“Bibi, Selena mencubit tanganku. Aku merasa tubuhku menjadi lemas dan tak berdaya. Sepertinya aku harus bermalam di sini untuk memulihkan diri.” entah sejak kapan, namun Richard telah berada di samping bibi tua yang baru saja masuk.
Bibi itu hanya menggelengkan kepala sebelum mulai meletakan barang-barang yang Ia bawa di atas meja. Saat Ia melakukannya, senyum tak pernah lepas dari bibir si bibi tua. Dulu, Ia sempat menjadi pengasuh perdana menteri kecil sebelum dipindah tugaskan untuk merawat tuan putri kekaisaran. Ibu perdana menteri kecil dan mendiang permaisuri adalah sahabat baik. Saat kondisi permaisuri mulai melemah, ibu perdana menteri yang adalah seorang duchess khawatir akan nasib si putri kecil. Istana kekaisaran tak ubahnya seperti medan perang. Apalagi bagi anak-anak seperti tuan putri yang tidak tahu apa-apa. Itu sebabnya duchess meminta mendiang permaisuri untuk menjadikan dirinya sebagai pengasuh tuan putri kecil. Dan sejak saat itu, Richard kecil juga ditugaskan sebagai teman bermain sang putri. Semua baik-baik saja hingga Duchess meninggal secara tiba-tiba karena kecelakaan kereta. Terlebih setelah itu, selir rendah yang sebelumnya tak memiliki kekuasaan tiba-tiba diangkat menjadi ratu. Sejak saat itu, semuanya menjadi lebih sulit. Putri yang tiba-tiba kehilangan kewarasan, penghinaan yang ditujukan kepada tuan putri, bahkan para pelayan yang secara terang-terangan mengabaikan keberadaan sang putri. Dari itu semua, dia bersyukur karena Richard kecil tak mengubah sikapnya seperti orang lain. Dia masih baik dan ramah kepada putri yang sudah kehilangan kemampuan untuk berpikir rasional. Terlebih karena kekuatan politik yang dimiliki Richard sebagai perdana menteri kekaisaran, orang lain tak bisa semena-mena melakukan penobatan raja baru. Karena sejak awal, orang yang memenuhi syarat sebagai penguasa berikutnya hanyalah sang putri. Meski saat ini, hal tersebut terlihat sangat mustahil untuk dilakukan. “Tuan Putri, Anda tidak boleh melukai orang lain secara sembarangan. Kali ini tidak apa-apa karena Tuan Muda Richard adalah orang baik. Bagaimana jika itu adalah orang lain yang jahat?” dengan lembut, si bibi tua memberikan nasehat. “Jangan..” “Jangan..” “Itu jahat.” putri yang cantik mencoba untuk mengikuti ucapan si bibi tua. “Pchh..” dari samping, terdengar suara seseorang yang tampak tengah menahan tawa. “Itu benar, Tuan Putri. Jangan menyakiti orang lain lagi.” si bibi masih mencoba memberikan nasehat dengan tulus. “Jahat.” “Jahat.” tuan putri memiliki ekspresi serius saat berbicara. Seolah tengah mendengarkan dengan sungguh-sungguh. “Pchh..” “Hahaha..” tawa keras di samping membuat suasana serius sebelumnya segera menghilang. Saat ini, tampak sebuah persimpangan yang muncul di dahi sang putri. Dengan segera, gadis cantik itu berlari ke arah Richard dan memberikan gigitan kuat di punggung tangan pemuda itu. “Aduh..” “Aduh..” “Bibi, sepertinya aku sekarat. Tolong panggilkan tabib untukku.” Richard masih menggoda sang putri. “Ya ampun, Tuan Putri. Cepat lepaskan Tuan Richard. Anda tidak boleh melakukan hal seperti itu.” ucap si bibi tua. Kali ini nada yang digunakan sedikit lebih tinggi. Hal tersebut dimaksudkan sebagai peringatan sekaligus pembelajaran agar sang putri tidak menggigit orang secara sembarangan. Pasalnya, hal tersebut akan berakibat fatal jika orang yang digigit adalah putra mahkota ataupun sang ratu. “Bibi, jangan terlalu memarahi Selena. Dia melakukan itu karena aku menolak untuk memberikan kantong rahasiaku. Ini juga salahku karena sudah menggodanya terlalu banyak.” ucap Richard. Setelahnya, pemuda itu mengambil kantong miliknya sebelum menyerahkannya kembali pada tuan putri. “Meski aku sangat menyayangi kantong ini dan isinya, aku rela memberikan benda berhargaku padamu. Jadi, tolong jaga dan simpan baik-baik. Jika mau, kau juga boleh menghabiskan isi di dalamnya.” dengan penuh kelembutan, Richard secara pribadi meletakkan kantong miliknya di telapak tangan sang putri. “Kalau begitu bibi, aku pergi dulu. Masih ada banyak hal yang harus aku kerjakan. Terimakasih kuenya. Aku pasti akan menghabiskan semuanya.” entah sejak kapan, namun Richard telah memiliki kantong lain di tangan. Kantong yang sebelumnya kosong kini telah terisi penuh dengan kue kecil yang baru saja dibawa oleh si bibi tua. Melihat itu semua, sang bibi hanya bisa tersenyum tak berdaya. Di sisi lain, tuan putri yang ditinggalkan dengan kantong di tangan memiliki ekspresi cemberut. *** Malam menjelang. Dengan pencahayaan yang minim, istana putri tampak lebih suram dibandingkan dengan bangunan istana lainya. Hal tersebut membuat sebagian besar orang menghindari tempat itu saat gelap. Namun, hal tersebut tampaknya tidak berlaku bagi seseorang. Dengan topeng emas yang hanya menyisakan bagian mulut dan lubang kecil di daerah mata, si pemakai topeng terlihat berjalan santai di lorong yang gelap. Sosok yang diperkirakan sebagai seorang laki-laki itu berjalan lurus dengan percaya diri. Seakan-akan Ia tengah berjalan di dalam rumahnya sendiri. (Ceklek.) Sebuah pintu dibuka. Begitu sosok bertopeng itu masuk ke suatu ruangan, suara dingin yang menusuk segera terdengar. “Masih berani kembali ke sini?”Tuan putri yang tengah bergelung di dalam selimut merasa tercekik karena mimpi buruk yang selalu di alaminya. Entah sejak kapan, namun mimpi itu selalu datang seperti sebuah kutukan. Pikirannya terus tergerus. Dengan semua mimpi buruk yang dialami, tak heran jika lambat laun dirinya akan kehilangan akal. Satu-satunya saat dimana Ia terbebas dari mimpi buruk ialah ketika tengah malam. Sebagai salah satu keturunan pendiri kekaisaran, dia mewarisi kemampuan pemurnian. Namun, kemampuan itu masih belum stabil. Itu sebabnya dia tidak bisa menggunakan kekuatan tersebut sesuka hatinya. Namun, kekuatan itu akan muncul secara otomatis setiap tengah malam. Sepertinya, benda itu dapat merasakan hal buruk yang menimpa tuanya. Sayangnya karena kurangnya kemampuan, kekuatan pemurnian belum dapat sepenuhnya menghancurkan mimpi buruk yang selalu menimpa si pemilik kemampuan. “Hah!” “Hah!” Bangun dari mimpi buruk dengan keringat dingin saat tengah malam bukanlah sesuatu yang baru. Dan s
“Apa!! Kau mengusir Nona Merik!” “Putra Mahkota, apa kau sudah gila!” teriakan Ratu hampir mencapai pintu luar istana putra mahkota. “Bukan aku yang gila, ibu. Tapi gadis dari Keluarga Merik itu yang tidak tahu tempatnya.” putra mahkota membalas omelan ibunya. “Putra Mahkota, meski kau tidak menyukai wanita itu, kau seharusnya bisa menahan diri. Jika kau naik tahta, kau bebas melakukan apapun semaumu. Tidak perlu bagimu untuk memperdulikan gadis itu lagi.” ratu berusaha untuk meyakinkan putranya. “Bukan itu masalahnya, Ibu. Tapi gadis dari Keluarga Merik berani menghina anggota keluarga kekaisaran di hadapan perdana menteri.” “Kita berdua sudah berusaha keras untuk menarik perdana menteri ke pihak kita. Bagaimanapun juga, jika kita dapat mendapatkan bantuan perdana menteri, orang-orang kolot itu tak akan berani berkomentar apapun lagi.” “Tapi, wanita yang dipilih oleh ibu itu malah melecehkan si gadis idiot di hadapan perdana menteri. Dengan kepribadian perdana menter
“Menteri Keins, saya pikir seseorang telah mencuri anggaran yang dialokasikan untuk istana putri. Itu tidak benar bukan? Kita berdua sama-sama tahu apa hukuman bagi seseorang yang mencuri harta kekaisaran.” Begitu kata-kata itu jatuh, menteri keuangan segera berlutut di lantai yang keras. (Brugh!) “Saya tidak berani melakukannya, Perdana Menteri. Hanya saja, anggaran yang diminta oleh istana ratu terlalu banyak. Itu sebabnya saya menggunakan sebagian dana yang seharusnya dialokasikan pada istana putri untuk menutupi kekurangannya.” keringat dingin telah terbentuk di dahi menteri keuangan. Kejahatan mencuri harta istana adalah pelanggaran berat. Gelar seseorang bisa dicabut. Atau yang lebih parah, akan ada perintah eksekusi yang mengikuti. Meski secara teknis dia tidak mencuri apapun. Namun sebagian anggaran istana putri tetap saja menghilang. “Ah, jadi begitu.” perdana menteri tampak mengangguk kecil. “Kalau begitu sampai uang yang dicuri ratu dari istana putri kembali,
Bagi sang putri, hari ini tidak ada bedanya dengan hari biasa. Dia bangun, membersihkan diri dan berjalan-jalan di taman seperti biasa. Tentu saja, dia tidak bisa bersikap seperti tuan putri pada umumnya. Dia harus membuat sedikit keributan untuk mengelabuhi orang lain. Tampaknya, kepala pelayan telah menemukan pelayan baru untuk mengisi kekosongan di istana putri. Bagaimanapun juga, Richard yang saat ini menjabat sebagai perdana menteri kekaisaran sangat sensitif jika itu menyangkut orang yang melayaninya. Jika lelaki itu tidak menyukai seseorang, tak butuh waktu lama bagi orang tersebut untuk menghilang dari pandangan. Itu sebabnya istana putri seringkali melakukan rekrutmen pelayan baru. Orang-orang mungkin berpikir jika semua pelayan yang hilang telah kabur karena tidak mau melayani putri idiot. Tapi dia tak mempermasalahkan rumor seperti itu. Lagipula, hal-hal seperti itu tidak benar-benar bisa menyakiti dirinya. “Tuan Putri, apa Anda lapar? Saya secara khusus menyiap
“Ada apa ini!” Hal pertama yang Richard lihat saat mencari Selena adalah tangan gadis itu yang tengah di cengkeram oleh seorang pelayan. Meski berusaha bersikap seperti orang yang kehilangan akal, dia masih dapat melihat wajah tuan putrinya yang tampak lebih pucat dibandingkan hari-hari biasa. Bergegas, Richard segera melepaskan cengkeraman tangan si pelayan. Saat melihat bekas merah di kulit sang putri, kemarahan perdana menteri hampir mencapai puncaknya. “Berani-beraninya orang rendahan sepertimu menyakiti tuan putri!!” perdana menteri yang marah bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. “Perdana Menteri, ini tidak seperti yang Anda lihat. Tuan putri sebelumnya ingin menyakiti dirinya sendiri. Itu sebabnya saya menahan tangan tuan putri agar tidak melakukan tindakan mengerikan tersebut.” si pelayan mencoba untuk membela diri. “Masih berani berbohong?” Richard tersenyum dingin. Setelahnya, pemuda itu langsung mencengkeram leher si pelayan dengan kuat, “Orang sep
Tak ada yang bisa membayangkan betapa marahnya Richard saat melihat tuan putrinya dilecehkan oleh orang lain. Bahkan pelecehan itu sampai meninggalkan bekas. Saat itu, hal yang Richard pikirkan adalah menyingkirkan pelaku yang menyakiti tuan putrinya sesegera mungkin. Namun bahkan setelah pemuda itu membunuh orang lain, kemarahan di hati tidak berkurang sama sekali. Sampai, tuan putri yang pemuda itu jaga seperti permata di telapak tangan diam-diam mencuri pandang ke arahnya. “Apa aku sudah membuatnya takut?” itu adalah hal pertama yang Richard pikirkan. Meski semua orang berpikir jika dia adalah orang yang dingin dan tak berperasaan, Ia sama sekali tidak perduli. Namun itu akan berbeda ketika jatuh pada sang putri. Itu sebabnya pada awalnya dia berpura-pura tak tahu apa yang sedang dilakukan oleh tuan putrinya. Tapi semakin lama, dia melihat telinga gadis itu yang memerah. “Apa Selena merasa malu?” saat pikiran itu terlintas di benak, kemarahan yang sebelumnya sangat suli
“Hei! Bukankah dia adalah putri idiot yang dirumorkan? Apa yang dia lakukan di pesta mewah ini?” seorang gadis berbisik pada teman wanita yang berdiri di sampingnya. “Memalukan! Tidak cukup menjadi aib keluarga kekaisaran. Sekarang dia juga berani menginjakkan kaki di tempat yang tidak seharusnya.” ucap seorang gadis yang menyembunyikan cibirannya di balik kipas yang dibentangkan. “Kalian berdua. Tolong jangan menghina tuan putri seperti itu. Bagaimanapun juga, dia masih anggkota keluarga kekaisaran.” suara lembut terdengar dari seorang gadis muda berambut biru laut. Matanya yang senada entah bagaimana membawa kesejukan bagi orang yang melihatnya. Ditambah dengan kulit putihnya yang terawat, penampilan gadis itu tampak cukup memukau dibandingkan dengan orang lain yang hadir. Hanya ada satu pengecualian. Di tengah ruangan, berdiri seorang gadis dengan rambut pirang yang menyilaukan. Hidung mancung, bibir merah dan sepasang mata emas yang menyihir. Penampilan gadis itu begitu
(Brak!!) “Apa-apaan ini! Matahari sudah terbit sedangkan gadis idiot itu masih bergelung di dalam selimut. Setelah apa yang dia lakukan di pesta tadi malam, gadis itu benar-benar bisa tidur dengan nyenyak.” seorang wanita muda dengan seragam pelayan menggerutu dengan jijik. Partner gadis muda itu adalah seorang wanita tua. Berbeda dengan si pelayan muda, pelayan wanita yang lebih tua dengan cekatan mulai membangunkan sang putri tidur sebelum mengantarnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ditinggalkan seorang diri untuk merapikan kamar, pelayan yang lebih muda mendengus kesal. Meski merasa enggan, gadis itu tetap melipat dan membersihkan kekacauan yang dibuat oleh sang putri saat tidur. Namun saat gadis itu mulai menyiapkan pakaian untuk dikenakan oleh sang putri, tatapannya mengarah pada kotak indah yang berkilau. Sontak, tatapan penuh serakah segera terlihat. Tanpa meminta izin pada pemiliknya, si pelayan muda membuka kotak perhiasan. Sebelum mulai mengambil beber