Menjemput Sarra Setelah pertempuran antara Han dan Lerina usai, ibu dua anak itu terkulai hingga memejamkan matanya.Lerina tertidur.Saat itulah Han mengambil ponsel sang istri dan membuka daftar panggilan terakhir.Sarra.Han sudah sedikit curiga, istrinya mengetahui sesuatu tentang adiknya itu. Han membersihkan diri sebentar lalu pergi ke ruang kerja dengan membawa ponsel itu.Ia melakukan panggilan ke nomor Sarra.Tidak butuh waktu lama, Sarra, mengangkat panggilan itu."Halo, Kak! Bagaimana, apa sudah menanyakannya pada ibu atau ayah?" Sarra terus memberondongnya dengan pertanyaan tanpa tahu siapa, di balik penelpon itu."Halo! Halo!" Sarra menatap panggilan yang masih tersambung, tapi sejak tadi kakak iparnya itu tidak berbicara sama sekali."Ha ...,"Belum sempat Sarra menyapa kembali sambungan sudah di putus oleh Lerina. Ia menjatuhkan dirinya di sofa."Ada apa?" Harry yang semula merebahkan diri mendudukkan dirinya di sisi sang kekasih."Kakak ipar tidak menjawab uca
Menyusul Sarra Mereka berlima duduk dalam diam setelah Sarra mengatakan kalau Paula adalah ibu dari Harry."Tinggalkan dia, ibu tidak setuju Kau menikah dengannya?" tegas Laura. Satu nama 'Paula' berhasil mengubah keputusannya yang setuju kalau Harry menjadi menantunya."Kenapa dengan Paula, apa alasan ibu melarangku bersama, Harry?" Sarra melihat ini waktu yang tepat untuk mengorek informasi."Tidak, pokoknya ibu tidak setuju," tegas Laura seraya berdiri."Katakan alasannya, Bu. Setidaknya aku punya alasan untuk meninggalkan Harry." Sarra tetap ngotot ingin mengetahuinya."Cukup Sarra, jangan bertanya lagi. Sebaiknya turuti perkataan ibu. Aku akan mengenalkanmu dengan anak teman ibu. Bersiaplah untuk pernikahan."Bukan hanya Sarra saja yang terkejut, tetapi Lerina juga Han sedangkan Philip sejak tadi tidak bersuara lagi."Ibu, tidak segampang itu menyuruh Sarra menikah." Han kurang setuju dengan keputusan ibunya yang terkesan tiba-tiba."Diam, Han! Cukup dukung ibu. Ini demi
Aku Tidak Ingin Menikah "Kita pergi sekarang!" perintah Paula pada anak buahnya yang sekaligus merangkap sebagai sopir."Kita menyusul mereka?" Perintah itu kurang jelas bagi anak buahnya."Kau pikir aku akan menemuinya bersama istrinya? Kembali ke penginapan!" titah Paula, ia, terlihat gusar. Sudah beberapa hari ia mengintai Philip, namun pria itu selalu keluar bersama istrinya.Paula hanya ingin bertemu dengan Philip."Bawa aku ke tempat Harry!" pinta Paula lagi yang tiba-tiba merubah arah. Anak buahnya hanya pasrah mengikutinya.Sampai di sebuah hotel Paula masuk dan menanyakan kamar Harry. Resepsionis memberitahu setelah ia mengatakan sebagai ibunya Harry.Tidak menunggu lama, Harry segera membuka pintu kamarnya, masuklah Paula beserta satu anak buahnya.Harry tidak terkejut sama sekali, ia sudah menduga hal ini."Apa yang ibu lakukan di kota ini?" Harry terlihat tidak ramah."Memastikan putraku, apakah dia baik-baik saja atau tidak," jawab Paula enteng.Sumpah! Harry
Bawa Aku Pergi Dari Sini! Anehnya lagi setelah bertukar sapa dengan Rivera, Dimitri justru ingat kejadian malam itu, di mana ia sedang mabuk dan bermalam dengan Patricia.Entah kenapa Dimitri merasa ada sesuatu yang telah terjadi meskipun Patricia bersikap biasa dan mengatakan tidak ada apapun yang terjadi seperti dugaannya. Dari pada memikirkan hal itu, Dimitri memilih pergi untuk menghadiri pagelaran busana yang di adakan di salah sebuah gedung di Rusia. Bukan hanya tentang busana, melainkan bakat yang lainnya juga.Dimitri sudah tiba di sana dan dia langsung di sambut oleh para kru yang mengatur acara. Terlihat ada Patricia dan asistennya, tetapi wanita itu hanya menoleh sebentar. Seperti tidak pernah bertemu dengan Dimitri.Dimitri pun memilih untuk masuk ke dalam duduk di bagian depan agar bisa secara langsung menyaksikan acara.Hingga selesai, acara berjalan dengan lancar, tampak senyum kepuasan dari orang-orang yang terlibat di sana.Patricia tampak bercakap-ca
Laura Pingsan"Kita tidak punya waktu, kita harus pergi dan lari dari negara ini." Sarra menggenggam tangan Harry. Sungguh ia tidak siap menerima pernikahan yang akan digelar dua hari lagi."Restu paman dan bibi sangat penting untuk hubungan kita." Harry tidak setuju begitu saja. Meski tidak ingin kehilangan cintanya, tetapi Harry berat melakukan apa yang diminta oleh Sarra."Restu?" Sarra mendecih lucu, "Mereka sama saja dengan ibumu, mereka terlalu egois karena masa lalu." Terlihat kilat amarah di sinar mata Sarra. Tak dipungkiri saat ini ia sedang kecewa dengan kedua orang tuanya. "Tapi,""Harry jangan banyak berpikir, tidak ada jalan lain untuk kita." Sarra sangat mendesak. Ia tidak mau kesempatan ini hilang begitu saja. Dengan sorot permohonan ia memegang kedua tangan itu.Harry menarik nafasnya sesaat. Tanpa berkata apapun ia menggenggam tangan lembut Sarra lalu akan membawanya keluar kamar. Sebelum memutar kunci pintu. Sarra tampak bingung, segera ia menyentak tangannya
Anda Menantang Saya? Semua masih berada di sana sambil menunggu Philip keluar dari kamar. Kakek Zoku menahan Paula yang hendak pergi dan juga menenangkan Han yang sedari tadi ingin menerkam membalas perbuatan wanita itu.Kakek Zoku memberi kode pada cucu menantunya agar tidak meninggalkan Han dan akhirnya Lerina tidak bisa menjenguk ibu mertuanya di dalam kamar."Percayalah sayang!" Philip memohon pada Laura yang sudah siuman. Wanita itu tidak dapat menahan tangisannya. Meski masa lalu itu terjadi sebelum mereka bertemu tetap saja rasanya sangat sakit."Bahkan anak itu sudah ada disini," kata Laura tanpa melihat wajah suaminya. Hatinya teramat sakit sekarang.Sarra dan Harry hanya menyaksikan keduanya yang sedang berdialog masalah Paula."Kenapa diam, atau memang Kau juga yakin itu anakmu?" Laura terus menyudutkan Philip yang tidak tahu harus mengatakan apa lagi."Harry, apa Kau tahu tentang anak itu?" Kini Laura bertanya pada Harry yang masih berada di dalam. Harry mengge
Dimitri Datang Lagi Rivera pun menceritakan apa yang telah terjadi sampai Sarra membatalkan pernikahannya dengan pria bernama Ares.Esme yang iba mendengarnya, menghampiri Harry di luar."Kami akan ikut bersamamu sebagai keluarga," katanya.Antonio senang mendengarnya, jadilah malam itu mereka datang berlima.Diam-diam Harry mengusap air matanya, di mana seharuanya ia bersama ibunyalah yang membersamainya.Kedatangan mereka disambut hangat oleh keluarga, meski awalnya sempat terkejut karena tadi Antonio menolak untuk datang."Ternyata ini alasanmu?" Han menghampiri sepupunya itu. Pria yang pernah hampir menghancurkan rumah tangganya."Aku tidak tega menolaknya, apa lagi melihat wajah sedihnya." Antonio melirik Harry yang memberikan pelototan padanya.Mereka bercengkrama sebelum Harry menyematkan cincin di jari manis Sarra yang tampak tersipu. Gadis itu merona saat Harry menempelkan bibir di keningnya. Kini giliran Sarra yang menyematkan cincin di tangan Harry. Keduanya lantas sal
Hati Rivera Yang Masih Beku Ternyata Alyona bukan hanya rewel biasa, namun karena sakit. Rivera dan Antonio segera membawanya ke rumah sakit tanpa berpamitan pada keluarga pamannya."Bayinya akan dirawat beberapa hari, kami harus memeriksa keadaannya lebih lanjut." Dokter yang baru saja selesai memeriksa pun berkata.Antonio dan Rivera hanya mengangguk. Dokter pun meninggalkan ruangan, tinggal mereka bertiga di dalam. Kedua orang tua itu menatap nanar pada sang putri yang sudah terlelap setelah diperiksa tadi.Antonio menyuruh pelayan untuk mengantarkan baju ke rumah sakit.Rivera berganti baju lebih dulu sedangkan Antonio sedang menghubungi kedua orang tuanya."Kami akan segera datang," ucap Esme yang terdengar khawatir."Besok saja, Bu. Tidak baik meninggalkan acara," ucap Antonio."Kau ini! kami mengkhawatirkan Alyona." Esme sedikit protes. Antonio hanya menghela nafasnya. Esme menghampiri Laura dan Philip, "Kami pamit, Alyona sedang di rumah sakit.""Di rumah sakit?" ulang