Bagaimana Kalau Kita Coba Disini? Kedua manusia yang baru saling mengenal itu sedang berada di pusat perbelanjaan. Dimitri mengajak Rivera, membeli barang sebagai hadiah untuk kelahiran bayi Rivera nanti."Ini terlalu banyak, aku hanya butuh sedikit tambahan." Rivera menatap tak percaya pada troli yang telah berisi penuh dengan perlengkapan bayi.Dimitri sangat antusias memilih perlengkapan tersebut, sudah seperti dirinya yang sedang menunggu kelahiran bayi. Pria itu tidak peduli, dia memilih apa yang cocok menurutnya, karena Rivera, mengatakan anaknya seorang putri, Dimitri banyak membeli gaun kecil yang lucu-lucu."Seperti sudah berpengalaman," kata Rivera sambil mengikuti Dimitri dari belakang. "Insting calon seorang ayah," ucap Dimitri sambil tersenyum."Ayah?" Rivera terdiam. Seandainya Antonio yang mengatakan hal itu, tentu ia akan sangat bahagia.Senyum miris terlihat dibibirnya. Kenapa harus mengingat pria itu lagi. Yang sudah jelas tidak akan pernah peduli padanya."Aku
Jangan-Jangan Aku Tersesat. Mereka sangat menikmati liburan kali ini. Liburan bertema hutan dan sungai adalah ide dari Lerina.Jilni dan Nanny bertugas memanggang daging. Ursula yang menyusun berbagai jenis makanan lain yang sengaja mereka bawa. Han dan Sean sudah terjun kedalam air, keduanya sedang mencari ikan sungai untuk di panggang.Sean sangat senang, tak henti tertawa sejak tadi. Lerina dan Rain hanya bisa memandang dari tepi."Dapat!" teriak Han sambil mengangkat kayu runcing yang ujungnya telah tertancap seekor ikan. "Ye ye ye ye!" Sean bersorak sambil berjoget menggoyangkan badannya kekiri dan kekanan.Han menjulurkan ikan tersebut dan Jinli segera mengambilnya, untuk dibersihkan terlebih dahulu sebelum kemudian dipanggang.Ursula telah selesai mengeluarkan bekal kini dia memasang tenda kecil untuk tempat berteduh Rain dan Sean.Setelah mendapat cukup banyak ikan, Han dan Sean pun menyudahi pencarian mereka."Saatnya menyantap hidangan!" Jinli rasanya sudah tidak saba
Mencari AntonioDi antara kekalutan Antonio tiba-tiba suara petir menyambar dan rintik dari langit perlahan jatuh ke bumi, perlahan dan kemudian menderas hingga membuatnya semakin panik juga takut.Suasana yang gelap menghalangi pemandangannya, mereka tidak lagi berjalan, melainkan bergeming menanti sang hujan reda. Di saat inilah ingatannya tertuju pada Rivera.Sedang apa istrinya itu, apakah kondisinya baik-baik saja saat ini?Entah sudah berapa lama hujan tak kunjung reda, tubuh yang sangat basah dan rasa dingin yang mencekam membuat Antonio menggigil.Andai saja dia tidak datang kesini?Di rumah peternakan."Bagaimana ini, orang kota itu belum kembali juga," ucap istrinya."Jangan-jangan dia tersesat," tambah suaminya."Jessi, harusnya tidak meninggalkannya sendirian." Istrinya menyalahkan putrinya.Jessi yang ada didalam kamarnya memilih untuk keluar, "Aku hanya bertugas mengantarnya." Ia tidak terima disalahkan.Ck"Hujannya belum juga reda, bagaimana mau mencarinya?" Sang sua
Si Tuan Kaya Atau Si Tuan Sombong? Kuda terus berlari membelah padang ilalang yang menjadi pembatas antara hutan milik Zoku dengan hutan milik Tuan Rudolf, hingga tidak butuh waktu lama mereka tiba disana."Cepat bantu ayah menaikkannya keatas kuda!" pinta ayahnya setelah turun dari kuda. Dia belum bisa bernapas lega sebelum keluar dari hutan ini. Membayangkan pemiliknya yang terkenal kejam dan dia akan berpatroli di pagi hari seperti ini. Jessi segera turun dan membantunya, dengan cukup kesulitan mereka akhirnya berhasil menaikkan tubuh yang belum sadar itu ke atas kuda berwarna hitam yang ditunggangi Antonio kemarin.Tubuh Antonio diikat agar tidak terjatuh saat kuda membawanya, dengan posisi telungkup di punggung kuda.Jessi memimpin jalan sedangkan ayahnya mengawasi dari belakang, untuk berjaga jangan sampai bertemu debgan Tuan pemilik hutan yang terkenal kejam itu. Mereka hampir mencapai padang ilalang saat terdengar suara semak yang di pijak dari arah belakang.Dor dorSu
Tulip Putih Sepasang suami istri itu menemani Antonio memakan sup yang dihidangkan oleh istri dari Tobi hingga satu mangkok tandas tak bersisa."Tuan Antonio, tubuh Anda belum stabil, saya khawatir ada yang salah dengan kondisi Anda saat ini," Setengah ragu Tobi mengatakannya, "apa, apa tidak sebaiknya Tuan kembali ke kota?"Bukan maksud mengusir, hanya saja mereka merasa tempat ini tidak layak untuk Antonio, sudah tiga hari sejak ia ditemukan pingsan di hutan seberang, Antonio menolak untuk kembali ke kota bahkan Tobi dilarang menghubungi Tuan besar Zoku. Ponsel Antonio sengaja dimatikan. Entah apa yang dipikirkan pria itu, tapi yang membuat tidak nyaman bagi Jessi. Ia merasa tidak leluasa bergerak dirumah itu.Selama tiga hari Antonio jarang bicara, ia sering termenung menatap keluar jendela yang menghadap kearah lapangan hijau, yang dilakukannya hanya tidur, makan dan melamun."Ibu, kenapa dia tidak mau pulang? Aku sudah tidak nyaman disini." Entah sudah berapa kali Jessi meng
Melahirkan Sebelum WaktunyaTempat yang pertama di tuju Antonio adalah rumah sakit. Ia segera berlari sekencang mungkin agar segera sampai di ruangan Dokter Luis.CeklekDua orang yang sedang berbicara di dalam sontak menoleh ke arah Antonio yang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Sepertinya Kau punya tamu penting, aku akan pergi. Sampai jumpa!" Wanita muda yang memakai jas yang sama itu segera beranjak. Dokter Luis hanya bisa mengangguk.Antonio menyingkir agar wanita itu bisa lewat."Kau merusak acara pendekatanku saja," ck. Sungut Dokter Luis."Dimana istriku?" Antonio tidak sabar lagi, dia tidak peduli dianggap perusak acara. "Hah, istri? Kenapa Kau mencarinya kesini?" Dokter Luis menatapnya dengan tatapan heran. "Katakan saja dimana dia?" Antonio meninggikan suaranya."Hei, ada apa denganmu? Kenapa Kau seperti kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupmu." Perkataan Dokter Luis seolah mengejeknya. Kesabaran Antonio semakin menipis, sepertinya Dokter Luis seng
Baby AlyonaRivera baru saja membuka matanya dan melihat ada Dimitri disampingnya menunjukkan raut terkejut juga bahagia."Sebentar, aku panggilkan dokter," katanya lalu melangkah keluar.Dua menit kemudian ia kembali bersama dokter dan juga salah satu perawat, mereka langsung memeriksa keadaan Rivera.Dokter bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Dimitri terlihat lega. Dokter permisi meninggalkan ruangan Rivera."Ternyata aku masih di izinkan melihat dunia," kata Rivera lirih.Dimitri menyipit, "Apa Kau berpikir akan mati?""Iya, dengan penyakit yang kuderita ini, sangat jarang sekali orang bisa sembuh," sahut Rivera yang masih tidak percaya dengan keadaannya sekarang. Dimitri tampak termenung memikirkan Rivera yang sebenarnya telah pasrah selama ini."Bagaimana keadaan bayiku?" Pertanyaan Rivera menyentak lamunan Dimitri.Dimitri menghela napas pelan, "Dia baik," jawabnya singkat."Syukurlah!" Air mata Rivera mengalir karena bahagia. Setidaknya putrinya selamat meski lahir
Kehilangan JaninLerina terlihat memijat kepalanya. Entah kenapa belakangan ini dia sering merasa pusing.Dia menghubungi bagian pantry untuk mengantar minuman ke ruangannya.Ck"Kenapa sakit sekali?" desah Lerina. Rasanya otaknya tidak mampu berpikir untuk melanjutkan pekerjaannya.Tok tok"Masuk!" Seorang cleaning servis wanita mengantarkan segelas teh untuknya, meletakkannya di meja lalu kembali keluar. Lerina menyandarkan dirinya di kursi. Sesekali ia memejamkan matanya untuk mencoba menetralkan rasa sakit di kepalanya, tapi tetap sama, sakitnya semakin menjadi. Lerina bangkit perlahan menuju sofa. Mendudukkan dirinya disana lalu meraih teh yang ada di atas meja.Lerina menyesap teh itu perlahan, kemudian merebahkan dirinya di atas sofa. Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Sudah hampir dua bulan dia tidak mendapatkan menstruasinya.Astaga! Lerina kembali duduk dan memastikan ingatannya. Mencoba menelaah ke dua bulan yang lalu.Ia meraba perutnya, "mungkinkah?" Ia bertanya-tanya sendiri