Share

Bab 4

“Putra Mahkota, sepertinya saya harus merepotkan Anda untuk menyampaikan permintaan maaf kepada Yang Mulia Ratu.”

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, perdana menteri segera melepas jubah luarnya. Sebelum mulai menyampirkan benda tersebut pada tubuh ramping sang tuan putri.

“Yang Mulia Putri, saya memiliki beberapa permen yang manis. Jika Anda mau mengikuti saya, saya akan memberikan semua permen milik saya pada Yang Mulia Putri.” berbeda dengan sikap saat menghadapi putra mahkota, saat ini perdana menteri tampak seperti membujuk seorang anak dengan lembut.

“Permen.”

“Enak.”

“Manis.. manis..” putri yang cantik segera membuat wajah penuh tekat.

“Anda setuju untuk mengikuti saya? Kalau begitu pegang lengan saya terlebih dahulu.” saat mengatakan hal tersebut, perdana menteri telah menyilangkan tangan sang putri dengan lengannya.

“Ikuti saya dengan baik.” setelah mengatakan hal tersebut, keduanya dengan cepat menghilang dari pandangan.

Dengan begitu, putra mahkota ditinggalkan hanya dengan seorang nona muda.

Gadis cantik yang sebelumnya selalu bersikap percaya diri kini hanya bisa menundukkan kepala. Malu bercampur takut dirasakan.

“Mulai sekarang, jangan pernah muncul di hadapanku lagi.” suara dingin putra mahkota terdengar.

“Tapi Yang Mulia..”

“Kau berani menentang ucapanku!” pemuda yang menyandang gelar sebagai putra mahkota itu menatap tajam pada gadis berambut biru di hadapannya.

“Ma..”

“Maaf, Yang Mulia.” syok karena dibentak oleh lelaki pujaannya, Berrty hanya bisa menundukkan kepalanya dalam diam. Ekspresi sedih dengan mata berkaca-kaca terlihat dari samping.

“Pergilah. Jangan pernah menunjukkan diri tanpa instruksi apapun dariku.” ucap putra mahkota.

“Baik, Yang Mulia.” setelah mengatakan hal tersebut, Berrty segera berlari pergi. Mata yang merah menunjukkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan yang besar.

Tentu dia tidak berani marah pada putra mahkota ataupun perdana menteri yang berkuasa. Kemarahan yang Ia rasakan ditujukan pada putri idiot yang menyebabkan semua hal buruk terjadi padanya.

Jika gadis itu tidak mempermalukannya sedemikian rupa di pesta putra mahkota, dia tak akan begitu mudah terpancing emosi saat melihat gadis itu lagi.

Dan jika si putri idiot tidak sendirian di tempat yang sepi, dia tak akan begitu gegabah untuk melakukan pembalasan.

Ia yang selalu dipuji oleh orang lain karena sikap dan kebaikan hatinya, tertangkap basah sedang melecehkan anggota keluarga kekaisaran di hadapan dua pemuda paling berpengaruh di Kekaisaran Nesia. Hal seperti itu benar-benar menjadi noda pada reputasinya yang gemilang.

“Dasar gadis idiot tak tahu diri. Jika sudah saatnya, aku pasti akan membalas semua perbuatannya dengan lebih keras.” janji Berrty pada dirinya sendiri.

***

Istana Putri.

(Ceklek.)

Suara pintu yang dibuka terdengar.

“Tuan Putri! Kemana saja Anda selama ini? Apa yang terjadi? Kenapa pakaian Anda basah seperti ini?” begitu si putri cantik memasuki istananya, seorang pelayan tua tampak menyambut dengan penuh perhatian.

Wanita tua itu mulai bertanya apa, kenapa, dan kemana saja sang tuan pergi. Kekhawatiran yang tulus pada sang putri membuat si pelayan tua tanpa sengaja mengabaikan kehadiran sosok lain yang berdiri di samping sang putri.

“Ehm..”

“Bibi, Tuan Putri baik-baik saja. Lebih dari itu, sebaiknya Bibi cepat-cepat mengganti gaun Tuan Putri terlebih dahulu. Saya khawatir Tuan Putri akan masuk angin jika terlalu lama memakai pakaian basah.” pada akhirnya, perdana menteri berdehem pelan untuk menarik perhatian si bibi tua.

“Astaga! Bukankah ini Tuan Perdana Menteri? Saya pasti melupakan sopan santun sejenak karena terlalu fokus pada tuan putri.” ucap si pelayan tua.

“Bibi, panggilan Tuan Perdana Menteri membuatku malu. Bibi bisa memanggilku seperti saat aku masih kecil.” balas perdana menteri dengan ramah.

“Hohoho.. Bagaimana saya bisa melakukan hal seperti itu? Tuan Muda Richard sekarang sudah menjadi seorang perdana menteri. Tentu saja saya juga harus memanggil Anda dengan sebutan Tuan Perdana Menteri.” meski menggunakan kata-kata penolakan, namun sang bibi sudah memanggil perdana menteri dengan nama depannya.

Melihat itu semua, pemuda yang sebelumnya dipanggil Richard hanya memberi senyum tak berdaya. Bukti bahwa Ia mengakui kekalahannya pada si wanita tua.

Setelahnya, tak butuh waktu lama bagi bibi tua untuk membantu sang putri berganti pakaian. Bibi tua itu kemudian menitipkan sang putri pada Richard sebelum pergi menyiapkan teh hangat dan cemilan kecil.

“Jangan memanggil bibi orang lain dengan sebutan bibi.” setelah kepergian si bibi tua, tuan putri yang sebelumnya tengah bermain dengan sulaman di gaun birunya tiba-tiba berbicara dengan tenang.

Mata yang kosong kini telah kembali bercahaya. Bahkan sikap duduk yang berantakan telah dikembalikan dengan eloknya.

“Lalu, apa aku harus memanggil bibi dengan sebutan sayang?” mendapati pemandangan yang tak biasa, sikap Richard sama sekali tak berubah. Dia masih memiliki atmosfer ramah seperti sebelumnya.

“Jika ada orang yang mendengar ucapanmu, mereka akan menganggapmu sebagai orang cabul.” balas sang tuan putri.

“Ucapanmu masih pedas seperti biasa. Jika itu orang lain, mereka akan menganggap kita berdua sebagai musuh bebuyutan. Bukan teman masa kecil yang saling menyayangi.” ucap Richard tak mau kalah.

“Berhenti bermain-main. Apa kau sudah mendapatkan sesuatu?” sang tuan putri hampir memutar bola matanya karena candaan tak lucu dari sahabat baiknya itu.

“Tentu saja.” setelah mengatakan hal tersebut, Richard segera mengeluarkan sebuah kantong dari saku miliknya.

“Apa ini?” tanya sang tuan putri.

“Periksa saja jika kau penasaran.” jawab Richard.

Tak butuh waktu lama bagi sang putri untuk memeriksa isi kantong. Begitu melihat apa isi di dalamnya, tuan putri yang cantik segera mengerutkan kening. Sebelum mengembalikan benda tersebut pada pemuda berambut hitam yang tengah duduk di sebelahnya.

“Aku tidak mau.” ucap sang tuan putri.

“Ambil saja. Tidak perlu sungkan.” Richard menahan tangan sang putri yang ingin mengembalikan kantong miliknya.

“Aku tidak sungkan. Aku benar-benar tidak mau menerima benda seperti itu.” tuan putri yang cantik masih berusaha keras untuk mendorong kantong di tangannya.

“Terima saja.”

“Tidak mau.”

“Terima.”

“Tidak.”

“Terima.”

“Aku tidak mau Richard. Berhenti membuatku mengulangi kata-kataku sendiri.” pada akhirnya, sang tuan putri mencubit tangan Richard yang menahan tangan miliknya.

“Aduh! Aduh!”

“Bibi, Selena mencubit tanganku. Aku merasa tubuhku menjadi lemas dan tak berdaya. Sepertinya aku harus bermalam di sini untuk memulihkan diri.” saat itu, pintu yang terbuka benar-benar saat yang tepat untuk mengajukan keluhan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lovvellyty
Note. Perdana menteri dan putri kekaisaran adalah teman masa kecil. Jika tidak ada orang, perdana menteri selalu berbicara informal pada sang putri. Namun saat pemuda itu ingin menggoda sang putri, Ia sengaja menggunakan sebutan Yang Mulia Putri dengan bahasa yang sangat formal.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status