Dimitri Datang Lagi Rivera pun menceritakan apa yang telah terjadi sampai Sarra membatalkan pernikahannya dengan pria bernama Ares.Esme yang iba mendengarnya, menghampiri Harry di luar."Kami akan ikut bersamamu sebagai keluarga," katanya.Antonio senang mendengarnya, jadilah malam itu mereka datang berlima.Diam-diam Harry mengusap air matanya, di mana seharuanya ia bersama ibunyalah yang membersamainya.Kedatangan mereka disambut hangat oleh keluarga, meski awalnya sempat terkejut karena tadi Antonio menolak untuk datang."Ternyata ini alasanmu?" Han menghampiri sepupunya itu. Pria yang pernah hampir menghancurkan rumah tangganya."Aku tidak tega menolaknya, apa lagi melihat wajah sedihnya." Antonio melirik Harry yang memberikan pelototan padanya.Mereka bercengkrama sebelum Harry menyematkan cincin di jari manis Sarra yang tampak tersipu. Gadis itu merona saat Harry menempelkan bibir di keningnya. Kini giliran Sarra yang menyematkan cincin di tangan Harry. Keduanya lantas sal
Hati Rivera Yang Masih Beku Ternyata Alyona bukan hanya rewel biasa, namun karena sakit. Rivera dan Antonio segera membawanya ke rumah sakit tanpa berpamitan pada keluarga pamannya."Bayinya akan dirawat beberapa hari, kami harus memeriksa keadaannya lebih lanjut." Dokter yang baru saja selesai memeriksa pun berkata.Antonio dan Rivera hanya mengangguk. Dokter pun meninggalkan ruangan, tinggal mereka bertiga di dalam. Kedua orang tua itu menatap nanar pada sang putri yang sudah terlelap setelah diperiksa tadi.Antonio menyuruh pelayan untuk mengantarkan baju ke rumah sakit.Rivera berganti baju lebih dulu sedangkan Antonio sedang menghubungi kedua orang tuanya."Kami akan segera datang," ucap Esme yang terdengar khawatir."Besok saja, Bu. Tidak baik meninggalkan acara," ucap Antonio."Kau ini! kami mengkhawatirkan Alyona." Esme sedikit protes. Antonio hanya menghela nafasnya. Esme menghampiri Laura dan Philip, "Kami pamit, Alyona sedang di rumah sakit.""Di rumah sakit?" ulang
Menyusul Suami Wanita itu tampak uring-uringan sejak seminggu yang lalu suaminya memberi kabar tentang pekerjaannya yang masih belum bisa di tunda. Sarra jadi tidak berselera makan jadinya."Kapan Harry akan datang?" Laura yang baru saja tiba di dapur menarik kursi di hadapan putrinya yang terlihat lesu."Ibu, apa tidak sebaiknya aku menyusulnya kesana?" Sarra menjawab pertanyaan ibunya dengan pertanyaan.Tangan Laura yang ingin mengambil makanan sontak terhenti, ia menatap putrinya. Di suasana pengantin baru seperti ini, dia cukup tahu perasaannya saat ini."Soal itu, kita bicarakan dengan ayah dan kakakmu," jawab Laura. Dia belum percaya seutuhnya untuk melepas putrinya ke negara itu karena entah kenapa ia belum yakin bila Paula telah berubah.Sarra hanya mengangguk.Waktu berlalu, Han yang tengah sibuk belum bisa datang saat ini. Sedangkan Sarra semakin cemas karena nomor Harry tidak bisa dihubungi.Ia sudah bertanya pada adik iparnya yang sudah kembali Ke Rusia, tapi Patr
Tinggal Di Kota Lain Salah satu pemandangan luar biasa dipagi hari adalah melihat pasangan kita yang terlihat segar saat baru keluar dari kamar mandi.Siapa yang tidak grogi bila ditatap terus dengan mata mendamba serta seringaian dibibir merah pria yang telah memiliki diri dan hati seutuhnyaDengan nakal Sarra melepas handuk di kepalanya lalu melemparkannya pada sang suami.Handuk itu mendarat tepat di wajah Harry. Ia menariknya tanpa melepas seringainya. Sarra yang kembali di tatap menjadi salah tingkah dan sedikit tersipu. Perasaan dulu tidak seperti ini. Kenapa setelah menikah malah menjadi malu-malu."Berhenti menatapku!" ujarnya akhirnya sambil berkacak pinggang menatap Harry."Kau cantik!" puji Harry."Aku tahu!" Sarra menanggapinya cepat."Kau sangat cantik!" "Ya!" Sarra mengangkat kedua tangannya seraya menggedikkan bahunya, "setiap yang mengingatku pasti mengakuinya."Harry terkekeh pelan. Istrinya ini terkadang sangat narsis, "Semakin cantik!" puji Harry lagi.Sa
Gugatan PerceraianWanita itu berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat tadi."Ibu tersenyum?" Ruby bertanya pada ibunya yang terlihat aneh. Dia sempat melihat keramaian, tapi tidak tahu apa yang terjadi dengan ibunya. "Seorang wanita menabrak ibu, dan tiba-tiba dia pingsan. Hahah, secepat itu ia mendapat balasan." Winter tertawa seolah itu adalah hal yang lucu."Mungkin dia memang sakit, Bu. Seharusnya ibu menolongnya bukan malah menertawakannya." Entah kenapa Ruby terdengar bijak hari ini."Astaga! Astaga!" Winter menaruh punggung tangannya di atas kening Ruby, "Kepalamu sedang panas, pantas saja Kau salah bicara," ucapnya lalu terkekeh."Ibuuuu!" Ruby kesal dibuatnya, "Anaknya ingin berubah menjadi baik, bukannya didukung."Aha ahaha hahahaRuby mencebik kesal, lantas memajukan mobilnya segera membiarkan sang ibu tertawa sepuasnya."Menjadi baik? Lupakan!" katanya di antara derai tawanya. "Ada apa dengan, Ibu? Ini bukan lelucon yang harus ditertawakan
Untuk Yang Terakhir Cahaya matahari menerobos masuk menembus tirai putih yang menutupi dinding kaca kamar itu.Dua manusia dengan posisi yang sama masih terlelap dalam tidur. Tubuh si wanita menggeliat kecil seolah mencari kehangatan dari tubuh kekar di bawahnya.Antonio yang mulai terusik terlebih bias cahaya yang menerpa tepat di wajahya. Ia perlahan mendapatkan kesadarannya, tak ayal tangannya meyentuh bagian kepala yang sedikit berdenyut akibat alkohol yang tidak sedikit ia minum malam tadi.Ia meringis pelan, namun kenapa tubuhnya terasa berat, seperti ditimpa oleh sesuatu benda? Antonio perlahan membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah rambut yang menjutai ke bawah.AaakhhhAntonio memijit kepalanya sambil berpikir apa yang terjadi malam tadi."Ka-kau sudah bangun?" Suara serak Rivera membuyarkan pikiran yang sedang menjelajah. Kenapa bisa berakhir seperti ini.Rivera mengangkat sedikit kepalanya hingga manik mereka bertemu, secepat kilat Antonio merubah p
Dunia Ini Memang Sempit Sudah lebih dari satu jam mereka berbicara, Angela selalu menahan bila Sarra ingin pergi. Ia merasa Sarra sangat cocok dengannya, sampai-sampai ia meminta nomor telponnya."Sarra, bagaimana bila kita hangout bersama.""Oh, maaf Angela, aku tidak punya banyak waktu." Sarra menolaknya dengan cepat.Lagi pula dia tidak akan percaya diri, Angela yang terlihat mencolok dan genit sangat tidak sesuai dengan kriteria temannya."Oh, ayolah!" Angela sedikit memaksa.Sarra tersenyum, lebih tepatnya senyum yang dibuat-buat, "Aku sangat sibuk," katanya beralasan."Sibuk? Memangnya apa kesibukanmu, bukannya Kau ini keluarga kaya dari Minnesota?"Ah hahaha"Siapa yang mengatakan itu padamu?""Tentu saja Bibi Paula." Angela sangat terbuka ternyata."Ya, itu memang benar, tapi sebagai wanita aku juga ingin punya penghasilan sendiri.""Benar juga," kata Angela."Angela, apa Kau tahu Patricia ada di mana saat ini? Oh, aku kesal sekali." Dia berjanji akan menyiapkan gaunku, t
Harry Menjadi Posesif Rivera telah berkemas dengan Alyona, tinggal menunggu kedatangan Dimitri calon suaminya. Ia berjalan menatap sekeliling rumah, meski tidak terlalu lama tinggal, ia kerap memiliki kenangan di sini.Di luar itu, Antonio sedang melepas rindu dengan putrinya, atau lebih tepatnya membekali agar tidak cepat rindu nantinya.Satu hal yang Rivera tidak menyangka sama sekali. Awalnya ia mengira proses perceraian ini akan panjang karena hak asuh anak, tapi ternyata Antonio tidak berusaha untuk merebut putrinya.Rivera menahan langkahnya saat meliha pemandangan ayah dan putrinya yang sedang tertawa. Antonio mengangkat tubuh mungil itu ke atas hingga meledaklah tawa Alyona."Ayah pasti merindukanmu, baby! Kau pasti akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan baik hati seperti ibumu. Sesekali ayah akan datang menemuimu. Muachhh!"Alyona meresponnya dengan celotehan dan tawa, seolah ayahnya membercandainya.Antonio menatap jam tangannya, sudah pukul dua siang. Ia menat