Di Mana Harry? Philip dan Laura duduk di luar ruangan putrinya yang meminta mereka untuk meninggalkannya sendiri setelah dokter datang memeriksanya. Laura dan Philip tidak bisa menolak, karena Sarra bersikeras ingin ditinggalkan sendiri."Ada apa dengannya? Kenapa dia begitu sedih?" Philip bertanya-tanya. Bukankah seharusnya Sarra bahagia, setelah bangun."Jangan-jangan dia mendengar ucapanku saat mengatakan janinnya keguguran." Laura teringat ucapannya tadi. Ia menatap suaminya yang juga ikut menatapnya."Bukan hanya itu, bisa jadi dia mendengar semuanya. Pasti putriku merasa sangat hancur sekarang." Philip menjadi sedih lagi memikirkannya."Dia juga putriku," sela Laura. Ia merasa kalau suaminya menyalahkannya."Tapi Kau sudah melukainya, setiap hari hanya membahas perceraiannya dengan Harry." Saat ini Philip tidak dapat membendung kekesalannya."Itu demi kebaikannya juga, Kau pikir aku rela anak ku selalu disakiti oleh wanita siluman itu." Memang dasar Laura keras kepala.
Kelicikan Keenan "Siapa Kau?"Harry bertanya pada wanita yang menempelkan diri di dinding kamar yang di tempati oleh Paula."Aku?" Wanita itu menunjuk dirinya sendiri, "Tidak penting siapa aku, aku hanya ingin menyampaikan bahwa Keenan menahan dua orang di sini. Kau harus waspada dan pergi dari sini sebelum bernasib sama dengan kedua pria itu."Kening Harry berkerut setelah mendengar penjelasan wanita itu, kemudian dengan tatapan menelisik ia berkata," Apa ini salah satu trik Keenan?""Trik?" Wanita itu tampak bingung tidak mengerti maksud Harry."Mengirimmu untuk berpura-pura baik padahal ingin menjebakku," jawab Harry menebak.Hah haha hahaWanita itu tertawa meski tidak keras karena takut ada yang mendengar, "Aku mengerti Kau tidak akan percaya padaku, tetapi Keenan baru saja, membuangku karena memuji dirimu. Jadi sebelum aku pergi, aku katakan sebuah rahasia padamu." Wanita itu mengambil kertas yang entah sejak kapan ada di tangannya, "Ini denah wilayah ini ada kau perhati
Kita Ledakkan Tempat Ini Bugh! Klek!Han menghantam leher penjaga itu dengan kayu balok sepanjang lima puluh centi meter.AaakkPria itu langsung jatuh tak sadarkan diri. Benar kata Markus kalau mereka tidak terlalu kuat.Markus merangkul leher penjaga satu lagi.Aaaa aaaaPria itu mengeluarkan suara tertahan karena Markus semakin mengeratkan rangkulan tangannya, hingga beberapa saat pria itu tak berdaya dan Markus membiarkannya jatuh ke bawah.Mereka berjalan dengan hati-hati seraya melirik sekitar memastikan tidak ada yang melihat mereka.Camp itu berjejer jadi mereka berpindah dari balik dinding satu ke dinding lainnya. Markus memimpin jalan hingga langkah mereka terhenti saat hendak melewati satu rumah yang pintunya terbuka dan terdengar suara dari dalam.Markus mengkode dengan mata bahwa Keenan di dalam rumah tersebut.Mereka mengendap di luar mencuri dengar apa yang terjadi di dalam sebelum mengambil tindakan."Lepaskan!"Suara Patricia terdengar dari tablet yang
Harry Dan Patricia Di periksa Patricia memberikan bajunya pada Jane. Kimmy dan Tobias pun masih berada di rumah itu. Mereka berbicara mengenai hari berat yang baru saja mereka lalui."Kimmy dan Tobi, aku harap kalian menjaga kerahasiaan ini. Aku menghubungi kalian karena Sarra percaya pada kalian." Harry memperingatkan keduanya. Demi keamanan mereka juga Jane pastinya."Anda tidak perlu khawatir, Tuan, mendengar cerita tadi sudah membuat kami senang. Jujur selama ini kami mencari keberadaan Keenan karena dia yang telah membunuh Paman Rodriguz, tapi kami tidak menemukan tempatnya sampai Tuan menghubungi kami tadj." Tobias menceritakan apa yang mereka lalui sejak kehilangan pemimpin mereka.Keenan memang bersikap baik selama ini dan Rodriguz menyayanginya dengan tulus, tidak menyangka bahwa ia memiliki keturunan di dunia ini terlepas dari Paula yang tidak mencintainya."Kakak, ada yang ingin kukatakan," ucap Patricia seraya menatap Han dan kakaknya bergantian.Patricia melirik
Jangan Lama-Lama Tinggal Di Sini Han, Markus juga Harry telah tiba Di Minnesota, mereka langsung menuju rumah Han. Sedangkan Jane ikut bersama Tobias dan Kimmy. Karena ia pandai bertarung dia memilih untuk menjadi bodyguard sewaan.Kepulangan ini sengaja dirahasiakan dari Sarra. Lerina ingin memberinya kejutan. Dia tahu seperti apa perasaan adik iparnya itu meski telah mengetahui kalau Paula lah yang sudah mencelakaannya dengan sengaja, perasaan Sarra tidak pernah berubah pada Harry.Mereka tiba setelah malam. Han meminta Markus menginap, tetapi pria botak itu menolak."Aku harus memantau club-club milikku," ucapnya."Baiklah." Han akhirnya mengalah, "Jinli, antar Markus ke tempatnya!" perintahnya pada sang supir."Baik, Tuan!" jawab Jinli patuh. Dia mengajak istrinya agar tidak pulang sendirian."Sayang! Kau baik-baik saja!" Lerina memeriksa tubuh sang suami dengan seksama."Sempat memar di wajah tetapi sudah sembuh," jawab Han. Lerina memeluknya erat. Han mendaratkan kecupan di
Kebahagian Antonio Dan Rivera Lerina memasuki gedung tinggi itu dan membalas sapaan dari para karyawan yang berpapasan dengannya.Dia mengeryit ada Norin yang sedang berjalan cepat menuju ke arahnya. Wajahnya terlihat panik seperti sedang ada masalah."Nyonya gawat!" Norin menghentikan langkahnya tepat di hadapan Lerina.Lerina menaikkan kedua alisnya sebagai ganti pertanyaan."Nyonya Barbara, dia datang dan ada di ruangan Nyonya." Norin memberitahu."What?" Tentu saja Lerina terkejut mendengarnya, "bukankah wanita itu masih di dalam penjara?""Ayo Nyonya, cepat hentikan dia!" Norin sampai mendesak Lerina."Apa yang di lakukannya?" Perasaan Lerina mulai tidak enak. Dia tahu betul bagaimana watak istri dari pamannya itu."Entahlah, dia mengunci pintu dari dalam." Norin antara rasa bersalah juga takut karena lalai menjaga pintu ruangan bosnya."Bawa, security ke atas!" titah Lerina. Norin segera berlari ke luar sebaliknya Lerina naik ke atas dengan menggunakan lift.Dia sedikit ber
Dasar Kakek Sombong! Sarra akhirnya mau bertemu dengan ibunya setelah dibujuk oleh suaminya."Seharusnya kamu yang marah pada ibu, karena ingin memisahkan kita," kata Sarra saat mereka berada di dalam mobil."Kalau aku marah akan memperkeruh suasana," balas Harry, "yang dilakukannya adalah wajar. Orang tua mana yang tidak was-was kalau putrinya selalu ingin dicelakai oleh keluarga suaminya."Ingatan Sarra kembali terlempar ke masa lalu. Berbagai upaya di lakukan oleh ibu angkat suaminya itu untuk menyingkirkannya. Sarra menghela nafasnya. Sudah banyak hari berat ia lalui, bahkan sampai koma berbulan lamanya.Dia pernah nyaris terbakar karena bom yang sengaja di pasang oleh Paula, namun kehidupan ini masih menginginkannya hingga Sarra selalu selamat dari maut, bahkan yang terakhir ia sampai kehilangan calon bayinya."Aku merasa sangat lega kali ini, jangan marah kalau aku mungkin terlihat senang dengan kepergian ibumu." Biar bagaimanapun suaminya memiliki ikatan dengan Paula
Kesombongan Yang Menular Hari yang di nantikan pun tiba, semua keluarga sudah berkumpul di bandara, mereka memakai satu pesawat khusus untuk keluarga.Sarra menghampiri kakeknya yang paling banyak kopernya."Wah, ini sih bukan liburan namanya, tetapi mau pindah tempat tinggal," sindir Sarra sambil melihat koper yang berjumlah lima itu."Kau ini, selalu usil pada kakek. Jangankan pindah, bahkan kakekmu ini bisa membeli pulau itu."Sarra menepuk jidatnya, "Sombong lagi," katanya seraya, menggeleng."Kalau tidak suka kakekmu ini meninggi, jangan suka usil. Lagi pula kakek yang membayar pesawat ini." Kakek Zoku terdengar sensitif. Sarra saja kalah di debat olehnya."Baiklah, kalau ada apa-apa, Kakek tidak boleh minta bantuanku." Sarra merajuk dan menjauh dari kakek.Haha hahaKakek Zoku menertawakan cucunya itu. Sean datang menghampirinya."Kakek, ada hadiah dari mommy untuk kakek," kata anak kecil itu, ia mengangkat sebuah kotak kecil di tangannya."Ibumu memang baik, dia selalu me