Share

Bab 5

“Bibi, Selena mencubit tanganku. Aku merasa tubuhku menjadi lemas dan tak berdaya. Sepertinya aku harus bermalam di sini untuk memulihkan diri.” entah sejak kapan, namun Richard telah berada di samping bibi tua yang baru saja masuk.

Bibi itu hanya menggelengkan kepala sebelum mulai meletakan barang-barang yang Ia bawa di atas meja. Saat Ia melakukannya, senyum tak pernah lepas dari bibir si bibi tua.

Dulu, Ia sempat menjadi pengasuh perdana menteri kecil sebelum dipindah tugaskan untuk merawat tuan putri kekaisaran.

Ibu perdana menteri kecil dan mendiang permaisuri adalah sahabat baik. Saat kondisi permaisuri mulai melemah, ibu perdana menteri yang adalah seorang duchess khawatir akan nasib si putri kecil.

Istana kekaisaran tak ubahnya seperti medan perang. Apalagi bagi anak-anak seperti tuan putri yang tidak tahu apa-apa.

Itu sebabnya duchess meminta mendiang permaisuri untuk menjadikan dirinya sebagai pengasuh tuan putri kecil. Dan sejak saat itu, Richard kecil juga ditugaskan sebagai teman bermain sang putri.

Semua baik-baik saja hingga Duchess meninggal secara tiba-tiba karena kecelakaan kereta. Terlebih setelah itu, selir rendah yang sebelumnya tak memiliki kekuasaan tiba-tiba diangkat menjadi ratu. Sejak saat itu, semuanya menjadi lebih sulit.

Putri yang tiba-tiba kehilangan kewarasan, penghinaan yang ditujukan kepada tuan putri, bahkan para pelayan yang secara terang-terangan mengabaikan keberadaan sang putri.

Dari itu semua, dia bersyukur karena Richard kecil tak mengubah sikapnya seperti orang lain. Dia masih baik dan ramah kepada putri yang sudah kehilangan kemampuan untuk berpikir rasional.

Terlebih karena kekuatan politik yang dimiliki Richard sebagai perdana menteri kekaisaran, orang lain tak bisa semena-mena melakukan penobatan raja baru. Karena sejak awal, orang yang memenuhi syarat sebagai penguasa berikutnya hanyalah sang putri. Meski saat ini, hal tersebut terlihat sangat mustahil untuk dilakukan.

“Tuan Putri, Anda tidak boleh melukai orang lain secara sembarangan. Kali ini tidak apa-apa karena Tuan Muda Richard adalah orang baik. Bagaimana jika itu adalah orang lain yang jahat?” dengan lembut, si bibi tua memberikan nasehat.

“Jangan..”

“Jangan..”

“Itu jahat.” putri yang cantik mencoba untuk mengikuti ucapan si bibi tua.

“Pchh..” dari samping, terdengar suara seseorang yang tampak tengah menahan tawa.

“Itu benar, Tuan Putri. Jangan menyakiti orang lain lagi.” si bibi masih mencoba memberikan nasehat dengan tulus.

“Jahat.”

“Jahat.” tuan putri memiliki ekspresi serius saat berbicara. Seolah tengah mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

“Pchh..”

“Hahaha..” tawa keras di samping membuat suasana serius sebelumnya segera menghilang.

Saat ini, tampak sebuah persimpangan yang muncul di dahi sang putri. Dengan segera, gadis cantik itu berlari ke arah Richard dan memberikan gigitan kuat di punggung tangan pemuda itu.

“Aduh..”

“Aduh..”

“Bibi, sepertinya aku sekarat. Tolong panggilkan tabib untukku.” Richard masih menggoda sang putri.

“Ya ampun, Tuan Putri. Cepat lepaskan Tuan Richard. Anda tidak boleh melakukan hal seperti itu.” ucap si bibi tua. Kali ini nada yang digunakan sedikit lebih tinggi.

Hal tersebut dimaksudkan sebagai peringatan sekaligus pembelajaran agar sang putri tidak menggigit orang secara sembarangan. Pasalnya, hal tersebut akan berakibat fatal jika orang yang digigit adalah putra mahkota ataupun sang ratu.

“Bibi, jangan terlalu memarahi Selena. Dia melakukan itu karena aku menolak untuk memberikan kantong rahasiaku. Ini juga salahku karena sudah menggodanya terlalu banyak.” ucap Richard.

Setelahnya, pemuda itu mengambil kantong miliknya sebelum menyerahkannya kembali pada tuan putri.

“Meski aku sangat menyayangi kantong ini dan isinya, aku rela memberikan benda berhargaku padamu. Jadi, tolong jaga dan simpan baik-baik. Jika mau, kau juga boleh menghabiskan isi di dalamnya.” dengan penuh kelembutan, Richard secara pribadi meletakkan kantong miliknya di telapak tangan sang putri.

“Kalau begitu bibi, aku pergi dulu. Masih ada banyak hal yang harus aku kerjakan. Terimakasih kuenya. Aku pasti akan menghabiskan semuanya.” entah sejak kapan, namun Richard telah memiliki kantong lain di tangan.

Kantong yang sebelumnya kosong kini telah terisi penuh dengan kue kecil yang baru saja dibawa oleh si bibi tua.

Melihat itu semua, sang bibi hanya bisa tersenyum tak berdaya. Di sisi lain, tuan putri yang ditinggalkan dengan kantong di tangan memiliki ekspresi cemberut.

***

Malam menjelang. Dengan pencahayaan yang minim, istana putri tampak lebih suram dibandingkan dengan bangunan istana lainya. Hal tersebut membuat sebagian besar orang menghindari tempat itu saat gelap.

Namun, hal tersebut tampaknya tidak berlaku bagi seseorang. Dengan topeng emas yang hanya menyisakan bagian mulut dan lubang kecil di daerah mata, si pemakai topeng terlihat berjalan santai di lorong yang gelap.

Sosok yang diperkirakan sebagai seorang laki-laki itu berjalan lurus dengan percaya diri. Seakan-akan Ia tengah berjalan di dalam rumahnya sendiri.

(Ceklek.)

Sebuah pintu dibuka.

Begitu sosok bertopeng itu masuk ke suatu ruangan, suara dingin yang menusuk segera terdengar.

“Masih berani kembali ke sini?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status