotot padanya, "Dia nikah sama siapa itu bukan urusanmu! Menikah sama siapa saja lebih baik daripada menikah sama Pangeran Baskoro! Bahkan kalau jadi selir sekalipun, itu masih lebih baik daripada dipukuli sampai mati!"Gerakan t

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 123

    Dengan tatapan yang tenang, gerakan tangan Rangga yang memegang cawan itu terhenti seketika. Namun, suaranya terdengar sangat kejam. "Itu kejahatan besar yang bisa buat semua keluargaku dihukum mati. Abi, jangan bercanda soal itu."Mendengar itu, Abimana mulai merasa ragu dan menatap Rangga dengan penuh curiga. Dugaannya tadi memang terlalu ekstrem.Jika Rangga benar-benar berencana membunuh Baskoro, itu berarti dia mempertaruhkan seluruh Keluarga Maheswara. Namun, demi Andini, apakah itu sepadan?Abimana jelas merasa itu tidak sepadan. Dia juga tidak percaya Rangga akan mengambil risiko sebesar itu. Namun, ekspresi Rangga yang terlihat begitu tenang dan sulit diterka membuat Abimana mulai berpikir macam-macam.Abimana juga tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa menebak isi pikiran Rangga jika Rangga tidak menjelaskannya secara langsung.Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Dengan dahi yang sedikit berkerut, dia berkata, "Rencana ini memang bagus, tapi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 124

    Rangga menatap Abimana dengan tatapan tajam. Abimana tiba-tiba menyadari maksud tersembunyinya. Tidak semua hal harus benar-benar terjadi untuk dianggap nyata. Selama orang lain percaya bahwa itu benar, maka tujuannya sudah tercapai.Abimana merasa bulu kuduknya merinding, lalu menghela napas panjang sambil menatap Rangga dengan sedikit kesal. "Setelah beberapa tahun di medan perang, kamu ternyata semakin licik!"Rangga hanya menganggapnya sebagai pujian, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman dingin. Namun, Abimana menghela napas panjang. "Tapi kalau ini benar-benar terjadi, Andini mungkin akan membenciku seumur hidupnya."Sampai sekarang saja, Andini tidak mau memanggilnya Kakak. Kalau nanti benar-benar harus menikah dengan Kalingga, mungkin Andini akan memandangnya sebagai musuh selama sisa hidupnya.Rangga menunduk sedikit, lalu tersenyum tipis. "Cepat atau lambat, dia akan tahu bahwa semua ini demi kebaikannya."Mendengar ucapannya, Abimana hanya mendengus dingin. "Gadis itu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 125

    Namun, tentu saja Ratih tidak akan semudah itu dibawa oleh Laras. Dianti begitu protektif terhadap Ratih, ditambah lagi dia tahu jelas apa yang akan dilakukan Andini jika Ratih dibawa ke Paviliun Anaya. Jadi, mana mungkin dia akan membiarkan Ratih pergi semudah itu?Saat Andini keluar dari halaman Ainun dan melihat wajah muram Laras, dia bisa menebak apa yang telah terjadi."Nona …." Baru saja hendak mengadu, Laras telah dihentikan oleh Andini. "Ayo, kita ke Paviliun Persik."Sambil berbicara, mereka bergegas ke arah Paviliun Persik.Laras segera mengikuti dari belakang. "Nona benar-benar ingin pergi ke Paviliun Persik? Kalau Tuan dan Nyonya tahu ....""Biarkan mereka tahu." Andini mengangkat dagunya sedikit dengan senyuman tipis di sudut bibirnya. "Bahkan lebih baik lagi kalau Abimana juga tahu."Mendengar hal itu, Laras tampak bingung. Dia tidak mengerti maksud Andini, tetapi tetap memberi isyarat kepada beberapa pelayan lain untuk menyampaikan kabar bahwa Andini pergi ke Paviliun Pe

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 126

    "Nyonya, Nona Dianti tiba-tiba demam. Aku takut kamu tertular, lebih baik jangan dekat-dekat."Jika terlalu dekat, segalanya lebih mudah terbongkar.Mendengar itu, Kirana langsung menghentikan langkahnya dan memandang dari kejauhan. "Gimana bisa tiba-tiba sakit seperti itu?"Ratih tidak menjawab, sementara Dianti yang berbaring di tempat tidur masih pura-pura tidur tanpa berkata apa-apa.Hanya Andini yang menenangkan dengan lembut, "Jangan khawatir, Nyonya. Tabib kediaman akan segera datang."Mendengar bahwa tabib akan datang, Ratih langsung terlihat tegang, tetapi dia tetap menunduk tanpa berkata apa-apa.Sementara itu, Abimana mengalihkan perhatiannya kepada Andini. "Kenapa kamu kelihatan peduli sekali?" Ini sangat tidak biasa.Andini tersenyum. "Aku bukan datang untuk memberi perhatian, tapi untuk menepati janji yang dibuat di aula leluhur. Dianti sendiri yang bilang aku bisa membawa Ratih kapan pun kalau aku ingin menghukumnya. Itu sebabnya, aku kemari."Mendengar itu, wajah Abiman

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 127

    Begitu mendengarnya, Dianti hanya bisa tertegun di tempat. Dia menatap Andini dengan kaget, panik, gelisah, dan ... takut?Andini tidak mengerti. Dia hanya menanyakan identitas seorang pelayan, kenapa Dianti sampai menunjukkan ekspresi ketakutan? Bahkan, dia lupa menangis dan hanya diam tertegun tanpa berkata apa pun.Di sisi lain, Abimana tidak tahan lagi. Dia maju, lalu mendorong Andini dan membungkuk untuk membantu Dianti berdiri. "Ratih tumbuh bersama Dian. Mereka seperti saudara. Kamu pikir semua orang sekejam dirimu?"Kirana ikut berkata, "Andin, Ibu tahu kamu pasti khawatir ada orang jahat di sekitar adikmu. Tapi, tenang saja. Saat Dian dibawa kemari, kami sudah menyelidiki semua. Ratih adalah putri tetangga dari orang tua kandungmu, jadi hubungannya dengan Dianti memang sangat dekat."Kirana sengaja menyebutkan orang tua kandung Andini, entah untuk menjelaskan bahwa identitas Ratih bersih atau untuk mempermalukan Andini.Namun, itu tidak penting bagi Andini. Dia tidak peduli pa

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 128

    Baru saja melewati jembatan batu, Laras langsung menendang bagian belakang lutut Ratih dengan satu kaki dan membentak, "Berlutut!"Seorang pelayan yang sigap segera membawakan kursi untuk Andini. Andini duduk di kursi itu, lalu Laras menyodorkan secangkir teh panas. Andini menerimanya dan memegang penutup cangkir dengan ringan, menyisihkan daun teh yang mengapung di atas permukaan air dengan santai.Bunyi jernih dari penutup cangkir yang menyentuh tepi cangkir terdengar begitu tajam, seolah-olah menjadi pisau yang menusuk hati Ratih berulang kali.Ratih yang sedang berlutut di sana mulai gemetaran, tidak lagi terlihat keberanian atau ketegasan seperti saat dia memfitnah Andini tiga tahun lalu.Setelah menyeruput teh, Andini tersenyum tipis. "Apa kamu pernah membayangkan suatu hari kamu akan jatuh ke tanganku?"Pertanyaan itu seolah-olah menyentuh tombol tersembunyi di dalam diri Ratih. Dia langsung merangkak maju dengan berlutut, memegang pergelangan kaki Andini, dan memohon ampun."Ma

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 328

    Andini tahu Kirana datang untuk menghiburnya. Hanya saja, Andini malah menganggap ucapan Kirana tidak enak didengar. Semua ini takdir? Apa Kirana merasa Byakta pantas mati?Andini mengernyit, tetapi dia tidak mampu berdebat dengan mereka lagi. Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati. Apa pun yang terjadi padaku nggak ada hubungannya dengan kalian. Aku harap ke depannya kalian jangan datang lagi."Selesai bicara, Andini langsung berjalan masuk ke kediaman. Abimana marah-marah, "Andini! Jangan nggak tahu diri! Biasanya Ibu jarang keluar, dia datang karena mengkhawatirkanmu!"Langkah Andini terhenti. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, lalu bertanya, "Bagaimana dengan kamu?"Mendengar ucapan Andini, Abimana terdiam. Dia tidak memahami maksud Andini.Andini tiba-tiba berbalik dan lanjut bertanya seraya menatap Abimana, "Kenapa kamu datang kemari? Kamu memperhatikanku atau merasa bersalah?"Sebenarnya Andini tidak memahami satu ha

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 327

    Yudha hanya ingin membawa Byakta pulang bersama keluarganya tanpa Rangga dan Andini. Mulai saat ini, para bangsawan dari ibu kota tidak berhubungan dengan Keluarga Muhadir lagi.Rangga mengangguk. Dia bisa memahami pemikiran Yudha. Tentu saja, Rangga tidak memaksakan kehendaknya.Andini juga mengerti. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghampiri Ajeng dan melepaskan gelang gioknya. Andini berucap, "Aku nggak pantas terima gelang ini ...."Sebelum Andini menyelesaikan ucapannya, Ajeng menahan tangan Andini. Ajeng tampak kelelahan, tetapi dia tetap tersenyum kepada Andini dan menimpali, "Gelang ini sudah menjadi milikmu. Kalau kamu kembalikan padaku, Byakta pasti sedih."Andini memandang Ajeng dengan ekspresi kaget. Jika Ajeng masih meminta Andini menyimpan gelang ini, berarti Keluarga Muhadir masih mengakui Andini.Andini tidak menyangka sekarang Keluarga Muhadir masih menerimanya. Dia merasa sangat sedih. Andini memeluk Ajeng dengan erat. Dia merasa bersyukur dan juga bersalah.Ajen

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 326

    Andini yang menyebabkan Yudha dan Ajeng kehilangan putranya. Dia juga menyebabkan Gayatri kehilangan kakaknya. Semua ini salah Andini.Tangisan Gayatri makin menjadi-jadi. Dia berujar, "Tapi, Kak Byakta pasti marah kalau lihat aku salahkan kamu ...."Ucapan Gayatri membuat hati Andini terasa sakit. Andini kewalahan melihat Gayatri yang menangis histeris.Gayatri tetap berusaha berbicara, "Sebelum pergi, kakakku bilang padaku dia nggak pernah begitu menyayangi seorang wanita selama hidupnya. Dia cuma ingin kamu aman dan bahagia. Biarpun harus mengorbankan nyawanya, dia juga rela."Gayatri menambahkan, "Andini, kakakku benar-benar mengorbankan nyawanya. Jadi, kamu harus aman dan bahagia! Kalau nggak, aku nggak akan ampuni kamu!"Ini adalah keinginan terakhir Byakta. Gayatri tidak bisa bicara lagi. Dia terus menangis. Gayatri tidak mengerti kenapa di dunia ini ada orang yang begitu bodoh hingga rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain.Namun, Gayatri tidak be

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 325

    Andini tertegun. Semalam dia mendengar bandit mengatakan jika bukan karena Rangga mengutus orang untuk mengikuti Andini, mereka juga tidak akan menyangka orang yang berada di dalam peti mati adalah Byakta. Pembunuhan semalam juga tidak akan terjadi.Mungkin sekarang Andini sudah keluar dari Yolasa. Seharusnya Andini tidak menyalahkan Rangga. Bagaimanapun, Rangga hanya berniat melindungi Andini. Dia tidak menyangka semalam bandit akan muncul.Lagi pula, masalah kali ini terjadi karena bandit terlalu brutal. Mereka membantai penduduk desa, bahkan mereka tidak melepaskan bayi.Jika bukan karena masalah itu, Kaisar tidak akan buru-buru mengutus prajurit. Semua ini juga tidak akan terjadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur. Byakta dan para prajurit telah mati. Andini tidak bisa mengatakan dirinya tidak menyalahkan Rangga.Andini diam-diam menyalahkan semua orang yang berkaitan dengan masalah ini. Akan tetapi, dia tetap menyalahkan dirinya sendiri. Jadi, Andini hanya terdiam dan menunduk.Andi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 324

    Suara langkah kaki makin mendekat. Andini langsung mundur, lalu berteriak, "Jangan mendekat!"Namun, Rangga tidak menghentikan langkahnya. Andini yang panik segera mengayunkan pedangnya. Rangga tidak menyangka Andini berniat menyakitinya. Dia buru-buru mundur.Pedang Andini menggores lengan baju Rangga. Andini merasakan serangannya kurang tepat, jadi dia mengayunkan pedangnya lagi.Siapa sangka, Rangga menggenggam pergelangan tangan Andini. Sebelum Andini sempat merespons, Rangga menarik Andini ke dalam pelukannya sambil menghibur, "Jangan takut, ini aku."Andini yang hendak memberontak langsung menghentikan gerakannya begitu mendengar suara Rangga. Tubuh Andini menegang. Dia bertanya, "Rangga?"Rangga menyahut, "Iya, ini aku. Sekarang kamu sudah aman."Andini hanya merasa tenang sesaat. Dia segera menyeka darah di wajahnya dengan baju Rangga, lalu mendorongnya dan bergegas berjalan ke luar hutan.Andini kaget saat melihat penutup peti terbuka. Dia buru-buru naik ke kereta kuda. Andini

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 323

    Rangga hanya menghabiskan waktu sehari untuk membereskan masalah di Kabupaten Horta. Bandit yang ditangkap Rangga tidak bisa bertahan lama. Bandit langsung mengakui semuanya.Rangga juga mengancam Akbar sehingga Akbar yang ketakutan setengah mati tidak berani menutupi kebenarannya lagi. Masalah ini memang sangat rumit.Rangga menyuruh Cahya untuk menyelidiki masalah ini dengan teliti. Cahya sudah kehilangan lengan kirinya. Ke depannya dia tidak bisa berperang lagi. Jika Cahya bisa menyelesaikan masalah ini, dia bisa mendapatkan jabatan di pemerintahan.Biarpun hanya menjadi bupati di Kabupaten Horta, itu lebih baik daripada pulang dengan tubuh cacat dan menjadi petani.Rangga buru-buru pergi dengan menunggangi kudanya tanpa minum sedikit pun. Dia sangat panik. Sosok Andini yang pergi menjauh terus terlintas di benak Rangga. Jadi, Rangga tidak bisa menunggu lagi.Rangga terus mengejar Andini tanpa beristirahat. Begitu sampai, dia baru tahu semua orang yang diutusnya untuk melindungi And

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 322

    Tenaga bandit sangat kuat. Andini merasa tangannya hampir patah. Dia berusaha menahan rasa sakit dan mencoba menggerakkan tangannya.Pedang di perut bandit juga mulai bergerak. Bandit berteriak kesakitan. Genggamannya di tangan Andini makin erat.Andini yang merasa kesakitan berteriak. Namun, teriakan Andini bukan hanya karena rasa sakit. Akhirnya, Andini berhasil memutar pedang itu.Sepertinya usus bandit itu putus, dia memuntahkan darah. Bandit itu tumbang. Andini tetap menggenggam pedang dengan erat.Wajah Andini ternodai darah sehingga dia kesulitan untuk membuka matanya. Kemudian, terdengar suara langkah kaki dan suara bandit lain lagi. "Madun! Harjo!"Andini sangat panik, tetapi dia masih bisa berpikir rasional. Andini tidak boleh terus berada di sini. Hanya saja, Andini sudah kehabisan tenaga dan tangannya terasa sakit. Bahkan, dia tidak mampu menyeka darah di wajahnya.Alhasil, Andini ditendang oleh bandit hingga terjatuh ke tanah. Bandit hendak menusuk Andini setelah melihat k

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 321

    Andini terkejut saat melihat bandit yang wajahnya ternodai darah prajurit. Andini langsung mundur. Siapa sangka, dia tersandung ranting pohon dan terjatuh ke tanah.Bandit tertawa melihat kondisi Andini. Di dalam kegelapan malam, bau amis darah membuat Andini pusing.Andini yang tampak ketakutan bertanya sembari terisak, "Apa ... kamu nggak akan bunuh aku ... kalau aku ikut kamu?"Bandit makin bangga ketika melihat Andini sangat ketakutan. Dia menyahut, "Tentu saja. Yang penting kamu bersikap patuh."Andini mengangguk dan menimpali, "Aku sangat patuh. Tapi ... sepertinya aku terkilir."Bandit melihat pergelangan kaki Andini. Dia tidak curiga karena tadi Andini memang tersandung. Bandit mengamati Andini lagi. Melihat ekspresi Andini yang ketakutan, bandit menganggap Andini hanya wanita yang lemah. Andini sama sekali tidak membawa senjata, mana mungkin dia bisa membuat masalah?Bandit menghampiri Andini sambil mengangkat alis. Dia hendak memapah Andini. Sementara itu, Andini mengulurkan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 320

    Karena terkejut, prajurit itu mundur beberapa langkah ke belakang.Prajurit lain melangkah maju. Saat melihat apa yang terjadi, dia mengerutkan alisnya dan berkata, "Sekarang sudah masuk musim semi. Ular, serangga, dan binatang kecil lain mulai keluar mencari makan. Ini bukan masalah besar."Mendengar itu, yang lainnya pun mengangguk, lalu menyarungkan pedang mereka kembali.Andini juga menghela napas lega. Pandangannya tertuju pada kepala ular yang terpenggal di tepi jalan.Di bawah cahaya bulan, kepala ular yang kecil itu masih bergerak, seolah-olah berusaha bertahan. Entah kenapa, Andini merasa ini adalah pertanda buruk. Kegelisahan mulai merayap ke hatinya.Semoga saja semuanya akan berjalan lancar di perjalanan ini.Para prajurit sudah terbiasa dengan perjalanan panjang. Mereka hanya tidur 4 jam setiap malam, tetapi tetap memperhatikan Andini selama perjalanan.Namun, kegelisahan yang muncul malam itu terus membekas di hati Andini. Dia sama sekali tidak bisa tenang.Seakan-akan me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status