Perhatian DimitriDimitri cukup terkejut mendengar cerita dari Rivera tentang kehidupan mereka dengan Antonio yang mencintai istri dari sepupunya sendiri.Rivera yang terbawa perasaan mengusap air matanya perlahan, "Harusnya aku tidak bercerita dengan orang asing, maaf!" ucapnya sedikit serak.Dimitri menghela napas dalam, "Pasti sangat sulit untukmu saat ini." Ia cukup cepat memahami inti dari kisah Rivera tersebut.Rivera tidak menyangkalnya, "Semua sudah terjadi, aku bersedia menikah dengannya karena anak yang kukandung ini, setidaknya setelah aku pergi keluarga Antonio menerimanya." Rivera mengusap perutnya yang sudah berusia delapan bulan.Dimitri begitu kasihan."Apa alasanmu tidak mau menjalani pengobatan? Sebagai seorang dokter tentu Kau lebih tahu, kecuali Kau sudah putus asa karena Antonio."Rivera sontak mengangkat kepalanya, Dimitri tahu perasaannya."Aku tidak ingin mengambil resiko, anakku harus lahir sempurna, untuk itulah aku tidak menjalanai pengobatan, hanya mengk
Kepolosan Han Zoku Han menangkap tubuh Lerina sedikit berlari dari arah kamar yang biasa mereka tempati ketika dirumah ibunya. "Hei, kenapa? Apa ada yang mengejarmu?"Lerina belum menjawab justru ia menoleh kebelakang, memastikan Antonio tidak mengikutinya."Tidak ada," jawab Lerina singkat."Lalu kenapa terburu-buru?""Itu, Rain, ya Rain. Aku belum menyusuinya." Lerina mencari alasan, dia tidak ingin berkata jujur. Khawatir Han akan marah dan keluarga yang baru berkumpul ini kembali terpecah.Mereka telah kembali berkumpul di ruang keluarga, Rain dan Sean sangat ceria di kelilingi orang-orang dewasa yang menyukai mereka.Antonio duduk di samping Rivera, "Jangan katakan tentang apa yang Kau lihat tadi!" ucap Antonio nyaris berbisik."Tenang saja, aku tidak tertarik mengatakannya," balas Rivera."Baguslah!" Antonio pura-pura membetulkan jasnya saat sang kakek melihat ke arahnya."Aku ingin pulang, tubuhku ingin segera di istirahatkan," ucap Rivera.Antonio pun menyetujuinya, mere
Dimitri Akan Kembali Ke Rusia Entah sampai pukul berapa keduanya bergelut menghabiskan malam di lantai atas ruangan fitnes Han. Yang pastinya mereka masih terlelap sampai pukul tujuh pagi.Lerina akhirnya terbangun dan mengerjapkan matanya."Astaga!"Ia terkejut melihat hari yang telah terang, sedangkan mereka berada di lantai atas sekarang.Han yang mendengar pekikan istrinya pun terbangun, "Kenapa wajahmu terlihat panik?" Ekspresi Lerina tidak biasa bagi Han."Kau lupa kita berada dimana?" Lerina mendelik. "Di lantai atas," jawab Han santai."Itu artinya kita tidak akan bisa keluar dari sini, Han. Pelayan pasti sudah berkeliaran di rumah dan aku, tidak mungkin turun dengan memakai pakaian seperti ini." Lerina memindai penampilannya sendiri. Lingerie seksi hanya dengan luaran seadanya, sangat tidak pantas untuk dilihat."Terimakasih, Sayang!" ucap Han yang benar-benar tidak nyambung dengan apa yang di katakan oleh istrinya."Bagaimana ini? Anak-anak pasti sudah bangun," gerutu
Bagaimana Kalau Kita Coba Disini? Kedua manusia yang baru saling mengenal itu sedang berada di pusat perbelanjaan. Dimitri mengajak Rivera, membeli barang sebagai hadiah untuk kelahiran bayi Rivera nanti."Ini terlalu banyak, aku hanya butuh sedikit tambahan." Rivera menatap tak percaya pada troli yang telah berisi penuh dengan perlengkapan bayi.Dimitri sangat antusias memilih perlengkapan tersebut, sudah seperti dirinya yang sedang menunggu kelahiran bayi. Pria itu tidak peduli, dia memilih apa yang cocok menurutnya, karena Rivera, mengatakan anaknya seorang putri, Dimitri banyak membeli gaun kecil yang lucu-lucu."Seperti sudah berpengalaman," kata Rivera sambil mengikuti Dimitri dari belakang. "Insting calon seorang ayah," ucap Dimitri sambil tersenyum."Ayah?" Rivera terdiam. Seandainya Antonio yang mengatakan hal itu, tentu ia akan sangat bahagia.Senyum miris terlihat dibibirnya. Kenapa harus mengingat pria itu lagi. Yang sudah jelas tidak akan pernah peduli padanya."Aku
Jangan-Jangan Aku Tersesat. Mereka sangat menikmati liburan kali ini. Liburan bertema hutan dan sungai adalah ide dari Lerina.Jilni dan Nanny bertugas memanggang daging. Ursula yang menyusun berbagai jenis makanan lain yang sengaja mereka bawa. Han dan Sean sudah terjun kedalam air, keduanya sedang mencari ikan sungai untuk di panggang.Sean sangat senang, tak henti tertawa sejak tadi. Lerina dan Rain hanya bisa memandang dari tepi."Dapat!" teriak Han sambil mengangkat kayu runcing yang ujungnya telah tertancap seekor ikan. "Ye ye ye ye!" Sean bersorak sambil berjoget menggoyangkan badannya kekiri dan kekanan.Han menjulurkan ikan tersebut dan Jinli segera mengambilnya, untuk dibersihkan terlebih dahulu sebelum kemudian dipanggang.Ursula telah selesai mengeluarkan bekal kini dia memasang tenda kecil untuk tempat berteduh Rain dan Sean.Setelah mendapat cukup banyak ikan, Han dan Sean pun menyudahi pencarian mereka."Saatnya menyantap hidangan!" Jinli rasanya sudah tidak saba
Mencari AntonioDi antara kekalutan Antonio tiba-tiba suara petir menyambar dan rintik dari langit perlahan jatuh ke bumi, perlahan dan kemudian menderas hingga membuatnya semakin panik juga takut.Suasana yang gelap menghalangi pemandangannya, mereka tidak lagi berjalan, melainkan bergeming menanti sang hujan reda. Di saat inilah ingatannya tertuju pada Rivera.Sedang apa istrinya itu, apakah kondisinya baik-baik saja saat ini?Entah sudah berapa lama hujan tak kunjung reda, tubuh yang sangat basah dan rasa dingin yang mencekam membuat Antonio menggigil.Andai saja dia tidak datang kesini?Di rumah peternakan."Bagaimana ini, orang kota itu belum kembali juga," ucap istrinya."Jangan-jangan dia tersesat," tambah suaminya."Jessi, harusnya tidak meninggalkannya sendirian." Istrinya menyalahkan putrinya.Jessi yang ada didalam kamarnya memilih untuk keluar, "Aku hanya bertugas mengantarnya." Ia tidak terima disalahkan.Ck"Hujannya belum juga reda, bagaimana mau mencarinya?" Sang sua
Si Tuan Kaya Atau Si Tuan Sombong? Kuda terus berlari membelah padang ilalang yang menjadi pembatas antara hutan milik Zoku dengan hutan milik Tuan Rudolf, hingga tidak butuh waktu lama mereka tiba disana."Cepat bantu ayah menaikkannya keatas kuda!" pinta ayahnya setelah turun dari kuda. Dia belum bisa bernapas lega sebelum keluar dari hutan ini. Membayangkan pemiliknya yang terkenal kejam dan dia akan berpatroli di pagi hari seperti ini. Jessi segera turun dan membantunya, dengan cukup kesulitan mereka akhirnya berhasil menaikkan tubuh yang belum sadar itu ke atas kuda berwarna hitam yang ditunggangi Antonio kemarin.Tubuh Antonio diikat agar tidak terjatuh saat kuda membawanya, dengan posisi telungkup di punggung kuda.Jessi memimpin jalan sedangkan ayahnya mengawasi dari belakang, untuk berjaga jangan sampai bertemu debgan Tuan pemilik hutan yang terkenal kejam itu. Mereka hampir mencapai padang ilalang saat terdengar suara semak yang di pijak dari arah belakang.Dor dorSu
Tulip Putih Sepasang suami istri itu menemani Antonio memakan sup yang dihidangkan oleh istri dari Tobi hingga satu mangkok tandas tak bersisa."Tuan Antonio, tubuh Anda belum stabil, saya khawatir ada yang salah dengan kondisi Anda saat ini," Setengah ragu Tobi mengatakannya, "apa, apa tidak sebaiknya Tuan kembali ke kota?"Bukan maksud mengusir, hanya saja mereka merasa tempat ini tidak layak untuk Antonio, sudah tiga hari sejak ia ditemukan pingsan di hutan seberang, Antonio menolak untuk kembali ke kota bahkan Tobi dilarang menghubungi Tuan besar Zoku. Ponsel Antonio sengaja dimatikan. Entah apa yang dipikirkan pria itu, tapi yang membuat tidak nyaman bagi Jessi. Ia merasa tidak leluasa bergerak dirumah itu.Selama tiga hari Antonio jarang bicara, ia sering termenung menatap keluar jendela yang menghadap kearah lapangan hijau, yang dilakukannya hanya tidur, makan dan melamun."Ibu, kenapa dia tidak mau pulang? Aku sudah tidak nyaman disini." Entah sudah berapa kali Jessi meng